BAB I PENDAHULUAN. Islam tersebut dinamakan orang mu min. Orang mu min adalah seseorang yang

dokumen-dokumen yang mirip
Implikasi Pendidikan dari Q.S. Al-Mu minun Ayat 1-9 tentang Pendidikan Karakter

BAB V KESIMPULAN, SARAN-SARAN DAN PENUTUP. 1. Pendapat Para Mufassir tentang Q.S. Al-Mu minun Ayat 1-9

BAB II TAFSIR Q.S. AL-MU MINUN AYAT 1-9 MENURUT PARA MUFASSIR

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam adalah Agama yang ditetapkan Allah SWT untuk manusia, segala

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan-nya (sahadat),

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

TUGAS KITA SEBAGAI HAMBA ALLAH & UMMAT NABI. Tugas sebagai hamba ialah beribadah. QS 51. Adzariyat 56:

DAFTAR TERJEMAH No Halaman BAB Terjemah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB I PENDAHULUAN. Sumber nilai Islam adalah Al-Qur'an yang di sampingnya ada juga Hadits

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

KAYA TAPI ZUHUD. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY)

PROPOSAL KEGIATAN PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW SMP NEGERI 14 DEPOK H / 2007 M

Memburu Malam Seribu Bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Kewajiban Menunaikan Amanah

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komunikasi efektif merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada Allah. Allah berfirman dalam Qs.Al-hujurat ayat 13 :

TAUHID. Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY DAFTAR ISI PRAKATA PENULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Hilangkan Keluh & Kesah

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

Oleh: Drs. Abas Asyafah, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB IV MAKNA DAN HUBUNGAN KESAKSIAN MANUSIA TERHADAP KE- ESAAN ALLAH DI ALAM RAHIM DALAM KEHIDUPAN DI DUNIA

ISLAM DAN SYARI AH ISLAM

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alifa Milayanti, 2014 Pengaruh Pemahaman Siswa tentang Ṭahāraħ terhadap Pengamalannya pada Kehidupan Sehari Hari

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir. Disebarluaskan melalui:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

Al-Ilmu, ILMU MENDAHULUI AMAL Pentingnya menggali ilmu sebagai awal pelaksanaan amalan Ibadah Dirangkum oleh : Yulia Dwi Indriani

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup manusia. kearah kearifan ( wisdom), pengetahuan ( knowledge), dan etika ( conduct).

Bab 8. Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

BAB I PENDAHULUAN. dasar pendidikan menurut Islam. Al-Qur an merupakan petunjuk bagi umat

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB IV ANALISIS RISIKO KUFUR NIKMAT

Guru sebagai Ulama. Oleh: Muhammad Kosim. (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN IB Padang)

BAB I PENDAHULUAN. ibadah kepada Allah SWT. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

Implikasi Pendidikan dari Qs Al-Baqarah Ayat 129 tentang Tugas Pendidik terhadap upaya Pembinaan Aqidah

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wanita ialah perempuan dewasa, kaum putri (dewasa) yang berada pada

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu-ilmu al-quran Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 37.

Masih Spiritualitas Bisnis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Program Bimbingan Keagamaan Islam dalam Coping Stress Narapidana

BAB IV ANALISIS METODE DAKWAH PONDOK PESANTREN SYAIKH JAMILURRAHMAN AS-SALAFY

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Di dalamnya termuat ajaran hukum, akidah, etika,

BAB I PENDAHULUAN. Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat), AR-Russ Media, Yogjakarta, hlm.26.

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMU KARYA WIWID PRASETYO

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Muhasabah *) Dari firman Allah di atas tersirat suatu perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya hari esok akan lebih baik.

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang mementingkan keyakinan yang mendalam (pasrah) dalam menerima segala aturan yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Kepasrahan tersebut merupakan bukti yang harus dimiliki oleh setiap yang menerima Islam sebagai agama yang benar, seseorang yang menerima kebenaran Islam tersebut dinamakan orang mu min. Orang mu min adalah seseorang yang beriman (pasrah) kepada Allah dan Rasul-Nya, baik secara lahir maupun batin. Bukan hanya pasrah dalam segala aturan, namun kepatuhan juga sangat melekat pada diri seorang mu min seperti pendapat M. Quraish Shihab (2002) bahwa iman adalah kepatuhan dan pembenaran yang disertai dengan pemenuhan konsekuensinya. Orang mu min yang sejati senantiasa menunjukkan identitasnya dalam segala ucapan serta tindakannya baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan sosial. Dari situlah maka akan muncul sebuah karakter mu min yang sejati. Karakteristik inilah yang menjadikan orang mu min sebagai orang yang beruntung, melalui sifat-sifatnya ada bias menguat dalam kontruksi komunitas mu min dan ragam kehidupannya, kehidupan mulia sesuai dengan karakter manusia yang dimuliakan Allah dan karenanya menghendaki manusia melangkah secara bertahap sehingga mencapai tingkat hidup sempurna. ( Ahzami Samiun Jazuli, 2006 : 232 ). Pada saat ini fenomena kemusyrikan sudah banyak dibingkai dengan bingkai agama, dikalangan masyarakat sekarang ini banyak sekali orang yang 1

