BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah studi aplikatif terhadap materi penyadapan seni tradisi

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atas. Bahkan saat ini sudah banyak sekolah-sekolah dan lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seni hadir di tengah-tengah masyarakat dan menyertai perjalanan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kontes pendidikan seni untuk sekolah dasar tidak menuntut siswa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya insan yang terbentuk dari bagian yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

TARI KREATIF BERBASIS KAULINAN BUDAK LEMBUR

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk diikuti. Pendidikan musik kini menjadi sesuatu yang penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bealakang Norma Egi Rusmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis.

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni tari pada saat ini semakin banyak kita jumpai di

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. atau jalan yang harus dilalui dalam pembelajaran. Ketepatan dan kesesuaian. pengembangan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seni Budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada program

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan seni tari yang diajarkan di sekolah-sekolah. Pendidikan seni tari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

GITA MARDIAN KUSNANDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Manusia yang tidak kreatif akan mudah tersisihkan oleh orang yang memiliki kreativitas tinggi. Kreativitas memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dalam mengimbangi kemajuan jaman dan persaingan global saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari kreativitas sering dimaknai sebagai sebuah daya cipta manusia atau kemampuan manusia untuk mencipta hal-hal yang baru. Produk kreativitas bukan hanya sesuatu yang baru atau orisinil, melainkan bisa juga inovatif atau mentransformasikan gagasan lama ke dalam bentuk-bentuk baru. Junita (2005:25) mengungkapkan bahwa kreativitas juga berarti mentransformasikan gagasan lama ke dalam bentuk baru, gagasan yang lama merupakan dasar dari yang baru. Pernyataan di atas menunjukan bahwa produk kreativitas tidak harus selalu baru dan orisinil, melainkan cara pembuatan produk tersebut berbeda dari cara yang lazim digunakan dan cara pandang atau melihat sesuatu dengan cara yang baru. Dengan kata lain semakin banyak seseorang melihat sesuatu dan melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda-beda, maka semakin kreatif manusia tersebut. Pada prosesnya kreativitas tidak hanya dilihat dari hasil akhir, melainkan juga proses untuk menuju hasil akhir. Sama halnya dengan pendapat Elliot (dalam Anna Craft, 2004:10) bahwa kreativitas berkaitan dengan imajinasi atau manifestasi kecerdikan dalam beberapa pencarian yang bernilai. Menurut pendapat diatas proses yang termasuk dalam kreativitas mencakup pemecahan masalah dan membuat sebuah ide. Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam penelitian ini yang dicari adalah proses kreatifitas berfikir siswa dalam pemecahan masalah dan menemukan sebuah ide.

Kreativitas tidak hanya penting dalam kehidupan sehari-hari, tapi juga dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan awal mula manusia belajar. Kreativitas di dalam pendidikan akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu kreativitas di perlukan dalam pendidikan. Pendidikan seni memiliki peranan penting dalam pengembangan kreativitas, kepekaan rasa dan indrawi, serta kemampuan berkesenian. Kreativitas dalam pembelajaran seni tari merupakan suatu proses untuk mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Kreativitas tidak hanya dimaksudkan untuk terampil menari. Hal ini ditegaskan oleh Juju Masunah (2003:246) bahwa: Tari atau gerak merupakan media atau alat ungkap yang digunakan untuk mengembangkan sikap, pola pikir, dan motorik anak menuju ke arah kedewasaannya. Anak tidak dituntut terampil menari karena bukan untuk menjadi penari, tetapi lebih kepada proses kreativitas dan merasakan pengalaman estetik melalui kegiatan berolah tari. Pernyataan di atas menyatakan bahwa di dalam pembelajaran tari bukan hanya di nilai dari hasil akhir melainkan dari proses yang di alami siswa. Selain itu, pembelajaran tari bukan hanya digunakan untuk mengembangkan motorik melainkan juga sikap dan pola pikir siswa. Dalam kurikulum KTSP sub pembelajaran seni tari siswa dituntut untuk dapat menguasai setiap standar kompetensi yang telah ditentukan, baik berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan pemerintah maupun kurikulum yang telah dikembangkan pengajar yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah setempat. Kurikulum sub pembelajaran seni tari adalah sebagai berikut: Standar kompetensi Kompetensi dasar : Mengekspresikan diri melalui karya seni tari :1. Menyusun sinopsis kreasi tari kelompok/berpasangan berdasarkan tari nusantara

