FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA ELEKTRONIK DENGAN SIKAP SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 TEMPEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUAL PRANIKAH DI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengembangan Modul Bimbingan dan Konseling Untuk Pencegahan Perilaku Seksual Pranikah Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 Factors Related to Adolescent Sexual Behavior in X School of Health in 2014 Eka Frelestanty Program Studi Kebidanan STIKES Kapuas Raya Sintang ABSTRAK Sebuah survey yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survei (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual. Berdasarkan data hasil konsultasi remaja dari Centra Remaja Khatulistiwa-PKBI Kalimantan Barat pada Desember 2007 menunjukkan bahwa 15,95% klien melakukan hubungan seks pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di STIKes X Kalimantan Barat tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat non eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa STIKes X yang duduk di semester 4 (empat). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 138 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku seksual remaja (p value= 0,044). Untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap mahasiswa dan memperbanyak kegiatankegiatan yang positif (ekstrakulikuler) sehingga mengisi waktu luang mahasiswa dan meminimalisir melakukan kegiatan yang menyimpang. Kata Kunci : Perilaku Seksual pada Remaja ABSTRACT A survey conducted by the Youth Risk Behavior Survey (YRBS) nationally in the United States in 2006 found that 47,8% of students in grades 9-12 have had sex, 35% of high school students have been sexually active. Based on data of consultation results from the Centra Remaja Khatulistiwa-PKBI of West Kalimantan in December 2007 showed that 15,95% of clients did premarital sex. This study aims to describe and know factors associated with adolescent sexual behavior in the X School Health West Kalimantan in 2014. This research is non experiment with quantitative approach. The population in this research is student of X School Health sitting on 4 th semester. The number of samples in this study was 138 people. The results showed there is an association between attitudes with adolescent sexual behavior (p value = 0.044). To improve further guidance to students and increase positive activities (extracurricular) so that fill the leisure time of students and minimize deviant activities. Keywords: Sexual Behavior in Adolescents. Pendahuluan Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan dapat terjadi perubahanperubahan psikologik serta kognitif. Perilaku seksual merupakan segala Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 37

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, sesama jenis maupun lawan jenis. Perilaku seksual bermacammacam. (Sarwono, 2004). Sebuah survei yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survei (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual (Damanik, 2012). Hasil survei BKKBN 2010 menemukan sekitar 51% remaja di wilayah Jabodetabek sudah tidak perawan. Sebanyak 4% responden mengaku telah melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun, dan 16 % melakukan pada usia 13-15 tahun. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan Medan 52%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus infeksi penularan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia. Berdasarkan data hasil konsultasi remaja dari Centra Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat non Experiment. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan. Remaja Khatulistiwa-PKBI Kalimantan Barat pada Desember 2007 menunjukkan bahwa 15,95% klien melakukan hubungan seks pranikah (intercourse) dan mengalami kasus kehamilan pranikah sebesar 8,5%. Hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan tahun 2007 di Kabupaten Sintang bahwa selama pacaran minimal sudah melakukan petting, yaitu 6% remaja perempuan dan 19% remaja laki-laki. Selain itu remaja yang pacaran sudah melakukan hubungan seksual, 1% dari remaja yang melakukan hubungan seksual berakhir dengan kehamilan dan 60% berakhir dengan aborsi (Tribunnews, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen bagian kemahasiswaan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X tentang kejadian hamil di luar nikah yang tercatat dari tahun 2010 sampai dengan Januari 2014 di salah satu Program Studi sejumlah 16 orang (5,8%) dari 276 orang. kuantitatif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu mahasiswa semester empat di STIKES X Kalimantan Barat tahun 2014. Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 38

Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Seksual Remaja di STIKes X Tahun 2014 Karakteristik Frekuensi (n) Presentanse (%) Umur < 20 tahun 20 tahun 38 100 27,5 72,5 Pengetahuan Tinggi Rendah Sikap Positif Negatif Perilaku Seksual Berisiko Tidak Berisiko 77 61 90 48 39 99 55,8 44,2 65,2 34,8 28,3 71,7 Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian responden (72,5%) berumur lebih dari sama dengan 20 tahun, lebih dari sebagian responden (55,8%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai perilaku seksual, dan lebih dari sebagian responden (65,2%) memiliki sikap positif mengenai perilaku seksual. Sementara untuk perilaku seksual, lebih dari sebagian responden (71,7%) memiliki perilaku seksual yang tidak berisiko. Tabel 2. Tabel Distribusi Silang Umur, Pengetahuan, Sikap Responden dengan Perilaku Seksual Remaja di STIKES X Tahun 2014 Karakteristik Perilaku seksual P Value Tidak beresiko Beresiko n % N % Umur <20 tahun 12 31,6 26 68,4 0,747 20 tahun 27 27 73 73 Pengetahuan Tinggi Rendah 22 17 28,6 27,9 55 44 71,4 72,1 1,000 Sikap Positif Negatif 31 8 34,4 16,7 59 40 65,6 83,3 0,044 Tabel 2 menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku seksual remaja di STIKES X (p value = 0,044). Hasil statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku seksual remaja di STIKES X (p value = 0,747) dan antara pengetahuan dengan perilaku Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 39