2 mengaku dirinya sebagai mukmin dan sudah merasa sempurna dalam melakukan ibadah, namun pada kenyataannya banyak pengakuan palsu, mereka merasa dirinya mukmin namun tidak melaksanakan shalat lima waktu, padahal dalam Islam sendiri shalat merupakan hal yang paling utama dilaksanakan dan shalat adalah tiangnya agama, bagaimana sesorang itu dikatakan mukmin kalau belum melaksanakan shalat lima waktu, karena salah satu ciri orang mukmin ialah melasanakan shalat dengan sempurna (lima waktu) dan selalu memelihara shalat yang telah dilaksanakannya. Oleh karenanya untuk mewujudka pribadi muslim itu berawal dalam lingkungan keluarga, bagaimana cara keluarga menanamkan keimanan, jika keluarga sudah benar menanamkan tauhid dan aqidah dengan benar, maka dengan sendirinya akan menghasilkan pribadi mukmin yang sesungguhnya, sehingga tidak akan ada lagi pribadi yang mengaku mukmin namun tidak shalat, akan tetapi di kehidupan yang akan mendatang, keluarga akan menghasilkan seorang mukmin yang sempurna. Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya memiliki jiwa keimanan yang teraplikasi dalam sebuat sifat seperti yang dimiliki oleh seorang mu min. Oleh karenanya banyak orangtua yang benar-benar mendidik anak-anaknya agar mereka memilki jiwa keimanan serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti senantiasa melaksanakan ibadah yang semestinya telah diperintahkan oleh agama dan menjalankan kehidupan dengan rasa tanggung jawab karena keimanan yang dimilikinya. Namun pada kenyataannya, dalam fenomena yang terjadi sekarang-sekarang ini banyak orang yang terlihat terdidik dalam segi

3 agama dan mengaku bahwa sudah merasa beriman, tapi dalam kehidupan belum sepenuhnya melaksanakan shalat yang semestinya dilaksanakan. Salah satu bentuk sebagai penguatan kaimanan yaitu dengan melihat sifat-sifat yang dimiliki orang mu min yaitu tetap memelihara ibadah shalat, jika shalat saja belum dilaksanakan dengan sempurna, bagaimana akan membentuk sifat seperti mu min. Dalam hal ini keluarga yang seharusnya memberikan pendidikan langsung serta mengawasi setiap perkembangan anak sejak dini sampai menuju dewasa, sehingga terbentuklah sebuah sifat sebagai penguat keimanan. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan kaitannya dengan penguatan keimanan, maka betapa pentingnya seorang muslim memiliki pendidikan keimanan dalam kehidupan. Selain mendidik keluarga juga perlu memperhatikan setiap tingkah laku anggota keluarga agar memiliki iman yang kuat yang diinginkan tentunya sesuai dengan yang dimiliki seorang mu min yang sempurna, maka dari itu sebagai orangtua harus memberikan pendidikan yang sesuai, yaitu berawal dari pendidikan keimanan. Istilah keimanan dalam Al-Qur anpun disebutkan karena hal ini sangat berhubungan dengan manusia, Al-Qur an adalah kitab suci yang isinya sangat universal mencakup semua aspek dalam kehidupan salah satunya yaitu mengungkapkan tentang sifat-sifat yang menjadikan orang-orang mu min berutung, seperti halnya yang terdapat pada Firman Allah dalam Q.S Al- Mu minun ayat 1-9 :

4 (1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (2) (yaitu) orangorang yang khusyu' dalam shalatnya, (3) Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, (4) Dan orang-orang yang menunaikan zakat, (5) Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, (6) Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceia. (7) Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. (8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (9) Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (Q.S Al-Mu minun : 1-9). Pendidikan keimanan merupakan pendidikan seseorang yang mencakup akan kepercayaan terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi/Rasul, Hari Akhir dan Takdir. Termasuk di dalamnya adalah materi tata cara ibadah, baik ibadah mahdlah seperti shalat, zakat, shaum, dan haji. Maupun ibadah ghaira mahdlah seperti berbuat baik kepada sesama. Dan tujuan dari pendidikan keiman itu sendiri adalah agar seorang anak memiliki dasar-dasar keimanan dan ibadah yang kuat (Heri Juhari Muchtar, 2008 : 16). Berkenaan dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut dan perlu dilakukan penelitian mengenai, IMPLIKASI PENDIDIKAN DARI Q.S. AL-MU MINUN AYAT 1-9 TENTANG PENGUATAN KEIMANAN MELALUI PENDIDIKAN DALAM KELUARGA.

