BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga seorang guru mampu memberikan bekal-bekal kepada siswanya dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia lewat pelatihan dan pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan kemajuan pendidikan. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Suroso Prawiroharjo sebagaimana dikutip Raka Joni (1984 : 5), salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Alamiah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

PENGARUH SIKAP BELAJAR SISWA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang. pendidik dengan peserta didik yang didukung oleh proses.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan paradigma barunya

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Bab II pasal 3). Pada UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 Bab IX. sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran PKn di sekolah menghadapi sejumlah masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia yang berkualitas perlu disiapkan untuk berpartisipasi. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi jangka panjang manusia guna dapat bersaing pada era

BAB I PENDAHULUAN. siswa memahami materi yang diajarkannya, sangat sesuai dengan kurikulum 2013.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Kunci utama terlaksananya pembangunan suatu negara terletak pada pendidikan. Pendidikan ini tidak hanya terletak pada pendidikannya saja, tetapi kualitas proses pembelajaran di dalam pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 dalam (Sapriya, 2010, hlm. 187) menyatakan bahwa: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Peningkatan mutu pendidikan juga tidak terlepas dari sebuah kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat suatu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan siswa. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 20 (Sapriya, 2010, hlm. 188) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Maka dari itu dalam proses pembelajaran harus terjalin interaksi yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan sumber belajar. Melalui interaksi tersebut siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif dan dapat termotivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Guru profesional selalu berusaha menjalankan tugasnya sebagai pendidik dengan baik dan maksimal. Kata profesional disini berati kemampuan pengelolaan pembelajaran yang baik, tegas dalam betindak, dan memiliki pribadi sebagai figur. Sehingga interaksi edukatif antara guru dan siswa akan terlaksana sesuai

2 dengan tujuan pendidikan. sejalan dengan penjelasan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 2 dalam (Sapriya, 2010, hlm. 199) bahwa: Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan harus terus-menerus meningkatkan profesi dan kesadaran untuk memenuhi hakikat keprofesiannya. Guru juga harus menanamkan nilai-nilai dan sikap mental serta melatih berbagai keterampilan. Dengan menanamkan nilai-nilai dan sikap mental, siswa akan percaya diri dan tidak mudah menyerah dalam meningkatkan hasil belajarnya. Sedangkan dengan melatih berbagai keterampilan, siswa akan meningkatkan potensi dan bakat yang dimilikinya. Menurut Sardiman (2011, hlm. 147) menyatakan bahwa hubungan guru dengan siswa didalam proses belajar-mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Hubungan yang baik antara guru dengan siswa dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu guru dan siswa harus menjalin komunikasi yang baik agar siswa mampu menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Menurut (Oemar Hamalik, 2001, hlm. 196) bahwa: Terjadinya komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang nikmat (enjoyable learning), mampu mendorong sikap percaya diri, dan benar-benar mampu memberdayakan siswa. Berdasarkan pendapat diatas dapat dimaknai bahwa komunikasi yang intensif antara guru dan siswa akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Lalu didukung juga dengan penyerasian dan pengkoordinasian serta pemaduan input

3 sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan sebagainya). Sehingga akan terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Menurut (Dedi Supriadi, 1999, hlm. 178) di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%. Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nana Sudjana, 2004, hlm. 42) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian dimana kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Berdasarkan pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja guru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Artinya apabila guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan mampu meningkatkan sikap dan semangat belajar siswa yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Kinerja guru yang berpengaruh terhadap semangat belajar siswa adalah kinerja guru dalam kelas. Meningkatnya kualitas pembelajaran, akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dipahami karena guru yang mempunyai kinerja bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran dengan baik, mampu menumbuhkan minat belajar siswa dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan memiliki semangat dalam belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa mudah memahami materi yang disajikan oleh guru. Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, dan kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan yang sangat menentukan

