BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara biologik di jaringan sekitar (Bence, 2005).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

fungsi dan bentuk lengkung gigi tetap baik (Aya, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

Amomum cardamomum Willd

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertujuan untuk mempertahankan gigi vital atau gigi nekrosis, agar gigi tetap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang seperti Indonesia (Stella et al, 2012). S. typhii adalah bakteri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu dicabut. Proses perawatan saluran akar meliputi preparasi biomekanis,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

Rumusan masalah Apakah ada efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan medikamen saluran akar?

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Perawatan Saluran Akar Menurut Bence (2005) perawatan saluran akar adalah bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapeksnya.tujuan dari perawatan endodotik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik di jaringan sekitar (Bence, 2005). Irigasi pada saluran akar adalah tindakan pembersihan yang bertujuan mengambil fragmen jaringan pulpa dan serpihan dentin dari saluran akar (Grossman, 1995). Preparasi yang dilakukan secara mekanik dengan menggunakan instrumen pada saluran akar tidak dapat menghasilkan proses pembersihan yang sempurna sehingga menyebabkan adanya debris yang tertinggal dalam saluran akar. Debris ini akan menjadi tempat tumbuhnya bakteri yang merupakan sumber terjadinya infeksi ulang dan kegagalan dalam perawatan saluran akar (Walton dan Trobanejad, 2003). Perawatan saluran akar dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu preparasi biomekanik, disinfeksi dan obturasi atau pengisian saluran akar. Salah satu hal terpenting dalam preparasi biomekanik yaitu irigasi (Grossman, 1995). 6

1) Fase preparasi biomekanis saluran akar Fase preparasi biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan saluran akar. Kedua fase tersebut menjadi fase yang penting dalam perawatan endodontik. Pembersihan dan pembentukan saluran akar dilakukan dengan maksud untuk membersihkan dan mendesinfeksi sistem saluran akar dan membentuk dinding saluran akar serta ujung apikalnya. Langkah awal yang harus dilakukan yaitu membuat akses masuk yang benar ke kamar pulpa hingga mencapai orifis. Langkah selanjutnya adalah eksplorasi saluran akar, ekstirpasi jaringan pulpa yang masih tertinggal lalu diikuti oleh instrumentasi dan irigasi saluran akar (Grossman, 1995). 2) Fase desinfeksi Fase desinfeksi saluran akar terdiri dari pembinasaan mikroorganisme patogenik yang terdapat pada saluran akar, serta pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara biokimiawi menggunakan bahan irigasi. Fase desinfeksi saluran akar dilengkapi dengan medikasi saluran akar. Syarat dari desinfeksi saluran akar yaitu sesuai germisida dan fungisida yang efektif, tidak mengiritasi jaringan periapikal, tetap stabil dalam larutan, tegangan permukaan rendah, tidak menggangu perbaikan jaringan periapikal, efek antimikrobial, tidak menginduksi respon imun berantara-sel. Pengelompokan desinfektan dapat digolongkan secara acak seperti 1

2 golongan minyak esensial, kompoun fenolik, halogen dan antibiotik (Stock, 2004). 3) Fase obturasi Fase obturasi saluran akar bertujuan menciptakan penutupan yang rapat sepanjang akar dari mahkota hingga ke apeks (Walton dan Torabinejad, 2003). Syarat-syarat material obturasi yang ideal adalah mudah dimasukan ke dalam saluran akar, rapat ke lateral maupun apikal, bersifat bakterisid, bersifat radiopak, tahan terhadap kelembaban, tidak mewarnai gigi, tidak mengiritasi jaringan periapeks atau mengganggu struktur gigi, steril dan mudah dikeluarkan dari saluran akar (Grossmann dkk., 1995). Bahan obturasi saluran akar dapat dibedakan menjadi bahan plastis dan bahan yang lebih padat. Bahan plastis saat dilakukan proses pengisian dapat disesuaikan dengan bentuk saluran akar sedangkan bahan yang lebih padat harus dilakukan kombinasi dengan bahan plastis untuk mengisi sisa celah pada saat obturasi saluran akar (Harty, 1993). 2. Kalsium hidroksida Kalsium hidroksida dalam perawatan endodontik digunakan sebagai bahan dressing dan medicament saluran akar antar kunjungan yang tidak hanya terbatas pada gigi non vital, tetapi juga gigi vital, terutama pada gigi dengan lesi periapikal. Kalsium hidroksida dalam perawatan endodontik mempunyai fungsi untuk membunuh

