BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia termasuk ke dalam negara yang dilalui oleh Ring of Fire dan memiliki 129 gunungapi. Hal tersebut berhubungan dengan pembentukan sistem panasbumi, sehingga Indonesia memiliki potensi energi panasbumi yaitu sekitar 40% cadangan panasbumi di dunia, oleh karena itu Indonesia memiliki potensi panasbumi yang cukup cerah di masa yang akan datang. Namun pemanfaatan energi panasbumi di Indonesia hanya 4-5% sehingga perlu pengembangan lebih lanjut untuk memaksimalkan potensi yang ada. Energi panasbumi merupakan energi yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan, dan pemanfaatannya sebagai pembangkit listrik yaitu sebagai penggerak turbin dengan menggunakan tenaga uap yang dihasilkan dari sistem panasbumi tersebut. Sementara harga energi fosil yang tidak dapat diperbaharui terus saja meningkat dan jumlah cadangan semakin menurun, hal tersebut menambah keyakinan perkembangan energi panasbumi yang akan menjanjikan di masa depan sehingga energi panasbumi tersebut menarik untuk dikaji. Salah satu lapangan panasbumi yang telah berproduksi adalah Area Geothermal Pertamina Kamojang. Produksi uap yang dihasilkan oleh Area Geothermal Kamojang sekitar 1100 ton/jam yang dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik sebesar 140 Mwe. Pemboran sumur panasbumi pada area Kamojang pertama kali dilakukan pada tahun 1975 oleh pemerintah Selandia Baru, dan sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh PT.Pertamina AG Kamojang secara komersial sebagai penghasil energi uap. Jumlah cadangan diperkirakan dapat dimanfaatkan selama 25 tahun sejak tahun 1975, namun hingga saat ini pada tahun 2008 energi panasbumi di area Kamojang masih menyisakan sumber panas dan dapat dimanfaatkan sebagai penghasil energi panasbumi. 1
Gambar 1.1 Peta potensi panasbumi di Indonesia (PT. Pertamina AG Kamojang) I.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah : Sebagai syarat utama untuk mencapai kelulusan sebagai Sarjana (S1) dari program Studi Teknik Geologi ITB Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya energi panasbumi. Mempelajari aplikasi geologi yang digunakan dalam eksplorasi energi panasbumi. I.3 Letak, Luas, dan Kesampaian Daerah Penelitian Daerah penelitian secara administratif terletak di 6 desa, Kecamatan Ibun, dan merupakan perbatasan antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Keenam desa tesebut yaitu Desa Dukuh dan Desa Neglasari yang menjadi batas Utara dan Barat, Desa Ibun pada batas Utara, Desa Laksana sebagai batas Timur, Desa Cisarua sebagai batas Selatan, dan Desa Barusari sebagai batas Baratdaya. Daerah penelitian terletak ± 17 km Baratlaut dari Kabupaten Garut dan ± 42 km dari Kotamadya Bandung, dengan elevasi sekitar 1300-1882 mdpl. Secara geografis, daerah penelitian terletak pada 107 o 44 30-107 o 47 30 BT dan 7 o 10 30-7 o 8 30 LS. 2
Daerah penelitian yang terletak pada area prospek panasbumi Kamojang memiliki luas 5,3 x 5,3 km 2. Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan alat transportasi darat melalui dua jalur, yaitu: 1. Jalur Bandung-Majalaya-Kamojang, dengan menggunakan bus kota jalur Bandung- Majalaya dan angkutan kota jalur Majalaya-Kamojang. 2. Jalur Bandung-Garut-Kamojang, dengan menggunakan bus kota jalur Bandung- Garut dan angkutan kota jalur Garut-Kamojang. Gambar 1.2 Peta indeks lokasi penelitian (PT. Pertamina AG Kamojang) 1.4 Batasan Masalah Penelitian mencakup keadaan geologi yang dibahas melalui pendekatan volkanostratigrafi, dan secara khusus mengenai aspek panasbumi sumur KMJ-X di area panasbumi Kamojang. 3