4 keberhasilan pendidikan itu sendiri. Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan terutama dalam pendidikan formal, bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya. Peranan yang penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah peran guru sebagai motivator. Menurut Sardiman (2011, hlm. 145) bahwa Peran guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar-mengajar karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri. Dengan memberikan motivasi tinggi dari guru siswa akan bergairah dan bersemangat dalam pengembangan kegiatan belajar. Anderson dan Faust dalam (Prayitno, 2002, hlm. 10) mengatakan bahwa: Motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut ketabahan, perhatian, konsentrasi dan ketekunan siswa. yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar menampakkan minat belajar besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal rasa bosan apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah menampakkan keengganannya, cepat bosan dan berusaha menghindari dari proses kegiatan belajar mengajar. Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu meliputi faktor psikis, contoh faktor psikis diantaranya adalah motivasi. Motivasi belajar siswa yang tinggi dapat menunjang keberhasilan belajar siswa, akan tetapi motivasi belajar siswa yang rendah merupakan hambatan yang dapat berakibat pada hasil belajar rendah. Menurut pendapat Sardiman (2011, hlm. 145) guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta atau kreatifitas sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar-mengajar. Maksudnya adalah guru harus mampu merangsang perubahan energi dalam diri siswa sehingga mendorong siswa mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar.

5 yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Menurut Bernard dalam Sardiman (2011, hlm. 76) minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi pengalaman dan kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang (siswa) dari guru sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang diwajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan hal tersebut pendidikan kewarganegaraan (PKn) tidak bisa dianggap enteng karena merupakan mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus terus ditingkatkan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) sebagai motivator harus membuat siswa aktif dan harus membuat suasana belajar yang menyenangkan. Paradigma dikalangan siswa banyak yang tidak menyukai pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn). cenderung bosan ketika mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegraan (PKn) karena terlalu banyak hafalan dan konseptual saja. Untuk itu guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) diharapkan menerapkan metode mengajar secara variasi, selain metode ceramah perlu menerapkan model pembelajaran lainnya yang dapat merangsang keaktifan siswa dikelas. Model atau metode yang tepat akan membuat situasi pembelajaran yang menarik sehingga

6 dapat menumbuhkan motivasi belajar dan keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Peran guru pedidikan kewarganegaraan (PKn) hendaknya dapat menumbuhkan semangat siswa untuk belajar bekerja sama antara siswa dalam kelas. Proses pembelajaran harus memungkinkan tumbuh berkembang dan terpupuknya saling pengertian dalam mengembangkan hubungan antar manusia secara intensif dan berkesinambungan. Selain itu seorang guru harus menjalankan dengan benar perannya sebagai pemberi motivasi. Karena itu motivasi sangat penting peranannya dalam pembelajaran. Motivasi sangat menentukan kualitas perilaku siswa, apakah motivasi siswa dalam melaksanakan belajar tinggi atau rendah dapat dilihat dari kualitas perilakunya, yaitu yang ditunjukkan oleh kesungguhan, ketekunan, perhatian, dan ketabahan. Masalah-masalah yang seringkali timbul dalam proses pembelajaran adalah guru terpaku pada suasana yang kaku, monoton dan membosankan. Apalagi jika proses pembelajaran dilaksanakan pada jam-jam akhir pelajaran, ditunjang dengan keadaan perut kosong atau lapar, kondisi badan lelah, ditambah hawa yang panas menyengat, menjadikan semangat belajar siswa menurun. Kenyataan tersebut akan membuat proses belajar tidak selalu berjalan dengan baik dan tidak semua siswa berhasil dalam belajar serta kehilangan motivasi siswa untuk belajar. Guru kurang mengeksplor potensi yang ada pada diri siswa. Sehingga siswa tidak mengetahui potensi apa yang ada dalam dirinya. Guru tidak memperhatikan kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa sehingga, siswa akan terus menerus tidak menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya. Guru yang mengajar siswa sikap keras akan membuat siswa merasa terancam. Kebutuhan siswa seperti rasa aman, sebagai contoh siswa yang merasa terancam maka siswa ini tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Contoh lain seorang siswa yang merasa dirinya dikucilkan oleh teman-temannya maupun oleh gurunya, tidak mungkin termotivasi dengan baik dalam belajar. Guru kurang memberikan reward (penghargaan) terhadap siswa yang berprestasi sehingga tidak merangsang semangat belajarnya. Pemberian reward kepada siswa sangatlah penting karena kebutuhan merasa dihargai atas kerja keras yang telah dicapainya. Dengan begitu

