BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara (19,20%), Jawa Tengah (18,80%), Sulawesi Barat (17,90%), Sulawesi Selatan (17,60%), Nusa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. berbasis lingkungan (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011). Menurut Depkes RI (2012) bahwa rumah sehat merupakan rumah yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh Direktur Jenderal PP-PL Depkes

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MGD s) atau tujuan pembangunan milenium

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 10 juta kematian terjadi setiap tahunnya pada anak-anak yang berumur di bawah lima

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. preventif ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif. Menurut pendapat Bogdan & Taylor

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. mentalnya bertambah, pada masa ini juga anak-anak sudah mulai. mengenal dunia luar sehingga pada masa ini anak-anak sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, untuk jenjang tingkat pertama (Menkes, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN. lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program kelanjutan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah rumah harus memenuhi syarat dan ketentuan teknis untuk melindungi penghuni rumah dari berbagai ancaman bahaya dan gangguan kesehatan, sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat dicapai oleh penghuninya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (2007), rumah sederhana sehat diartikan sebagai rumah yang di bangun dengan menggunakan material sederhana namun masih memenuhi standar kesehatan, keamanan, dan kenyamanan. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 ada sembilan provinsi yang memiliki persentase rumah sehat dibawah 20% yaitu Sulawesi Tenggara (19,20%), Jawa Tengah (18,80%), Sulawesi Barat (17,90%), Sulawesi Selatan (17,60%), Nusa Tenggara Barat (17,10%), Maluku (16,70%), Sulawesi Tengah (16,20%), Lampung (14,10%), NTT (7,50%). Pada tahun 2014 persentase rumah sehat secara nasional adalah 61,81% dan terdapat peningkatan sebesar 51,60% untuk Provinsi Jawa Tengah dari 18,80% menjadi 70,40%. Penyebab masih banyaknya rumah tidak sehat adalah 1

2 belum terpenuhinya beberapa kriteria dari rumah sehat itu sendiri. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2012) untuk menciptakan rumah sehat terdapat beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan seperti kondisi fisik bangunan, pembuangan sampah, transportasi, ketersediaan sarana prasarana terkait penyediaan air bersih, sanitasi dan tersedianya pelayanan kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2012) konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor resiko penularan penyakit seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, flu burung, Tuberkulosis (TBC), dan lain-lain. Hasil penelitian Yuwono (2008) dan Wulandari (2009) mendukung pernyataan tersebut yaitu penyakit akan muncul sebagai akibat dari rumah kurang sehat, penyakit-penyakit tersebut seperti diare, Demam Berdarah Dengue (DBD), pneumonia, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Tuberkulosis (TBC), juga penyakit kulit. Sanitasi yang baik merupakan salah satu kriteria dari rumah sehat sedangkan minimnya sanitasi lingkungan seperti air limbah, tinja, saluran pembuangan, dan penanganan sampah telah menyebabkan munculnya

3 berbagai vektor pembawa penyakit. Pada tahun 2010 sebanyak 2,6 miliar atau 39% penduduk dunia menggunakan sarana fasilitas sanitasi yang buruk dan 72% berada di Asia Tenggara (United Nations International Children's Emergency Fund, 2012). Di Indonesia tahun 2010 akses sanitasi layak telah mencapai 51,19% (UNICEF, 2012). Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk memberikan dampak kerugian ekonomi seperti harus dikeluarkannya biaya tambahan untuk perawatan kesehatan, terganggunya produktifitas hingga kematian usia dini (UNICEF, 2012). Permasalahan sanitasi lingkungan juga ditekankan oleh Sustainable Development Goals (SDGs) yang hendak dicapai tahun 2030 yaitu air bersih dan sanitasi layak untuk semua orang. SDGs juga memiliki tujuan untuk mencapai kesehatan yang baik bagi semua orang dengan menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia (Keputusan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun 2015). Pencapaian kriteria rumah sehat harus digalakan untuk mengurangi angka kejadian penyakit-penyakit tersebut. Pemenuhan kriteria rumah sehat juga harus di dukung oleh perilaku masyarakat yang positif karena dalam form

4 penilaian rumah sehat perilaku penghuni memiliki poin 44 paling besar dibandingkan komponen rumah (31) dan sarana sanitasi (25). Notoatmodjo (2012) berpendapat bahwa perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan makanan, lingkungan sakit penyakit, dan sistem pelayanan kesehatan. Dusun Kebonan yang terletak di Desa Tolokan merupakan daerah yang berada dalam lingkup Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini berada di bawah kaki Gunung Telomoyo. Mata pencaharian penduduknya adalah berkebun, berternak, wiraswasta, guru, dan buruh. Masyarakat yang tinggal di Dusun Kebonan ini mayoritas adalah kelas ekonomi menengah kebawah, dengan status pendidikan terakhir mayoritas SD, SMP, dan SMA. Di Desa ini telah dilakukan survei penilaian rumah sehat pada tahun 2015 dengan mengambil sampel sebanyak 55 rumah. Hasil yang diperoleh adalah 9% rumah memenuhi kriteria rumah sehat dan sebanyak 91% rumah di Dusun Kebonan belum memenuhi kriteria rumah sehat. Meskipun persentase rumah sehat di Jawa Tengah sudah cukup baik namun di Dusun Kebonan persentase rumah sehat masih sangat rendah. Data-data diatas

5 menyajikan fakta bahwa rumah yang kurang sehat memberikan dampak buruk bagi penghuninya. Melihat dampak buruk dari rumah yang kurang sehat, keadaan sanitasi yang kurang baik serta perilaku kesehatan yang kurang baik menunjukan bahwa topik ini penting dan layak untuk di teliti. Penelitian ini berfokus pada bagaimana masyarakat mempersepsikan rumah sehat. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perilaku masyarakat terkait dengan perspektif masyarakat tentang rumah sehat? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum : mengetahui gambaran persepsi masyarakat mengenai rumah sehat. Tujuan khusus : Mengetahui persepsi masyarakat tentang rumah sehat di Dusun Kebonan, Desa Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Mengetahui perilaku kesehatan masyarakat yang terkait persepsi masyarakat tersebut mengenai rumah sehat di Dusun Kebonan, Desa Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis: Hasil dari penelitian mengenai perilaku masyarakat dan kaitannya dengan persepsi terhadap rumah sehat di Dusun Kebonan, Desa Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ini dapat menambah ilmu dalam keperawatan keluarga dalam lingkup komunitas. 1.4.2 Manfaat praktis: a. Bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan tentang rumah sehat secara umum, kriteria rumah sehat, keuntungan rumah sehat, dampak rumah kurang sehat bagi kesehatan, kemungkinan penyakit yang timbul akibat rumah yang kurang sehat, dan cara-cara mengusahakan rumah yang sehat. b. Bagi masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya memiliki tempat tinggal yang sehat, bagaimana kriteria sebuah rumah dikatakan sehat sehingga masyarakat mampu mengupayakan pencapaian kriteria rumah sehat dengan cara yang sederhana.