seksual remaja di STIKES X (p value = 1,000). Hubungan antara Umur dan Perilaku Seksual Responden Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual salah satunya adalah dorongan rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang hanya dapat dipuaskan dan diwujudkan melalui pengalaman mereka sendiri. Faktor lingkungan tidak kalah penting memegang peranan adalah teman sepermainan, pasangan (pacar), media dan orang tua. pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas). Peningkatan ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu (Sarwono, 2007). Makin dewasa seseorang, makin besar kemungkinan remaja untuk melakukan hubungan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas. Badan kesehatan dunia (WHO) membedakan dua kelompok usia kaum muda yaitu 10-19 tahun sebagai adolesence dan 15-24 tahun sebagai youth. Dalam praktek, kedua kelompok usia tersebut digolongkan menjadi satu yaitu young people atau kaum muda berusia 10-24 tahun. Responden berada pada rentang usia 18-24 tahun yang artinya remaja berada pada kategori lanjut. Pada masa ini remaja mulai berfikir untuk membina hubungan yang lebih serius, identitas seksualnya makin jelas dan mampu mengembangkan cinta yang disertai kasih sayang. Dengan adanya kematangan biologis dan adanya penundaan usia perkawinan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin panjang masa sebelum menikah akan mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum nikah. Hasil analisis bivariat ditemukan bahwa peluang pada umur kurang dari 20 tahun beresiko adalah 68,4% sedangkan peluang untuk umur lebih dan sama dengan 20 tahun untuk beresiko adalah 73%. Pembagian rentang umur ini dibuat berdasarkan umur rata-rata dikelas, dimana rata-rata mahasiswa semester empat diantara 18-24 tahun. Dari hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dan perilaku seksual remaja (p=0,747) hal ini berarti umur tidak mempengaruhi perilaku seksual, yang artinya semua remaja beresiko untuk melakukan perilaku seksual yang beresiko. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sekarrini (2011) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku seksual remaja di Bogor. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Sarwono yang menyatakan bahwa semakin dewasa seseorang, makin besar kemungkinan remaja untuk melakukan hubungan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas). Peningkatan ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu (Sarwono, 2007). Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Seksual Responden Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ternyata tidak berpengaruh terhadap remaja dalam melakukan hubungan seksual Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 40

pranikah. Remaja yang tahu maupun yang tidak tahu tentang kesehatan reproduksi tidak berpengaruh terhadap sikap mereka melakukan hubungan seksual pranikah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang tinggi belum tentu tidak akan berperilaku seksual beresiko dan pengetahuan yang rendah tentang kesehatan reproduksi juga belum tentu pasti melakukan perilaku seksual yang beresiko. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan hidup, sosial dan budaya karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang diterima oleh kelompoknya. Remaja mendapat banyak tekanan dari kelompoknya untuk diterima. Seringkali remaja tidak menyadari bahwa sikap berusaha diterima lingkungan bisa membuatnya terpapar pada perilaku beresiko (Kiting, 2004). Orang tua seharusnya pertama kali memberikan pengetahuan seksual bagi anaknya. Informasi dari teman, film, buku, internet yang hanya setengah-setengah tanpa pengarahan mudah menjerumuskan. Pengetahuan seksual bagi remaja bertujuan mempersiapkan remaja menghadapi pubertasnya. Melalui komunikasi orang tua dapat memberi tahu halhal tentang seksualitas dan perilaku beresiko dalam masa pubertas (Nugraha, 2002). Hubungan antara Sikap dan Perilaku Seksual Responden Berdasarkan analisis bivariat responden yang mempunyai sikap positif (mendukung) terhadap kesehatan reproduksi berpeluang untuk Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa lebih dari sebagian responden (71,7%) memiliki perilaku seksual yang tidak berisiko, bahwa melakukan perilaku seksual beresiko yaitu 65,6% sedangkan responden yang mempunyai sikap negatif (tidak mendukung) terhadap kesehatan reproduksi berpeluang untuk melakukan perilaku seksual beresiko yaitu 83,3 %. P value sama dengan 0,044 berarti ada hubungan antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual. OR sama dengan 2,6 yang berarti sikap negatif 3 kali lebih beresiko dibandingkan dengan sikap positif. Dari hasil uji regresi ganda untuk sikap terhadap kesehatan reproduksi menduduki urutan kedua tingkat dominan variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual dengan p=0,024 dan OR 2,842. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kitting dan Jawiah bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja. Walaupun terdapat kontradiksi dari penelitian Mahyar (2011) dan sekarrini (2011) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di Jakarta dan Bogor. Menurut Kitting (2004), remaja lebih mudah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan hidup, sosial dan budaya karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang diterima oleh kelompoknya. Remaja mendapat banyak tekanan dari kelompoknya untuk diterima. Seringkali remaja tidak menyadari bahwa sikap berusaha diterima lingkungan bisa membuatnya terpapar pada perilaku beresiko. lebih dari sebagian responden (72,5%) berumur lebih dari sama dengan 20 tahun, lebih dari sebagian responden (55,8%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai perilaku seksual, dan lebih dari sebagian responden (65,2%) Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 41

memiliki sikap positif mengenai perilaku seksual. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur dan pengetahuan tentang DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2012). 60 Persen ABG Hamil Lakukan Aborsi {online}. Diakses tanggal 18 Februari 2014. Diakses dari http://pontianak.tribunnews.c om/2012/10/11/60-persenabg-hamil-lakukan-aborsi/ Damanik, Hotmelia. 2012. Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ tahun 2012. Tesis. Program Studi Magister FKM USU Medan. Irawati dan Prihyugiarto, I. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seksual kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja, adanya hubungan antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja. Pria Nikah Pada Remaja Di Indonesia: BKKBN Kitting, A.S., Siregar, S.R., Kusumaryani, M.S.W., Hidayat Z (2004). Menyiapkan Generasi Muda Yang Sehat & Produktif: Kebutuhan Akan Pelayanan dan Informasi Kesehatan Reproduksi. BKKBN bekerja sama dengan LD- FEUI & Bank DuniaRirin : Jakarta. Nugraha (1995). Problem Seks dan Cinta Remaja. Bumi Aksara : Jakarta. Sarwono (2004) Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 42