5 B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi bahwa masalah penelitian ini adalah : Implikasi Pendidikan Dari Q.S. Al-Mu minun Ayat 1-9 Tentang Penguatan Keimanan Melalui Pendidikan dalam Keluarga. Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka masalah ini dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana tafsir dari Q.S. Al-Mu minun ayat 1-9 menurut para mufassir? 2. Bagaimana esensi dari Q.S Al-Mu Minun ayat 1-9? 3. Bagaimana pendapat para ahli pendidikan tentang pendidikan keimanan melalui pendidikan dalam keluarga? 4. Bagaimana implikasi pendidikan dari Q.S. Al-Mu minun ayat 1-9 tentang penguatan keimanan melalui pendidikan dalam keluarga? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang implikasi pendidikan dari Q.S. Al-Mu minun ayat 1-9 tentang pendidikan keimanan melalui pendidikan dalam keluarga. Maka tujuan penelitian yang akan dicapai ialah untuk mengetahui : 1. Tafsir dari Q.S. Al-Mu minun ayat 1-9 menurut para mufassir. 2. Esensi dari Q.S Al-Mu Minun ayat 1-9. 3. Pendapat para ahli pendidikan tentang pendidikan keimanan melalui pendidikan dalam keluarga.

6 4. Implikasi pendidikan dari Q.S. Al-Mu minun ayat 1-9 tentang penguatan keimanan melalui pendidikan dalam keluarga. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini meiliki kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu : 1. Secara teoritis : - Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemikiran atau informasi bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam yaitu pendapat para mufassir tentang penguatan keimanan melalui pendidikan dalam keluarga. - Menambah pengetahuan tentang pendidikan keimanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 2. Secara praktis : - Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pendidik khususnya keluarga dalam memberikan pendidikan sehingga para anggota keluarga memiliki keimanan yang kuat melalui sifat-sifat yang dimiliki seorang mu min. E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah pola berfikir ilmiah yang secara garis besar menggambarkan apa yang dilakukan oleh peneliti dalam memecahkan masalah penelitian. (Hadar Hadawi, 1993 : 155) Adapun yang menjadi kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7 Dalam komposisinya yang mengukuhkan kedudukannya sebagai mu jizat, Al-Qur an adalah kitab suci yang isinya sangat universal mencakup semua aspek dalam kehidupan salah satunya yaitu mengungkapkan tentang sifatsifat manusia yang beriman dalam menjalankan ibadah yang sesuai dengan syariah Islam, baik ibadah maupun muamalah, bermuara pada terwujudnya akhlak atau sifat mulia. Seorang muslim yang melaksanakan shalat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan selalu merasa beruntung dalam hidupnya sehingga memiliki hati yang tenang, berbuat yang benar, serta terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Seperti ayat yang terdapat pada Firman Allah dibawah ini: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (Q.S Al-Mu minun (23) :1) Ayat di atas ditafsirkan oleh para muffasir bahwa sesungguhnya orang yang beruntung adalah orang yang beriman. Dalam hal ini orang beriman yang seperti apakah yang memilki keberuntungan, yaitu orang yang beriman yang memiliki sifat-sifat diantaranya yaitu orang-orang yang khusyu dalam shalatnya, orang-orang yang menjauhkan diri dari perilaku yang tidak berguna yang menyangkut perkataan dan perbuatan, orang-orang yang menunaikan zakat, orang-orang yang memelihara kemaluannya dari perbuatan haram, orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, orang-orang yang memelihara shalatnya, yaitu mereka senantiasa melaksanakan shalat tepat waktu. Allah mengawali penyebutan sifat-sifat terpuji ini dengan shalat dan mengakhirinya

8 dengan shalat pula. Hal ini menunjukkan keutamaan shalat. Seperti yang terdapat pada ayat lain yaitu: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Ankabut (29) : 45). Demikianlah, hikmah pelaksanaan syariah dalam hal shalat yang juga terjadi pada ketentuan-ketentuan syariah lainnya, seperti zakat, puasa dan haji. Karena semua itu akan membawa pada sikap dan perilaku seseorang yang mulia dalam segala aspek kehidupannya. Mengkaji dan mendalami konsep akhlak bukanlah yang terpenting, tetapi merupakan sarana yang dapat mengantarkan seseorang bersikap dan berperilaku mulia seperti yang dipesankan oleh Nabi SAW. Dengan pemahaman konsep yang jelas dan benar tentang konsep akhlak, seseorang akan memiliki pijakan dan pedoman untuk mengarahkannya pada tingkah laku sehari-hari sehingga dapat dipahami apakah yang dilakukannya benar atau tidak, termasuk karakter mulia (akhlaq mahmudah) atau karakter tercela (akhlaq madzmumah). Oleh karena itu, untuk membentuk keimanan, maka harus dibina pendidikan keimanan agar keimanan seseorang itu kuat bukan hanya sekedar dimilki semata namun keimanan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dikutip dari Marzuki (2015 : 3) menyebutkan bahwa Pendidikan merupakan upaya terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi

