BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR PUSTAKA. Anonimus b Teori pendapatan. Dahlanforum.wordpress.com /2007/12/22/pendapatan/. Diakses pada tanggal 22 Februari 2010.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PROGRAM KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II DENGAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI ( TRI )

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Latar Belakang Pembangunan bidang ekonomi, keseimbangan bidang pertanian dengan industri Pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan; Pembangunan ekono

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB I PENDAHULUAN. terutama buah dan sayuran masih terbuka lebar, karena jutaan hektar lahan kering

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak. terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal

SOAL A 1. Dalam prinsip opportunity cost,

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan usaha antara yang besar dan usaha yang kecil, antara yang kuat dan yang lemah. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara cepat bersimbiose mutualistik sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi. Di samping itu, sekaligus diharapkan dapat mempercepat kemampuan golongan ekonomi lemah, memecahkan masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Hafsah, 2000). Dalam UU tentang Usaha Kecil Nomor 9 Tahun 1995, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut : 1. Usaha menengah dan usaha besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha. 2. Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diupayakan kearah terwujudnya keterkaitan usaha. 3. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologo 4. Dalam melaksanakan hubungan ke dua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara (Anoraga dan Sudantoko, 2002).

Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Proses ini harus benar benar dicermati sejak awal sehingga permasalahan yang timbul dapat diketahui baik besarnya permasalahan maupun langkah langkah yang perlu diambil. Disamping itu perubahan peluang dan pangsa pasar yang timbul dapat segera dapat diantisipasi sehingga target yang ingin dicapai tidak mengalami perubahan. Rangkaian urutan proses pengembangan kemitraan merupakan suatu urutan tangga yang ditapaki secara beraturan dan bertahap untuk mendapatkan hasil yang optimal. Komitmen perusahaan terhadap masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan perusahaan. Membangun masyarakat yang sehat dan kinerja yang tinggi merupakan tujuan setiap perusahaan, sehingga perusahaan akan terus berupaya mencapai pengakuan, termasuk dalam kepedulian masyarakat. Dengan demikian, banyak perusahaan beroperasi pada lahan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan hajat hidup orang banyak. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan akan dengan mudah memberikan kemampuan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, namun dilain sisi, perusahaan juga mengalami dilema dalam melakukan kegiatan sosial ini akibat banyaknya permintaan dan motivasi tertentu dari masyarakat itu sendiri (Hafsah, 2000).

Manfaat kemitraan bagi PTPN II : 1. Mengangkat pamor dan kredibilitas perusahaan (PTPN II). 2. Salah satu upaya dalam membentuk hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar (masyarakat tidak lagi meminta sumbangan atau menjarah hasil produksi dan properti milik PTPN II). 3. Adanya kepuasan secara sosial karena dapat membantu masyarakat. Proses bagi hasil antara PTPN-II dengan para petani bermitra adalag 65% bagi petani dan 35% bagi PTPN-II. 35% tersebut sudah termasuk sewa lahan para petani ke PTPN-II karena PTPN-II hanya menyediakan lahan saja kepada para petani. Sedangkan manfaat kemitraan bagi petani tebu rakyat intensifikasi adalah dapat meningkatkan pendapatan petani dan membuka lapangan pekerjaan bagi petani tebu. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Komposisi kemitraan itu sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku ekonomi seperti produsen, pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga riset lain, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya (Haeruman, 2001).

Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak. Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997). Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya yaitu sebagai berikut: 1. Membangun hubungan jangka panjang. 2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang. 3. Perencanaan produk yang difokuskan. 4. Kesadaran pelanggan ditingkatkan. 5. Membuka saluran-saluran penjualan. 6. Mengendalikan biaya-biaya penjualan (Linton, 1997). Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Aktivitas PKBL merupakan wujud nyata dari program penanggulangan dan pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah, dimana masyarakat miskin merupakan sasaran utamanya (Anonimus, 2010). Dalam menunjang keberhasilan agribisnis, maka tersedianya bahan baku pertanian secara kontinu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya

produksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain macam komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim, dan faktor sosial ekonomi produsen (Soekartawi, 1999:47). 2.2. Landasan Teori Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dalam prisip saling membesarkan. Karena merupakan suatu strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan (Hafsah, 2000). Tolak ukur hasil kemitraan dapat diketahui dengan adanya evaluasi, evaluasi kinerja dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil yang didapat dari kemitraan, padahal antara keduanya mempunyai arti yang berbeda meskipun saling berhubungan. Mengukur adalah membandingan sesuatu dan satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya. Proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Yustika, 2002). Pola kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN (Pasal 1 KEPMEN BUMN NO:KEP/MBU/2003).

Secara konseptual, kemitraan mengandung makna adanya kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan harus diperhatikan dalam konsep tersebut (Sumardjo, dkk. 2004). Analisa usahatani dibutuhkan dalam perencanaan sejak pembukaan lahan sampai tebu siap dipasarkan. Di dalam analisa usahatani ini, kita akan tahu seberapa banyak tenaga, alat, dan bahan-bahan yang akan dibutuhkan sehingga bias diperkirakan berapa besar modal yang perlu disediakan dan berapa banyak besarnya pendapatan yang akan diperolehnya (Najiyati dan Danarti, 1990). Suatu rencana usahatani dalam azaznya harus mengandung hal-hal berikut, jenis dan nilai input, jumlah dan harga input yang akan digunakan, jumlah uang atau kredit yang diperlukan untuk pembiayaan pelaksanaan rencana, jumlah produksi yang akan diperoleh dan seberap banyak dari produksi tersebut yang akan dijual untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan bersih yang diharapkan (Yustika, 2002). Unsur-unsur pokok yang selalu ada pada suatu usahatani meliputi empat macam yang biasa disebut sebagai factor-faktor produksi yaitu: tanah, tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen (Rustam, 2010). Masalah konsep yang umum ditemui dalam menyiapkan analisa investasi usahatani adalah bagaimana menentukan biaya tenaga kerja keluarga. Prinsip yang umum dipakai dalam penilaian adalah menilai pekerja keluarga atau biaya oportunitasnya: yaitu manfaat keluarga yang dikorbankan untuk ikut serta dalam usahatani (Herjanto dan Eddi, 1999).

Untuk melihat tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu juga dilihat sisi yang lain yaitu perkembangan jumlah pembelanjaan petani untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan konsumen dihadapkan kepada pilhan untuk mengalokasikan pendapatannya. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani beserta keluargannya. Kedua, pengeluaran untuk produksi/budidaya pertanian yang merupakan lading penghidupannya yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi atau pembentukan barang modal. Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani telah terpenuhi; dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal merupakan factor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani (Santosa, A. 2008). Dari segi ekonomi, cirri yang sangat penting pada petani kecil ialah terbatasnya sumberdaya dasar tempat ia berusahatani. Pada umumnya, mereka akan menguasai sebidang lahan kecil, kadang-kadang disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencarpencar dalam beberapa petak. Mereka mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan dan kesehatan yang sangat rendah. Mereka sering terjerat oleh hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup menerima dukungan penyuluhan, pengaruh mereka kecil dalam pengawasan dan penyelenggaraan lembaga desa. Akibatnya, kelangsungan hidup mereka sering tergantung kepada orang lain dan pengaru iklim yang jelek atau harga yang rendah dapat membawa bencana bagi petani dan keluarga (Soekartawi, 1994).