3 mikroorganisme, merangsang pembentukan jaringan keras, dan melarutkan jaringan (Yanti, 2001). Ion hidroksil yang terkandung dalam kalsium hidroksida dapat membunuh mikroorganisme di dalam saluran akar yang tidak terjangkau oleh intsrumentasi dan irigasi. Hal ini disebabkan ion hidroksil dapat mendenaturasi protein dan menghidrolisis lemak lipopolisakarida (LPS) seperti pirogenitas, toksisitas, aktivasi makrofag dan komplamen sehingga dinding sel rusak akan mengakibatkan kematian bakteri (Yanti, 2001). Kalsium hidroksida mempunyai beberapa sifat antara lain; 1) Dapat menetralisir asam fosfor yang terlepas dari bahan tumpatan semen fosfat dengan membentuk ikatan Ca3(PO4)2, minimal dengan ketebalan 0,25 mm. 2) ph bahan berkisar 11 sampai 12, dengan nilai kebasaan tersebut mampu menghancurkan daya tahan mikroorganisme yang terdapat pada karies gigi. 3) Compressive strength bahan setelah 24 jam adalah 6-10 MN/m2. 4) Daya kelarutannya terhadap air sangat tinggi berkisar 20%-30% setelah satu minggu. 5) Daya hambat bahan yang mengandung senyawa kalsium hidroksida diperankan ion hidroksil. Senyawa kalsium hidroksida mampu meningkatkan ph lingkungannya menjadi 11 sampai dengan 12, sehingga dapat menghancurkan daya tumbuh bakteri (Sidharta, 2000). 6) Dapat mengaktivasi terjadinya dentin sekunder. 7) Secara klinis efektif untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada ruang saluran akar. 8)

4 Bila terlalu lama berkontak dengan udara bahan ini akan membentuk senyawa karbonat sehingga menurunkan daya kerja bahan. 9) Bila herkontak dengan air akan melepas ion Ca+, OH-, dan salisilat sehingga bahan kalsium hidroksida hilang dari dentin. 10) Ion OH- yang dilepaskan menyebabkan terjadinya hidrolisa lipopolisakarida dari bakteri, meningkatkan permeabilitas membran sel, denaturasi protein, inaktivasi enzim dan kerusakan DNA sehingga mengakibatkan kematian bakteri (Sidharta, 2000). 3. Kapulaga Kapulaga (Amomum cardamomum) dikenal sebagai raja dari segala jenis rempah-rempah yang ada di dunia. Ada dua jenis kapulaga di Indonesia yaitu kapulaga lokal (Amomum cardamomum) dan kapulaga sebrang (Eletaria cardamomum). Tanaman ini masuk dalam keluarga jahe atau Zingiberaceae (Winarsi, 2014). a. Klasifikasi Nama Sinonim : Kapulaga (Amomum cardamomum) : Amomum compactum Ex. Maton; Amomum cardamomum wild Divisi Subdevisi Kelas Bangsa Suku : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Zingiberales : Zingiberaceae

5 Marga Jenis : Amomum : Amomum cardomomum Nama Umum : Kapulaga b. Morfologi tanaman Kapulaga terkenal memiliki bau aromatis dari berbagai bagian dari tumbuhannya. Kapulaga dapat tumbuh hingga mencapai dua meter, dengan rimpang yang menjalar di bawah tanah dan berbentuk bulat. Diameter rimpangnya sekitar 1-2 cm, berwarna putih kekuningan, tertutup sisik-kelopak tak berambut yang berwarna coklat kemerahan. Batang semu tumbuh sedikit terpisah-pisah, tinggi bisa mencapai 1,5-2 meter, berbentuk bulat dengan diameter hingga 2,5cm berwarna hijau gelap. Daunnya berbentuk lansep, terletak berselang seling berukuran sekitar 7,5-50x3-10 cm, pangkalnya menyempit dengan ujung yang meruncing berwarna hijau mengkilap dengan banyak bintik yang mulanya berwarna putih tetapi akan berubah menjadi merah darah. Bunganya muncul dari rimpang, terpisah dari batang semu. Tandan bertangkai panjang sekitar 10cm, ditutupi sisik-sisik yang rapat. Mahkota berupa tuba, bertaju 3, dapat berwarna putih ataupun kunig, dengan panjang hingga 1,5cm. Buah berbentuk kapsul bulat berdiameter sekitar 1-1,5 cm, berambut pendek halus dan bergaris-garis. Biji kapulaga berukuran kecil dan terlindung dalam salut biji berwarna keputihan (Agoes, 2010). c. Penyebaran dan ekologi