9 individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak (berkarakter) mulia. Dalam hal ini pendidikan sangat diperlukan, karena untuk membangun seorang manusia yang utuh dan berkarakter yang memiliki fondasi keimanan dan ketakwaan yang tangguh perlu adanya pendidikan, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Marzuki dalam buku Pendidikan Karakter Islam (2015 : 3-5). Pendidikan mempunyai misi yang tidak ringan, yaitu membangun manusia yang utuh dan paripurna yang memiliki nilai-nilai karakter yang agung disamping itu juga harus memiliki fondasi keimanan dan ketakwaan yang tangguh. Oleh karena itu, pendidikan menjadi agent of change yang harus mampu melakukan perbaikan karakter bangsa. Sedangkan pendidikan keimanan itu sendiri dapat diartikan sebagai pendidikan seseorang yang mencakup akan kepercayaan terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi/Rasul, Hari Akhir dan Takdir. Termasuk di dalamnya adalah materi tata cara ibadah, baik ibadah mahdlah seperti shalat, zakat, shaum, dan haji. Maupun ibadah ghaira mahdlah seperti berbuat baik kepada sesame (Heri Juhari Muchtar, 2008 : 16). Menurut Ahzami Samiun Jazuli (2006 : 476) keimanan mempunyai manfaat yaitu menumbuhkan makna kemuliaan, kekuatan, percaya sepenuhnya kepada Allah, tenang selalu bersama-nya, harapan akan pertolongan-nya dalam diri pelakunya serta menghindarkannya dari tipu daya orang-orang yang gemar melakukan kezaliman.

10 F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode penelitian deskriptif analitik yaitu usaha untuk mengumpulkan data yang ada. Metode deskriptif analitik mempunyai sifat-sifat tertentu, yaitu memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada (masalahmasalah actual) Data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. (Winarno Surachmad, 1998:140). Dilihat dari tujuannya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan karakteristik, atau sifat sesuatu, misalnya baik, sedang, kurang baik dan tidak baik (Moh. Ali, 1993 :171). Digunakannya metode deskriptif analitik dan pendekatan kualitatif ini, atas dasar pertimbangan bahwa data yang dikumpulkan bersifat alamiah dan sudah ada dalam Al-Qur an yaitu implikasi pendidikan dari Q.S. Al-Mu minun ayat 1-9 tentang pendidikan keimanan melalui pendidikan dalam keluarga. Sementara itu dalam langkah penuangan tafsir (penafsiran ayat-ayat yang diteliti) yaitu menggunakan pendekatan metode tafsir tahlili. Metode tafsir tahlili yaitu menginventarisir berbagai informasi yang terkandung dalam ayat yang

11 dikaji, dengan mengikuti urutan mushaf Al-Qur an serta menganalisis secara mendalam dari berbagai sudut panadang, dan menguraikannya secara luas (H.U Saefuddin ASM, 2015 : 7). Adapun langkah-langkah metode tafsir tahlili yang ditempuh dalam penelitian ini adalah : 1. Tamhid, mengidentifikasi permasalahanyang mungkin muncul dalam ayatayat yang dikaji. 2. Tafsir, menyoroti dan menjelaskan makna ayat, baik secara historis maupun analisis. 3. Ta wil, yaitu menganalisis ayat yang dikaji untuk memperoleh gambaran tentang nilai yang terkandung didalamnya baik yang tersurat maupun yang tersirat, serta menentukan implikasinya dalam kehidupan. G. Sumber Kajian Sumber kajian yang dipergunakan dalam penelitaian ini adalah : 1. Al-Qur an oleh Departemen Agama Republik Indonesia. 2. Tafsir Ibnu Katsir jilid 3 oleh Muhammad Nasib Ar-rifa I 3. Tafsir Al-Maraghi Juz 18 oleh Ahmad Mustafa A-Maraghi 4. Tafsir Fi Zhilalil Qur an Jilid 8 oleh Sayyid Quthb 5. Tafsir Jalalain Jilid 3 oleh Imam Jalaluddin Al-Mahalli 6. Tafsir Al-Qur anul Majid An-Nuur Jilid 3 oleh Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. 7. Buku-buku referensi yang berkaitan dengan materi dalam penelitian ini.