2. Mempertunjukkan karya seni tari kelompok/berpasangan kreasi sendiri dan kreasi dari orang lain di sekolah Berdasarkan pada kompetensi tersebut, dalam penelitian ini peneliti mengembangkan kompetensi tersebut dengan menyesuaikan situasi lingkungan sekolah tempat penelitian ini berlangsung. Pembelajaran yang terjadi di sekolah ini, Guru sebagai fokus di dalam kelas, sehingga siswa hanya mempelajari buku teks dan menirukan gerak. Siswa sulit berekspresi sesuai dengan imajinasinya, dan ini jelas kurang efektif bagi proses perkembangan kreativitas siswa. Mulyaningsih dkk (dalam Kurnia, 2010:4) memandang pembelajaran tari harus merangsang siswa untuk kreatif sebagaimana dikemukakannya bahwa : Proses belajar mengajar seni tari bukanlah mengajarkan proses kegiatan yang hanya menirukan dan menghapalkan gerak saja, tapi harus mendorong dan mengembangkan daya kreativitas siswa. Sehingga melalui proses belajar mengajar tari anak akan mendapat kesempatan menumbuhkembangkan kemampuan berfikir, berekspresi, berkreasi, beraktivitas olah seni secara kreatif dan mandiri sesuai perkembangannya. Mengkaji pendapat di atas, proses belajar mengajar tari sangat berpengaruh dalam mengembangkan kreativitas siswa dan pembelajaran tari harus menumbuhkembangkan kemampuan berfikir, berekspresi, berkreasi, beraktivitas seni dengan kreatif dan mandiri. Guru dituntut untuk mampu mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar seni khususnya seni tari. Dalam pendidikan seni tari adalah prosesnya, dimana siswa harus mampu berfikir kritis, berekspresi, mengemukakan gagasan dalam membuat suatu bentuk kegiatan seni. Kegiatan seni yang dimaksud adalah sebuah pergelaran tari di akhir pembelajaran dengan materi tari yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal budaya Sumedang. Hal ini selaras dengan Sal Murgianto (2004:69) yang menyatakan bahwa: Pemahaman terhadap nilai-nilai tradisi dan hakikat kreativitas inilah yang merupakan bekal utama seorang seniman tari dalam mengolah bentuk, corak, langgam, atau semangat tradisi selaras dengan tingkat perkembangan kehidupan

bangsa Indonesia. Tanpa pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai tradisi, kreativitas hanya membuahkan karya yang sekalipun bagus tetapi akan terasa asing. Tanpa pemahaman kreativitas, wajah tari tidak akan selaras dengan perkembangan kehidupan masa kini. Dengan kata lain, tanpa pemahaman terhadap nilai tradisi seseorang yang kreatif pun hanya akan membuahkan hasil karya yang tidak selaras dengan kehidupan bangsa Indonesia. Pada umumnya, dalam praktek pergelaran guru seni tari hanya mengajar teorinya saja. Padahal materi pembelajaran pergelaran merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa secara langsung, sehingga siswa mempunyai pengalaman dalam membuat sebuah pergelaran. Pergelaran atau pertunjukan adalah sesuatu yang dipertunjukan; tontonan. ( Alwi, 1227:2001) Dalam hal ini, pergelaran yang dilakukan siswa merupakan pergelaran tari di dalam kelas yang disesuaikan dengan kurikulum dan lingkungan sekitar siswa. Aktivitas pergelaran yang dilakukan oleh siswa yang dilibatkan penuh dalam pengorganisasiannya, maka siswa dituntut untuk kreatif, cerdas dalam berfikir, dan mampu menyelesaikan masalah. Dari kegiatan pergelaran akan terlihat kreativitas siswa terhadap pelajaran yang akan di kuasai. Pada akhir pembelajaran seni budaya dan keterampilan, dan seni tari khususnya siswa akan dihadapkan pada sebuah pergelaran tari. Proses kreativitas yang dilakukan siswa adalah dalam mengembangkan proses pergelaran tari. Peran guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing kegiatan siswa dalam mempersiapkan sebuah pergelaran. Guru harus dapat memotivasi siswa untuk dapat lebih kreatif dalam mempersiapkan sebuah pergelaran. Dengan begitu diharapkan akan tercipta suatu stimulus yang akan mengembangkan kreativitas siswa dalam mempersiapkan sebuah karya yang akan di tampilkan. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti merasa penting untuk meneliti kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari di SMAN 1 Sumedang untuk pergelaran