6 Kapulaga merupakan tumbuhan asli dan endemik di wilayah perbukitan jawa. Amomum cardomomum terutama dihasilkan secara komersial dari Jawa Barat dan Sumatera bagian selatan. Kapulaga terutama tumbuh di hutan primer dan hutan jati pada ketinggian sekitar 200-1000 m diatas permukaan laut dan daerah kelembapan tinggi, curah hujan antara 2.500-4.000 mm per tahun, suhu tekanan kurang lebih 23-28C (Agoes, 2010). d. Komposisi kimia Biji kapulaga kering dapat mengandung sekitar 2-4% minyak esensial, yang terdiri dari 1,8-cineol (hingga 70%), b-pinen (16%), a- pinen (4%), a-tripenol (5%) atau tripenoid yang sebagian menjadi ester dengan asam cuka, humulen, borneol, abu atsiri, amylum 20-40%, mangaan, lemak, gula dan silikat. Akar dan rimpang segar kapulaga mengandung minyak atsiri sekitar 0,1% yang berisi 1,8-cineol (Depkes RI, 1989). Buah dan rimpang kapulaga juga menagndung saponin, flavonoid, tanin dan folifenol (Kumar, 2010; Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). g. Manfaat Biji kapulaga yang diekstrak minyak atsirinya biasa dimanfaatkan dalam industri parfum, bahan pewangi, anti karsinogenik dan antiinflamasi (Agoes, 2010 dan Vijayan, 2002). Bijinya juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk obat sakit perut, batuk, karminatif, dan sebagai penguat tubuh setelah melahirkan. Air rebusan

7 dari semua bagian tanaman dapat diminum jika badan terasa lemas dan untuk meringankan sakit rematik. Rimpangya yang ditumbuk dan dikeringkan dapat digunakan untuk mengobati demam dan sakit usus (Agoes, 2010 dan Agaoglu, dkk., 2005). Kapulaga selain mengandung minyak atsiri juga mengandung saponin,tanin, alkaloid, flavonoid dan polifenol yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Dalimartha, 2002). 4. Ekstrak Ekstrak merupakan suatu bentuk sediaan pekat yang didapat dengan cara mengekstrak zat aktif dari tumbuhan maupun hewan dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian diuapkan dan sisa dari endapan diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ansel, 2008). Pelarut atau campuran pelarut disebut dengan menstrum. Pelarut yang sering digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah etanol, eter atau air. a. Metode pembuatan ekstrak Metode dasar dari pembuatan ekstrak adalah maserasi dan perlokasi.metode maserasiadalah suatu proses penyarian sederhana, dimana bahan yang sudah dihaluskan dan memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zatzat yang terkandung akan terlarut. Pelarut yang biasa digunakan pada metode ini ialah air atau etanol (Anief, 2004).Maserasi dilakukan pada temperatur 15-20C dalm waktu antara 3-5 hari hingga zat-zat yang larut

8 dapat melarut dalam pelarut. Keuntungan dari metode ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang sederhana dan mudah didapat (Ansel, 2008). 5. Uji Daya Antibakteri Uji daya antibakteri diguinakan untuk mengetahui kadar hambat minimal suatu zat dalam menghambat bahkan mambunuh pertumbuhan bakteri (Jawetz dkk, 2001). Metode yang digunakan untuk uji aktifitas antibakteri adalah metode difusi dan metode dilusi (Pratiwi, 2008). a. Metode difusi Metode difusi dibagi menjadi beberapa metode yang diantaranya metode disc diffusion (tes kirby bauer) dan metode cup plate technique (metode sumuran). Media yang digunakan dalam metode difusi yaitu media Agar Mueller Hinton. 1) Metode disc diffusion (tes kirby bauer) Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Area yang jernih menandakan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008). 2) Metode cup plate technique (sumuran) Metode sumuran hampir sama dengan metode kirby bauer, perbedaan dari kedua metode tersebut dimana dibuat sumur pada media agar yang

