BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

dokumen-dokumen yang mirip
dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT UMUM NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan. Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap warganya dari

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jika dikaitkan dengan produktivitas kerja (Kementerian Kesehatan, 2005). Gigi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi perubahan paradigma sistem pemerintahan, baik ditingkat pusat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATIEMPAT LAWANG PROVINSI SUMATERA SELATAN. PERATURAN BUPATI EMPAT LAWANG NOMOR : 0i\ TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARIF KAPITASI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI MALUKU TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

PENINGKATAN PELAYANAN GIZI DALAM MENUNJANG AKREDITASI PUSKESMAS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

BAB I PENDAHULUAN. penggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. 1

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis hal.ini tertera dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009.Kesehatan merupakan hak setiap manusia dimana hak tersebut harus di lindungi serta diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini ditegaskan dalam Undang- Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 H ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sebuah negara dikatakan sejahtera apabila kesehatan dari warga negara dalam keadaan baik, hal ini menunjukkan kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan sebuah negara. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat seseorang untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.dalam mencapai pembangunan kesehatan yang optimal, pengaruh dari mutu suatu pelayanan kesehatan sangatlah berpengaruh. Di era modern saat ini, tuntutan masyarakat akan pelayanan yang bermutu berbanding lurus dengan perkembangan zaman. Masyarakat saat ini sangatlah kritis terhadap berbagai hal baik politik, ekonomi dan terutama jika hal tersebut berkaitan dengan kesehatan.semakin majunya pendidikan serta pendapatan dari masyarakat menyebabkan pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan aspek penting yang dicari oleh masyarakat.kesehatan pada saat ini merupakan 1

2 kebutuhan pokok dari masyarakat dimana kesehatan dianggap sebagai sebuah investasi yang harus dijaga. Oleh karena itu, masyarakat akan mencari fasilitas kesehatan yang memberikan jaminan mutu tinggi daripada fasilitas kesehatan yang tidak mengutamakan kualitas pelayanannya. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal54ayat(1) menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggungjawab, aman, bermutu serta merata dan non diskriminatif. Hal ini menunjukkan bahwa keterjaminan mutu merupakan bagian dari tanggung jawab pemberi pelayanan kesehatan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193 menyatakan bahwa Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya. Peraturan tersebut menunjukkan bahwa mutu yang diberikan haruslah berdasarkan kebutuhan pasien bukan karena pertimbangan pribadi. Menurut Kemenkes RI mutu pelayanan kesehatan, yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Dalam mengendalikan mutu, akreditasi merupakan salah satu cara yang dibuat oleh pemerintah agar mutu dari suatu pelayanan kesehatan dapat terjaga. Akreditasi adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh lembaga eksternal 2

3 terhadap hasil penilaian kesesuaian proses dengan standar yang berlaku (digunakan). BPJS merupakan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan di Indonesia dimana BPJS bekerjasama terhadap seluruh pelayanan kesehatan milik pemerintah dalam melakukan Jaminan Kesehatan peserta BPJS. Pada buku saku FAQ (frequently, Asked, Questions) BPJS yang dikeluarkan oleh BPJS menyatakan bahwa Pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan kesehatan hatus memperhatikan mutu pelayanan,berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektivitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya. Penerapapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan dilakukan secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan, memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang ditetapkan, serta pemantauan terhadap iuran peserta (BPJS, 2013). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)dimulai pada tanggal 1 Januari tahun 2014 dan masih berlangsung hingga sekarang. Keberadaan JKN telah melahirkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, dimana pada pasal 39 mewajibkan puskesmas untuk melakukan akreditasi. Hal ini didukung dengan keberadaan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional dimana mewajibkan agar Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) haruslah terakreditasi sebagai syarat kerjasama antara FKTP dan BPJS. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana otonomi daerah dalam bidang kesehatan dan dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas (Kadin).Kadin berkedudukan di bawah Bupati/Walikota serta bertanggung jawab langsung pada

4 Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah (Sekda).Dinas kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di Bidang Kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dasar dari Dinas Kesehatan dimana puskesmas berada dibawah dinas kesehatan dan bertanggung jawab kepadanya. Oleh karena itu, proses pengakreditasian puskesmas juga berdasarkan rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota terkait. Dinas kesehatan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam kesuksesan akreditasi puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peran penting dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), khususnya subsistem upaya kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang puskesmas, puskesmasadalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginyadi wilayah kerjanya.dengan demikian, puskesmas menjadi fasilitas kesehatan terdepan dalam upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, mutu puskesmas menjadi hal yang mutlak untuk diperhatikan. Akreditasi puskesmas adalah suatu pengakuan terhadap hasil dari proses penilaian eksternal, oleh Komisioner Akreditasi terhadap puskesmas, apakah sesuai dengan standar akreditas yang ditetapkan.tujuan dari akreditasi puskesmas ini sendiri yaitu untuk meningkatkan mutu layanan puskesmas. Dengan adanya pengakreditasian puskesmas ini diharapkan akan mampu membuat masyarakat