Dapat diketahui bahwa sistem kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil atau antara perusahaan inti dengan petani plasma di Indonesia berada di wilayah pertumbuhan atau tergolong sedang. Artinya pengaruh faktor kekuatan tidak terlalu mendominasi faktor internal dalam sistem kemitraan. Begitupun faktor peluang juga tidak terlalu mendominasi faktor eksternal dalam sistem kemitraan. Faktor internal dalam sistem kemitraan berkaitan dengan faktor tenaga kerja, produktivitas, pendapatan, ketrampilan dan kemampuan teknis, permodalan, pengalaman pasar, kontinuitas bahan baku, teknologi, lahan produksi dan kebijakan kerjasama kedua belah pihak yang bermitra. Faktor eksternal kemitraan berkaitan dengan prospek pengembangan usaha, fluktuasi permintaan, fluktuasi harga sarana penunjang produksi, sumber daya alam, pesaing, dan peluang peningkatan diversifikasi usaha (Widiastuti, 2002). Produksi merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa dengan jalan mengkombinasikan faktor faktor produksi yang meliputi : tanah (sumber daya alam), tenaga kerja (sumber daya manusia), modal dan manajemen (Kadariah, 1994). Di dalam kegiatan produksi usaha pasti mengeluarkan biaya seperti : biaya tenaga kerja, bahan baku, alat alat dan sebagainya. Semua biaya yang dikeluarkan adalah biaya produksi. Perhitungan semua biaya yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa sampai barang tersebut terjual disebut sebagai kalkulasi harga pokok (Rosyidi, 1998). Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993). Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988). Berdasarkan jenis biaya dapat dikategorikan menjadi : 1. Biaya tetap atau Fixed Cost (FC) merupakan biaya-biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Yang termasuk dalm biaya tetap adalah pinjaman modal, biaya sewa peralatan dan pabrik, tingkat depresiasi yang ditetapkan dan pajak kekayaan. 2. Biaya Variabel atau Variabel Cost (VC) merupakan biaya yang berubah sesuai dengan output. Jadi biaya variable merupakan fungsi dari tingkat output. Yang termasuk dalam variabel ini adalah pengeluaran bahan baku, depresiasi yang disebabkan oleh penggunaan peralatan, biaya tenaga kerja dan biaya input lainnya yang berubah sesuai tingkat output. Soekartawi, (1995), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).

2.3 Kerangka Pemikiran Dalam melaksanakan fungsi manajemen dalam pemanfaatan dana kemitraan dan untuk mewujudkan misi perusahaan dalam menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan, maka dibentuklah pola kemitraan terhadap petani Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Petani mepunyai 2 sistem pola pengolahan lahan antara lain program kemitraan dengan PTP.N.II dan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Program kemitraan dengan PTP.N.II merupakan sistem pola pengolahan lahan dalam bentuk kemitraan antara petani dengan PTPN II dimana lahan merupakan lahan PTPN II yang disewakan kepada petani, sedangkan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) merupakan pola pengolahan lahan dimana lahan, modal dan biaya produksi ditanggung oleh petani sendiri. Petani yang mengikuti program kemitraan melakukan proses produksi dan mengeluarkan biaya produksi. Setelah proses produksi, petani memperoleh penerimaan sesuai dengan harga pasar dan sistem bagi hasil yang ditetapkan dalam program kemitraan tersebut. Dari hasil penerimaan tersebut didapatkan pendapatan akhir petani setelah dikurangkan dengan total biaya produksi. Demikian juga dengan petani TRI. Hanya saja total penerimaan yang didapat petani tidak dibagi lagi. Setelah ini akan dilihat apakah ada perbedaan pendapatan antara petani TRI dengan yang mengikuti program kemitraan PTP.N.II.

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Petani Program Kemitraan T R I Biaya Biaya Produksi Produksi Harga Harga Pendapatan Petani Sistem A Pendapatan Petani Sistem B Perbandingan Pendapatan Perbandingan Biaya Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : menyatakan hubungan : menyatakan pengaruh

2.4 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian berdasarkan landasan teori adalah sebagai berikut : 1. Tingkat biaya pada program kemitraan PTPN II lebih tinggi daripada petani Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). 2. Tingkat pendapatan pada program kemitraan PTPN II lebih tinggi daripada petani Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).