seni tari karena di dalam pergelaran terdapat banyak unsur dan aktivitas seni tari yang dapat mengembangkan kreativitas siswa pada pembelajaran seni tari. Judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK KEGIATAN PERGELARAN TARI DI SMA NEGERI 1 SUMEDANG. B. Rumusan Masalah Kreativitas dalam pembelajaran seni tari sangat penting, karena kreativitas dalam pembelajaran seni tari tidak hanya terfokus dalam gerak saja yang termasuk dalam ranah psikomotor, akan tetapi meliputi pula ranah afektif dan kognitif. Kreativitas merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu hasil dari sebuah proses. Bertolak dari hal tersebut dapat dirumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari untuk pergelaran tari di SMAN 1 Sumedang? 2. Bagaimana hasil pengembangan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari untuk pergelaran tari di SMAN 1 Sumedang? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1. Mendeskripsikan proses kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari untuk pergelaran tari di SMAN 1 Sumedang. 2. Mendeskripsikan hasil pengembangan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari untuk pergelaran tari di SMAN 1 Sumedang. D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian mengenai perkembangan kreativitas siswa melalui proses pergelaran kesenian diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat utama yang diharapkan yaitu: 1. Bagi Peneliti Dapat mengembangkan pola pikir ilmiah, khususnya dalam ruang lingkup pendidikan, sehingga menambah pengetahuan dan memperluas wawasan di bidang keguruan. Peneliti memperoleh pengetahuan tambahan terutama tentang bagaimana cara untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui sebuah pergelaran seni tari. 2. Bagi Guru Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 3. Bagi Siswa Hasil penelitian ini bagi siswa dapat mengetahui dan memperoleh pengalaman dalam menyiapkan pergelaran kesenian yang akan mengembangkan kreativitas mereka dalam belajar seni tari. 4. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Khususnya Pendidikan Seni Tari Dengan hasil penelitian ini pun diharapkan dapat memperkaya khasanah perkembangan ilmu pengetahuan, dan diharapkan dapat bermanfaat tidak saja untuk mata pelajaran Seni Tari tetapi juga mata pelajaran lainnya. E. Asumsi Asumsi yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini adalah, kemampuan siswa untuk berfikir kreatif dalam pembelajaran seni tari dikembangkan untuk proses kegiatan pergelaran tari. F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dan kesimpulan dalam penelitian sesuai dengan permasalahan yang dihadapi serta mencapai tujuan yang diharapkan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini peneliti melakukan suatu kegiatan pembelajaran yang berdasarkan pada kurikulum yang kemudian di analisis proses dan hasil kegiatan tersebut. G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini lokasi yang diambil adalah SMA Negeri 1 Sumedang. Alasan pemilihan lokasi, karena dalam beberapa tahun terakhir kegiatan pergelaran pada mata pelajaran seni budaya tidak dilakukan di SMA Negeri 1 Sumedang. Adapun kegiatan pergelaran pada mata pelajaran seni budaya pernah dilakukan di sekolah ini, akan tetapi pelaksanaannya kurang memperhatikan pada pemahaman siswa. Sehingga siswa hanya mengetahui tampil saja tanpa memahami proses pembuatan pergelaran tersebut. Hal tersebut dikarenakan pergelaran tersebut dilaksanakan oleh seluruh siswa dalam satu angkatan dan siswa yang mengetahui teknis pelaksanaan pun hanya sebagian dari keseluruhan siswa yang mengikuti pergelaran tersebut. Oleh karena itu, peneliti menjadikan sekolah ini sebagai lokasi penelitian. 2. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi adalah siswa-siswi kelas XI yang berjumlah 350 yang terdiri dari 9 kelas XI IPA dan 2 kelas XI IPS.

3. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini peneliti mengambil kelas XI IPA 5 dengan jumlah 35 siswa dengan pertimbangan siswa kelas tersebut lebih aktif dalam pembelajaran seni budaya. Peneliti menggunakan purposive sampling dalam menentukan sampel yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 124).