LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JULI 2017 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan
Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit eselon II di bawah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang tugas utamanya adalah melaksanakan pengelolaan pinjaman dan hibah Pemerintah Republik Indonesia. Pengelolaan pinjaman dan hibah dimaksud antara lain meliputi: Penandatanganan perjanjian pinjaman dan hibah; Amandemen atas perjanjian pinjaman dan hibah; Penutupan masa laku penarikan pinjaman dan hibah; Pengelolaan Debt Swap. Laporan ini merupakan laporan pengelolaan pinjaman dan hibah yang dilaksanakan Direktorat Pinjaman dan Hibah selama bulan Juli 2017. Klasifikasi Pinjaman dan Hibah Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.54 tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah dan PP No. 10 tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, pinjaman berupa: Pinjaman Dalam Negeri Pinjaman Dalam Negeri (PDN) bersumber dari BUMN, Pemerintah Daerah, dan Perusahaan Daerah. Pinjaman Luar Negeri Pinjaman Luar Negeri bersumber dari: - Kreditor Multilateral, yaitu lembaga keuangan internasional yang beranggotakan beberapa negara yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah. - Kreditor Bilateral, yaitu pemerintah negara asing atau lembaga yang bertindak untuk pemerintah negara asing yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah. - Kreditor Swasta Asing (KSA), yaitu lembaga keuangan asing, lembaga keuangan nasional, dan lembaga non keuangan asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah berdasarkan perjanjian pinjaman tanpa jaminan dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE). - LPKE, yaitu lembaga yang ditunjuk negara asing untuk memberikan jaminan, asuransi, pinjaman langsung, subsidi bunga, dan bantuan keuangan untuk meningkatkan ekspor negara yang bersangkutan atau bagian terbesar dari dana tersebut dipergunakan untuk membeli barang/jasa dari negara bersangkutan yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia. Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Juli 2017 hal 1
PP No.10 tahun 2011 juga mengatur sumber Hibah sebagai berikut: Hibah Dalam Negeri, yaitu yang berasal dari lembaga keuangan dalam negeri, lembaga non keuangan dalam negeri, Pemerintah Daerah, perusahaan asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan di wilayah Negara Republik Indonesia, lembaga lainnya, dan perorangan. Hibah Luar Negeri, yaitu yang berasal dari negara asing (bilateral), lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, lembaga multilateral, lembaga keuangan asing, lembaga non keuangan asing, lembaga keuangan nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia, dan perorangan. Kilas Kinerja Selama bulan Juli 2017, aktivitas pengelolaan pinjaman meliputi penandatanganan enam perjanjian baru yaitu lima Perjanjian Pinjaman Multilateral, dan satu Perjanjian Pinjaman KSA/LPKE. Nilai Pinjaman (Juta USD) 200.0 12.89% 850.0 54.78% 101.7 6.55% 400.0 25.78% Kemenhan Kemensos KemenPUPERA Kemenkeu Pada bulan Juli 2017 juga dilakukan amandemen terhadap enam perjanjian pinjaman terdiri dari dua Perjanjian Pinjaman Multilateral, dua Perjanjian Pinjaman Bilateral, satu Perjanjian Pinjaman KSA/LPKE, serta satu Perjanjian Induk Pinjaman Dalam negeri. Pengelolaan Pinjaman 1. Penandatanganan Perjanjian Pinjaman Perjanjian pinjaman yang ditandatangani pada Juli 2017 terdiri dari lima Perjanjian Pinjaman Multilateral, dan satu Perjanjian Pinjaman KSA/LPKE dengan total komitmen senilai USD1,55 miliar ekuivalen Rp20,79 trilyun. Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Juli 2017 hal 2
Perjanjian Pinjaman Multilateral pertama, yaitu perjanjian dengan IDB senilai USD250,00 juta ditandatangan pada 16 Mei 2017 pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan IDB di Jeddah, Arab Saudi. Penandatanganan perjanjian pinjaman tersebut baru dilaporkan pada bulan Juli 2017 dikarenakan dokumen perjanjian memerlukan proses pengadministrasian terlebih dahulu di IDB dan diterima pemerintah Indonesia pada akhir Juli 2017. Pembiayaan dimaksudkan untuk kegiatan Development of Trans South-South Java Road yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan keselamatan transportasi jalan melalui pengembangan/pembangunan ruas jalan baru sepanjang pantai selatan pulau Jawa di tiga provinsi (Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur). Disamping itu, proyek ini juga dimaksudkan untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mengurangi kemiskinan di wilayah Selatan Jawa. bertindak selaku Executing Agency adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Perjanjian Pinjaman Multilateral kedua adalah perjanjian dengan World Bank untuk Indonesia Social Sector Assisstance Reform Project senilai USD200,00 juta, yang ditandatangani pada 10 Juli 2017 bertujuan untuk (i) perluasan cakupan dan lingkup Program Keluarga Harapan (PKH) terutama untuk daerah remote dan dengan kebutuhan khusus; (ii) penguatan delivery system PKH dan (iii) perbaikan koordinasi antara PKH dan program bantuan sosial lainnya. Bertindak selaku Executing Agency Kementerian Sosial. Pinjaman ini merupakan pinjaman pertama dengan