7 akan timbul kepuasaan dan menimbulkan perasaan percaya diri, merasa berharga, merasa kuat, merasa mampu dan merasa berguna dalam hidupnya Sikap guru terhadap proses pembelajaran, akan mewarnai perilaku siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Peran seorang guru yang efektif dalam proses pembelajaran di dalam kelas, dapat ditelaah melalui tindakan atau perilakunya dalam memprakarsai tugas dan hubungannya dengan siswa. Peran guru dalam pembelajaran merupakan tindakan atau perilaku guru dalam mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Maka dari itu tindakan dan prilaku guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) harus berperan sebagai motivator yang dapat mempengaruhi siswa. Selain itu, sebagai motivator semangat belajar siswa, guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) pun dituntut memiliki kekuatan yang maksimal dan harus senantiasa berusaha mempertahankan dan meningkatkan semangat siswa dalam suasana yang rileks dan menyenangkan, walaupun guru juga merasakan kondisi yang sama seperti yang dirasakan oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana peranan guru pendidikan kewarganegaran (PKn) dalam meningkatkan semangat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) di sekolah dan bermaksud menuangkannya kedalam skripsi yang berjudul: Peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam Memotivasi Semangat Belajar (Studi Deskriptif di SMA Puragabaya Bandung). B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya motivasi belajar siswa. 2. Guru kurang menggunakan metode yang bervariasi sehingga pembelajaran menjadi monoton. 3. Guru kurang memberikan reward (penghargaan) terhadap siswa yang berprestasi. 4. Guru kurang memahami dan mengarahkan potensi siswa.

8 5. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn). C. Rumusan Masalah Penelitian Dalam penelitian ini dirumuskan masalah penelitian secara umum yaitu: Bagaimana peranan guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam memotivasi semangat belajar siswa? Melihat rumusan masalah tersebut begitu luas, maka penulis akan membatasi masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk-bentuk motivasi yang dilakukan oleh guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam upaya meningkatkan semangat belajar siswa? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam upaya memotivasi semangat belajar siswa? 3. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan kewarganegaraan (PKn), dalam menanggulangi hambatan-hambatan dalam upaya memotivasi semangat belajar siswa? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam memotivasi semangat belajar siswa di SMA Puragabaya Bandung. 2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut yaitu ingin:

9 1. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk motivasi yang dilakukan oleh guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam upaya meningkatkan semangat belajar siswa. 2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menjadi penghambat guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam upaya memotivasi semangat belajar siswa. 3. Mengetahui dan memahami usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan kewarganegaraan (PKn), dalam menanggulangi hambatan-hambatan dalam upaya memotivasi semangat belajar siswa. E. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis berupa konsep-konsep baru untuk guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) tentang peranan penting guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam memotivasi semangat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn). 2. Secara Praktis antara lain : Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan mempunyai kegunaan 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan jurusan atau bidang studi pendidikan kewarganegaraan (PKn). 2. Memberikan informasi kepada para guru, masyarakat (pembaca) tentang peranan guru pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam memotivasi semangat belajar siswa. 3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan literatur.

10 4. Sebagai bahan informasi untuk perbaikan dan peningkatan bagi guru dan pihak sekolah dalam upaya memberikan motivasi yang tepat kepada siswa. F. Sistematika Penulisan Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian demi bagian dalam skripsi. Skripsi ini terdiri dari lima bab. 1. BAB I Pendahuluan Pendahuluan merupakan bagian awal penulisan skripsi, yang memaparkan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. BAB II Kajian Pustaka Kajian pustaka memiliki peranan penting, yakni sebagai landasan teoritis dalam analisis temuan. Pada bab ini dipaparkan mengenai teori dan konsep tentang peranan guru, pendidikan kewarganegaraan (PKn), motivasi dan penelitian terdahulu. 3. BAB III Metode Penelitian Pada bab ini berisikan penjabaran metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, dan analisis data. 4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini dijelaskan secara rinci baik itu hasil penelitan maupun pembahasan dalam penelitian tersebut. Untuk hasil penelitian itu sendiri, adalah data asli yang peneliti dapatkan berdasarkan hasil penelitian dilapangan baik pada saat observasi maupun pada saat melakukan wawancara dengan informan. 5. BAB V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam sistematikan penulisan skripsi, yang mana didalamnya disajikan penapsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

11 hasil analisis temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian dan saran. Peneliti memberikan kesimpulan terhadap beberapa pembahasan yang dibahas pada bab sebelumnya dan saran diberikan oleh peneliti sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik dilapangan maupun secara teoritis.