5 percaya akan jaminan mutu dari sebuah fasilitas kesehatan yang dalam hal ini adalah puskesmas. Dalam proses pengakreditasian puskesmas perlu standar untuk melakukannya. Hal ini telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi puskesmas, klinik pratama,tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dimana terdapat 3 standard dengan 772 elemen penilaian akreditasi. Dalam penilaian akreditasi puskesmas terdapat tiga kelompok pelayanan yang dinilai yaitu berupa kelompok administrasi manajemen, kelompok upaya kesehatan masyarakat (UKM), dan juga kelompok upaya kesehatan perorangan. Ketiga kelompok tersebut merupakan poin utama dalam penilaian akreditasi puskesmas dimana setiap kelompok tersebut memiliki standar dan elemen penilaian yang telah ditetapkan. Pengakreditasian puskesmas di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 2015 dan diharapkan dapat selesai pada tahun 2019. Puskesmas yang tidak terakreditasi pada tahun 2019 akan diberhentikan dari kerjasama dengan BPJS sebagai sanksinya. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2009-2014 jumlah puskesmas yang terdapat di Indonesia yaitu sebanyak 9.731 unit. Sebanyak 600 puskesmas telah mendaftar untuk dilakukannya akreditasi, sementara hingga november 2015, baru sebanyak 10 puskesmas saja yang telah terakreditasi. Berikut 10 puskesmas yang telah terakreditasi di Indonesia.

6 No. Puskesmas Provinsi 1. Puskesmas Wonosobo 1 Jawa Tengah 2. Puskesmas Selomerto 1 Jawa Tengah 3. Puskesmas Mojo Tengah Jawa Tengah 4. Puskesmas Garung Jawa Tengah 5. Puskesmas Tamanan Jawa Timur 6. Puskesmas Panarukan Jawa Timur 7. Puskesmas Mangaran Jawa Timur 8. Puskesmas Banyuanyar Jawa Tengah 9. Puskesmas Omben Jawa Timur 10. Puskesmas Waepana Nusa Tenggara Timur Tabel 1.1 Daftar 10 puskesmas terakditasi di Inonesia Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2015 Berdasarkan penelitian Idris (2015) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor kendala dalam melakukan kesiapan puskesmas dalam implementasi Akreditasi di Kota Lhoksumawe berupa; sumber daya tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dan fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas belum memadai dan memenuhi standard, anggaran yang tersedia masih terbatas, serta belum adanya kebijakan terkait akreditasi puskesmas daerah untuk melakukan persiapan dan penganggaran. Pengimplementasian kebijakan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti struktur organisasi, sumberdaya, komunikasi, dan juga disposisi atau sikap.keempat hal tersebut mempengaruhi keberhasilan dari suatu pengimplementasian kebijakan yang dalam hal ini adalah akreditasi puskesmas. Dinas Kesehatan Kota Binjai memiliki wilayah kerja di 5 kecamatan dengan 8 puskesmas sebagai UPTD. Pengakreditasian puskesmas untuk wilayah kerja Kota Binjai telah dimulai dan terdapat 3 puskesmas di kota Binjai yang ditunjuk untuk mengikuti akreditasi pada tahun 2016. Ketigapuskesmas tersebut antara lain Puskesmas Tanah Tinggi, Puskesmas Hasan, dan Puskesmas Kebun Lada. Ketiga Puskesmas ini diharapkan untuk mendapatkan sertifikat akreditasi

7 pada tahun 2016 dengan hasil yang memuaskan. Pemilihan ketiga puskesmas pada dasarnya puskesmas yang dipilih terdiri dari dua puskesmas yang sudah rawat inap dan satu puskesmas trauma cente ratau 24 jam sehingga jika dilihat dari segi sarana dan prasarananya secara umum lebih unggul daripada puskesmas lainnya. Disamping itu, ketiga puskesmas tersebut, dipilih karena telah dianggap siap untuk melakukan akreditasi puskesmas di tahun 2016 ini. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis kesiapan Dinas Kesehatan Kota Binjai dalam implementasi akreditasi puskesmas tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakahkesiapan Dinas Kesehatan Kota Binjai dalam implementasi akreditasi puskesmas tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan Dinas Kesehatan Kota Binjai dalam implementasi akreditasi puskesmas tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Binjai. b. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi penelitian lain terkait dengan persiapan akreditasi puskesmas. c. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang administrasi dan kebijakan kesehatan terutama yang berkaitan dengan persiapan akreditasi puskesmas.