BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa untuk memenuhi kebutuhannya sebagai anggota masyarakat. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

Variasi, Keunikan dan Ragam Makanan Adat Etnis Batak Toba Suatu Kajian Prospek Etnobotani. (Ashar Hasairin) PENERAPAN IPTEKS

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

PENDAHULUAN. tradisional biasanya memanfaatkan bahan baku asli dari suatu daerah, alami,

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia, terdiri dari berbagai suku. Tiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sejarah umat manusia, agama dan kebudayaan memiliki peran sentral yang tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diternakan dalam sawah atau kolam (paya) di Simalungun. Wilayah Simalungun yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya etnis yang mendiami wilayah tersebut.adapun etnis lokal yang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibat dari pertemuan antar etnik ini

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa pastinya memiliki perayaan-perayaan adatnya masingmasing. Dalam setiap perayaan adat tersebut satu hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah adanya penyajian makanan adat. Setiap perayaan adat kurang lengkap rasanya apabila tidak menyajikan makanan, secara khusus makanan adat. Secara sederhana, makanan adat dapat diartikan sebagai makanan yang disajikan atau disuguhkan sewaktu dilaksanakannya upacara adat. Atau dapat pula dikatakan sebagai makanan khas atau makanan tradisional dari suatu suku/ etnis yang biasanya dijadikan sebagai suatu lambang atau memiliki arti khusus yang biasanya digunakan pada upacara adat dari suku yang bersangkutan. Dikatakan khas, berarti makanan tersebut memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi bentuk hidangan, rasa, atau bahan baku untuk membuatnya. Tentunya makanan adat tersebut memiliki makna dan nilai yang dijadikan sebagai pedoman dan harapan bagi masyarakat yang menggunakannya. Pada suku Batak Toba misalnya, mereka mempunyai makanan adat yaitu Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa Indonesia berarti ikan. Tentunya ikan mempunyai makna khusus bagi masyarakat Batak Toba sehingga dijadikan sebagai makanan adat. Mulai dari kelahiran, menikah, hingga meninggal, bagi masyarakat Batak Toba masingmasing memiliki prosesi yang wajib untuk dilaksanakan. Pada prosesi ini ada 1

pesan adat yang harus disampaikan. Dan dekke na niarsik atau ikan mas arsik adalah wujud nyatanya. Yakni sebuah hidangan khas Batak Toba yang menjadi simbol berkat (pasu-pasu) kehidupan. Bila jumlah ikan yang akan diberikan lebih dari satu, maka semua ikan harus dibariskan sejajar. Dalam bahasa Batak disebut dekke si mudur-udur, keluarga yang menerima ikan ini diharapkan dapat berjalan sejajar atau beriringan menuju arah dan tujuan yang sama. Sehingga bila ada permasalahan dan rintangan yang menghalangi dapat diselesaikan secara bersama oleh setiap anggota keluarga. Pada Suku Karo makanan khas yang dapat kita temukan adalah terites. Terites adalah sejenis makanan yang bahan dasarnya diambil dari lambung kedua sapi, masyarakat Karo sering menyebutnya lembu, dan dalam istilah biologinya dikenal dengan istilah rumen. Namun, pada masyarakat Karo disebut dengan tuka si peduaken (usus nomor dua). Makna terites pada masyarakat Karo adalah semua keluarga diharapkan untuk saling membantu dan dapat mempererat hubungan. Hal ini didasarkan bahwa dari dulu lembu atau sapi adalah barang mahal yang jika hanya seorang saja yang menyandang dana maka akan susah untuk membelinya. Oleh karena itu, ketika semua keluarga besar berkumpul maka dana (biaya) akan cukup untuk memotong lembu dan membuat terites tersebut. Jadi dengan demikian terites secara tidak langsung telah membuat hubungan semakin erat dalam keluarga mereka dan sesama keluarga saling menolong/ membantu untuk mencukupi dana yang besar tadi. Demikian pula pada masyarakat Simalungun. Suku Simalungun juga mempunyai makanan adat, yaitu yang dikenal dengan Dayok binatur/ Dayok 2