9 telah ditanami mikroorganisme dan pada sumur tersebut diteteskan larutan antimikroba yang digunakan (Pratiwi,2008).Menurut iravati (2003) pembacaan hasil uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi dibedakan menjadi dua yaitu : a) Zona radikal yaitu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak diketemukan pertumbuhan bakteri. b) Zona iradikal yaitu daerah disekitar disk yang menunjukan pertumbuhan bakteri dihambat oleh antimikroba tersebut namun tidak dimatikan. b. Metode dilusi Menurut Pratiwi (2008) metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair dan dilusi padat. 1) Metode dilusi cair Metode dilusi cair mengukur MIC (Minimum inhibitory concentration), prinsip dari metode ini dengan mengencerkan suatu agen antimikroba yang akan diperiksa sehingga didapatkan beberapa konsentrasi. Media tersebut kemudian ditambahkan dengan mikroba uji dan diinkubasi 37ºC selama 18-24 jam. Media cair yang tetap jernih setelah dilakukan inkubasi ditetapkan sebagai kadar bunuh minimal.

10 2) Metode dilusi padat Metode ini serupa dengan metode dilusi cair, perbedaan metode ini menggunakan media padat. Keuntungan dari metode dilusi padat adalah hanya dengan menggunakan satu konsentrasi dapat menguji beberapa mikroba uji. B. Landasan Teori Gigi nekrosis adalah gigi yang pulpanya telah mengalami kematian disebabkan karena beberapa faktor seperti karies atau fraktur gigi. Untuk merawat gigi nekrosis diperlukan perawatan saluran akar yang fungsinya adalah mempertahankan gigi nekrosis agar tetap dapat berfungsi normal. Perawatan saluran akar dalam pelaksanaannya dibagi dalam tiga tahap yaitu preparasi biomekanis yang meliputi sterilisasi dan pembentukan saluran akar, disinfeksi dan obturasi. Ketiga tahap ini harus dilakukan dengan baik karena jika tidak dilakukan dengan baik maka akan mengakibatkan kegagalan dalam perawatan. Salah satu penyebab terjadinya kegagalan saluran akar seringkali disebabkan kurang optimalnya prosedur sterilisasi yang berfungsi dalam mengeliminasi bakteri. Pada kasus kegagalan perawatan saluran akar yang membutuhkan perawatan ulang, ditemukan adanya bakteri fakultatif khususnya Enterococcus faecalis dalam infeksi saluran akar. Bakteri Enterococcus faecalis termasuk bakteri kokus anaerob fakultatif gram positif. Bakteri ini bersifat faklutatif anaerob yaitu memiliki kemampuan hidup dan berkembang biak walaupun tanpa oksigen. Bakteri

11 enterococcus memiliki faktor faktor virulensi yang dapat menyebabkan bakteri ini membentuk koloni pada host, dapat bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan host, menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran akar. Pemanfaatan tanaman herbal yang relatif lebih aman dapat digunakan sebagai alternatif bahan irigasi yang mempunyai efek samping tertentu. Tanaman herbal relatif aman digunakan karena memiliki sifat toksisitas yang rendah contohnya dengan memanfaatkan buah kapulaga. Buah kapulaga memiliki mengandung senyawa kimia seperti tannin, falvonoid, saponin, triptenoid, dan alkaloid yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif bahan irigasi.

12 C. Kerangka Konsep Perawatan saluran akar Ekstrak buah kapulaga (Amomum compactum) Sterilisasi saluran akar Infeksi bakteri Enterococcus faecalis Zat aktif yang terkandung alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin Flavonoid sebagai antibakteri Kegagalan perawatan saluran akar Uji daya antibakteri dengan metode difusi Zona radikal D. Hipotesis Gambar 1. Kerangka Konsep Berdasarkan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada pengaruh ekstrak buah kapulaga (Amomum compactum) sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.