BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan dan perubahan bahasa terjadi karena bahasa yang bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Perkembangan bahasa yang dipengaruhi perubahan sosial, ekonomi, dan budaya dapat menyebabkan suatu bahasa terpengaruh oleh bahasa lainnya. Proses saling mempengaruhi antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain sulit untuk dihindari. Hal ini terjadi karena sebagian besar manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi. Pengguna dua bahasa ini disebut dengan dwibahasawan atau bilingual. Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda pada hakikatnya merupakan agen pengontak dua bahasa. Semakin besar jumlah orang yang seperti ini, maka semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan (Tarigan dan Djago Tarigan, 1995:2). Menurut Bloomfield (dalam Chaer dan Leoni Agustina, 1995:86) seseorang disebut bilingual atau dwibahasawan apabila dapat menggunakan B1 (bahasa ibu) dan B2 (bahasa kedua) dengan sama baiknya. Menurut Haugen seorang bilingual tidak perlu secara aktif menggunakan kedua bahasa itu, tetapi cukup kalau bisa memahaminya saja. Haugen (dalam Chaer dan Leoni Agustina,
1995:86) juga mengatakan mempelajari bahasa kedua apalagi bahasa asing, tidak dengan sendirinya akan memberi pengaruh terhadap bahasa aslinya. Lagi pula seseorang yang mempelajari bahasa asing maka kemampuan bahasa asingnya akan selalu berada pada posisi di bawah penutur asli bahasa itu. Berkenaan dengan konsep bilingualisme dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa kedua, Diebold (dalam Chaer dan Leoni Agustina, 1995:86) menyebutkan adanya bilingualisme pada tingkat awal (incipient bilingualism), yaitu bilingualisme yang dialami oleh orang-orang, terutama anak-anak yang sedang mempelajari bahasa kedua pada tahap permulaan. Pada tahap ini bilingualisme itu masih sangat sederhana dan dalam tingkat rendah. Namun, tidak dapat diabaikan karena pada tahap inilah terletak dasar bilingualisme selanjutnya. Dampak negatif dari penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa yang lebih dikenal dengan istilah interferensi (Tarigan dan Djago Tarigan, 1995:2). Interferensi merupakan kekeliruan yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua (Nababan, 1984:35). Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang sering mengalami interferensi bahasa. Bahasa Indonesia menerima pengaruh dari bahasa daerah seperti bahasa Jawa atau bahasa daerah lainnya. Hal ini karena negara Indonesia memiliki berbagai suku bangsa yang masing-masing memiliki bahasa daerah. Selain itu, bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh bahasa asing seperti bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Masuknya bahasa daerah dan bahasa
asing ke dalam bahasa Indonesia inilah yang dapat merusak padanan kata dalam bahasa Indonesia. Menurut Weinrich (dalam Chaer dan Agustina 1995:159) kontak bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur yang sama secara bergantian. Dari kontak bahasa itu terjadi transfer atau pemindahan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain yang mencakup semua tataran. Sebagai konsekuensinya, proses pinjam meminjam dan saling mempengaruhi terhadap unsur bahasa yang lain tidak dapat dihindari. Suwito (dalam Chaer dan Agustina 1995:159) mengatakan bahwa apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, dapat dikatakan bahwa bahasa tersebut dalam keadaan saling kontak. Dalam setiap kontak bahasa terjadi proses saling mempengaruhi antara bahasa satu dengan bahasa yang lain. Sebagai akibatnya, interferensi akan muncul, baik secara lisan maupun tertulis. Selain kontak bahasa, faktor penyebab timbulnya interferensi menurut Weinrich adalah tidak cukupnya kosakata suatu bahasa dalam menghadapi kemajuan dan pembaharuan. Selain itu, juga menghilangnya kata kata yang jarang digunakan, kebutuhan akan sinonim, dan prestise bahasa sumber. Kedwibahasaan peserta tutur dan tipisnya kesetiaan terhadap bahasa penerima juga merupakan faktor penyebab terjadinya interferensi. Peristiwa interferensi tidak hanya terjadi dalam penggunaan bahasa lisan, namun juga terjadi dalam bahasa tulis yang banyak terdapat di media cetak seperti tabloid dan majalah remaja. Hal ini memberi pengaruh pada pembaca yang mayoritasnya adalah para remaja dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia. Oleh karena itu penulis ingin meneliti penggunaan interferensi yang terdapat dalam media cetak yaitu Majalah Gadis. Penelitian ingin mengkaji unsur bahasa asing (khususnya bahasa inggris) dan dialek Jakarta yang disandingkan dengan bahasa Indonesia sehingga terjadi kedwibahasaan yang menyebabkan interferensi bahasa. Penulis memilih majalah Gadis sebagai objek penelitian ini karena di dalamnya banyak terdapat unsur-unsur bahasa asing dan dialek Jakarta yang bercampur dengan bahasa Indonesia yang dapat merusak padanan kata dalam bahasa Indonesia. Majalah Gadis merupakan salah satu majalah yang sangat digemari oleh para remaja karena banyak memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan dan kreativitas bagi pembacanya. Selain itu, majalah Gadis menggunakan ragam bahasa santai dan ragam bahasa dialek Jakarta yang banyak digunakan oleh para remaja zaman sekarang sehingga tulisan tidak membosankan saat dibaca. Hal ini merupakan penyimpangan pada tulisan yang dapat mempengaruhi pengetahuan bahasa para pembacanya. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah jenis interferensi yang terdapat dalam majalah Gadis? 2. Bagaimanakah pengaruh interferensi terhadap perkembangan bahasa Indonesia dalam majalah Gadis?
1.3 Batasan Masalah Suatu penelitian harus dibatasi agar penelitian terarah dan tujuan penelitian tercapai. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pemakaian interferensi dalam majalah Gadis dari dua edisi yaitu No : 31. XXXVIII. 22 November-1 Desember 2011 dan No : 01. XL. 4-14 Januari 2013. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan jenis interferensi yang terdapat dalam majalah Gadis. 2. Mengetahui pengaruh interferensi terhadap bahasa Indonesia dalam majalah Gadis. 1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Untuk menambah wawasan di bidang sosiolinguistik, khususnya yang berhubungan dengan interferensi. 2. Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sosiolinguistik. 3. Memperkaya hasil penelitian interferensi yang mengunakan kajian sosiolinguistik.
Manfaat Praktis : 1. Sebagai bahan bandingan bagi penelitian yang relevan. 2. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membahas interferensi.