konsep Program for Result (P4R), dimana pencairan pinjaman didasarkan pada hasil yang dicapai oleh program. Perjanjian Pinjaman Multilateral ketiga berupa perjanjian pinjaman program dengan ADB yang digunakan untuk membiayai Financial Market Development and Inclusion Program - Subprogram 2 senilai USD400,00 juta, ditandatangani pada 18 Juli 2017 yang bertujuan untuk meningkatkan pengembangan sektor keuangan yang stabil, dalam dan inklusif guna mendukung Pemerintah dalam mencapai tujuan jangka menengah serta mempercepat pertumbuhan ekonomi. Bertindak selaku Executing Agency Kementerian Keuangan. Perjanjian Pinjaman Multilateral selanjutnya berupa perjanjian co-financing dengan ADB senilai USD 500 juta dan AIF senilai USD 100 Juta, untuk membiayai kegiatan Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program, ditandatangani pada 31 Juli 2017 dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan, melalui kegiatan perbaikan sistem dan kapasitas pengelolaan operasi, pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur jaringan irigasi. Bertindak selaku Executing Agency adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Berikutnya adalah Perjanjian Pinjaman LPKE/KSA berupa perjanjian pinjaman dengan Eksportkreditt Norge AS - Norway senilai USD101,66 juta yang di-countersign oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko pada 13 Juli 2017. Pinjaman digunakan untuk pengadaan alutsista Kementerian Pertahanan. 2. Amandemen Perjanjian Pinjaman Perjanjian pinjaman yang di-amandemen pada bulan Juli 2017 terdiri dari dua perjanjian Pinjaman Multilateral, dua Perjanjian Pinjaman Bilateral, satu perjanjian Pinjaman KSA/LPKE dan satu Perjanjian Induk Pinjaman Dalam Negeri. Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Juli 2017 hal 3
Pembangunan PLTU Parit Baru di Kalimantan Barat (www.pontianakpost.co.id) Perjanjian Pinjaman Multilateral yang di-amandemen pada bulan Juli 2017 berjumlah dua perjanjian. Perjanjian Pinjaman Multilateral yang pertama adalah perjanjian dengan IFAD untuk kegiatan Smallholder Livelihood Development Project in Eastern Indonesia senilai SDR30,3 juta yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat miskin pedesaan dan mata pencaharian petani di 11 Kabupaten di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Amandemen berupa realokasi antar kategori yang disetujui IFAD pada 26 Juli 2017. Bertindak selaku Executing Agency adalah Kementerian Pertanian. Perjanjian pinjaman kedua merupakan perjanjian pinjaman dengan ADB untuk kegiatan Metropolitan Sanitation Management Investment Program senilai USD120,00 juta yang bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kesehatan masyarakat di, Jambi, Makasar dan Pekanbaru. Amandemen berupa perubahan jumlah lokasi proyek, jumlah target sambungan rumah, perubahan paket pembiayaan dan realokasi antar kategori. Amandemen di-countersign Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko pada 28 Juli 2017. Bertindak selaku Executing Agency adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Perjanjian Pinjaman Bilateral yang di-amandemen berjumlah dua perjanjian. Perjanjian pertama berupa perjanjian dengan ICO-Spanyol untuk membiayai kegiatan Animal Husbandry Technology and Practices Improvement to Accelerate the Meat and Milk Production, Indonesian Institute of Sciences Research Center for Biotechnology senilai EUR7,35 juta yang bertujuan untuk peningkatan teknologi dan aplikasi peternakan. Amandemen berupa perubahan klausul perjanjian pinjaman untuk mengakomodasi perubahan klausul dalam kontrak, disetujui oleh ICO-Spanyol pada 2 Juni 2017. Bertindak sebagai Executing Agency adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Perjanjian kedua berupa perjanjian dengan CEXIM China untuk membiayai kegiatan Parit Baru Coal Fired Steam Power Plant Project senilai USD132,19 juta, bertujuan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Bekayang Kalimantan Barat. Pembangunan PLTU Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Juli 2017 hal 4
dimaksudkan untuk menyediakan daya listrik kepada 1,8 juta rumah tangga di Kalimantan Barat. Amandemen berupa perpanjangan availability period dari 2 Juli 2017 menjadi 2 Mei 2018 di-countersign Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko pada 17 Juli 2017. Bertindak sebagai Executing Agency adalah PT PLN (Persero). Perjanjian Pinjaman KSA/LPKE yang di-amandemen pada Juli 2017 berupa perjanjian dengan PT.BNI (Persero) cabang Hongkong senilai USD3,06 juta digunakan untuk pengadaan almatsus di Kepolisian RI. Amandemen berupa perpanjangan availability period dari 31 Mei 2017 menjadi 31 Oktober 2017 di-countersign Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko pada 17 Juli 2017. Selanjutnya perjanjian pinjaman yang di-amandemen pada bulan Juli 2017 adalah Perjanjian Induk Pinjaman Dalam Negeri Tahun Anggaran 2013 Tahap II dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jateng (Persero) senilai Rp176,55 miliar untuk pengadaan alutsita di Kementerian Pertahanan berupa amandemen perpanjangan masa penarikan dari 30 Juni 2017 menjadi 30 September 2017 yang telah disetujui pada 17 Juli 2017. Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Juli 2017 hal 5