Naniatur. Dayok Binatur adalah sajian masakan yang terbuat dari daging ayam. Dayok Binatur disamping berfungsi sebagai lauk makanan tetapi memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Simalungun khususnya. Dayok binatur adalah makanan yang paling sering dijumpai di daerah Simalungun dan dijadikan sebagai makanan adat Simalungun. Dayok binatur ini selalu disajikan dalam setiap upacara adat Simalungun. Pada upacara adat (ritual) masyarakat suku Simalungun, baik yang berkaitan dengan acara suka maupun duka dayok binatur tidak pernah dilupakan. Karena dalam setiap perayaan adat Simalungun apabila tidak menyajikan dayok binatur ini dianggap kurang sah. Bahkan tidak hanya sekedar dalam upacara adat, perayaan-perayaan biasa pun seperti perayaan ulang tahun, perayaan malua (naik sidi), babtisan, memasuki rumah baru, dan syukuran-syukuran biasa juga menggunakan dayok binatur tersebut. Sebagaimana pada suku-suku lainnya, tentunya penyajian ayam (dayok) sebagai makanan adat bagi suku Simalungun diperkirakan memiliki nilai yang mengandung makna, harapan-harapan, dan pesan (petuah) tersendiri. Untuk itulah, peneliti merasa perlu dan tertarik untuk meneliti falsafah ayam bagi masyarakat Simalungun sehingga penyajiaanya sebagai makanan adat dianggap sangat penting. Adapun judul penelitian ini adalah FALSAFAH DAYOK BINATUR PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN (Studi di Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun) 3

1.2 Identifikasi Masalah 1. Latar belakang penyajian dayok binatur sebagai makanan adat bagi masyarakat Simalungun. 2. Makna yang terkandung dalam penyajian dayok binatur sebagai makanan adat Simalungun. 3. Nilai yang terkandung dalam penyajian ayam (dayok) sebagai makanan adat Simalungun. 4. Pesan, petuah, dan harapan yang diperoleh dari penyajian dayok binatur bagi masyarakat Simalungun. 5. Keunikan penyajian makanan adat berupa dayok binatur pada masyarkat Simalungun. 6. Fungsi dan tujuan diberikannya dayok binatur (manurduk) kepada keluarga yang melaksanakan perayaan adat. 1.3 Pembatasan Masalah 1. Latar belakang penyajian dayok binatur sebagai makanan adat pada masyarakat Simalungun. 2. Nilai dan makna yang terkandung dalam dayok binatur bagi masyarakat Simalungun. 3. Pesan dan petuah yang diperoleh dari penyajian dari dayok binatur bagi masyarakat Simalungun. 4

1.4 Rumusan Masalah 1. Bagaimana latar belakang penyajian dayok binatur sebagai makanan adat masyarakat Simalungun? 2. Nilai dan makna apa yang terkandung dalam penyajian dayok binatur pada masyarakat Simalungun? 3. Apa pesan dan petuah yang disampaikan melalui penyajian dayok binatur bagi masyarakat Simalungun? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengkaji makna dan nilai yang terkandung dalam dayok binatur sehingga dijadikan sebagai makanan adat bagi suku Simalungun. 2. Mengetahui alasan suku Simalungun menggunakan ayam sebagai makanan adat, tidak menggunakan hewan lain. 3. Mengetahui kriteria atau jenis-jenis ayam yang boleh digunakan untuk membuat dayok binatur. 4. Mengetahui kegunaan dan jenis-jenis dayok binatur pada masyarakat Simalungun. 5. Mengetahui pesan moral yang diperoleh melalui penyajian dayok binatur. 6. Mengetahui cara pembuatan dayok nabinatur dan tampilan dari dayok binatur tersebut. 7. Mengetahui susunan bagian tubuh pada dayok binatur dan tampilan dari dayok binatur 5

1.6 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada perkembangan ilmu Antropologi pada umumnya dan perkembangan budaya Simalungun khususnya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan para pembaca. 3. Melalui penelitian ini kita dapat semakin mengenal kebudayaan kita, memiliki kesadaran untuk mau menjaga dan mau melestarikan kebudayaan tersebut. 4. Sebagai sumber perbandingan bagi penulis lainnya yang bermaksud melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama. 6