Penelitian secara umum mengenai keadaan geologi dibagi menjadi geomorfologi, kondisi struktur, dan tatanan stratigrafi. Penelitian dilakukan melalui pengamatan lapangan yang disesuaikan dengan kondisi geologi regional daerah penelitian. Penelitian secara khusus mengenai analisis aspek panasbumi sumur KMJ-X meliputi analisis conto batuan sumur KMJ-X, yang didukung oleh beberapa data sekunder dari PT. Pertamina AG Kamojang. I.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan selama penyusunan laporan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: Tahap Persiapan Tahap ini dimulai dengan mengurus perizinan yang dilanjutkan dengan studi pendahuluan mengenai daerah penelitian melalui berbagai jenis literatur. Survey awal dilakukan menjelang tahap penelitian lapangan. Tahapan ini dilakukan selama kurun waktu 1 bulan. Tahap Penelitian Lapangan Penelitian lapangan dilaksanakan selama 14 hari dengan luas daerah penelitian 5,3X5,3 km 2 pada area panasbumi Kamojang. Penelitian dilapangan berupa pemetaan geologi yang meliputi pengamatan bentang alam, pengamatan dan pengukuran struktur geologi, pendeskripsian batuan, dan pengambilan conto batuan untuk kemudian diolah dalam analisis petrografi. Tahap Penelitian Laboratorium Penelitian laboratorium terdiri dari analisis mikroskopis conto batuan baik hasil penelitian lapangan maupun conto batuan hasil pemboran sumur KMJ-X berupa serbuk bor dan batu inti. 4
Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini data hasil penelitian laboratorium diolah dan disajikan sebagai data geologi pada tahap selanjutnya. Pengolahan data sekunder pada sumur KMJ-X berupa analisis kehadiran mineral mikro menggunakan metode X-Ray Diffractometer dan Methylene blue, serta analisis temperatur bawah permukaan dengan menggunakan metode inklusi fluida dan hasil pemantauan temperatur & tekanan selama kondisi sumur mulai memanas setelah pemboran (heating up). Tahap Pekerjaan Studio Tahap ini merupakan penyajian data yang telah diolah, terdiri dari pembuatan Peta Geomorfologi, Peta Lintasan dan Lokasi Pengamatan, dan Peta dan Penampang Geologi. Sedangkan hasil pengolahan data sekunder sumur KMJ-X disajikan dalam bentuk kolom kajian aspek panasbumi sumur KMJ-X. Pada tahap ini menghasilkan suatu analisis mengenai keadaan geologi dan geologi panasbumi sumur KMJ-X. Tahap Penyusunan Laporan Akhir Penyususan laporan akhir merupakan tahap paling akhir setelah seluruh tahapan mendapatkan hasil yang diinginkan. Pada tahap ini analisis keadaan geologi yang dihasilkan pada tahap sebelumnya akan memperoleh suatu kesimpulan yang kemudian disajikan dalam penulisan skripsi ini. 5
Gambar 1.3 Diagram alir penelitian 6
1.6 Peneliti Terdahulu Studi pendahuluan di Kamojang telah mulai sejak tahun 1918 oleh J.Z.van Dijk dan pemboran baru dilaksanakan pada tahun 1926 sampai 1928 oleh volcanological survey of Netherlands East Indies berupa lima sumur pemboran dengan kedalaman berkisar antara 18 sampai 128 meter. Contoh sumur hasil pemboran zaman Belanda ini dapat kita lihat pada kawah kereta api. Saat ini sumur tersebut hanya digunakan sebagai objek wisata Kawah Kamojang karena sudah tidak ekonomis lagi. Pada tahun 1949, van Bemmelen membuat pembagian fisiografi pulau Jawa dan khususnya Jawa Barat yang dibagi menjadi 4 zona fisiografi, yaitu (berurutan dari Selatan ke Utara Jawa Barat): Zona Pegunungan Selatan, Zona Bandung, Zona Bogor, dan Zona Dataran Pantai Jakarta. Daerah penelitian termasuk dalam pegunungan kuarter pada bagian selatan Zona Bandung. Tahun 1971, dilakukan penelitian oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Selandia Baru. Berdasarkan hasil survey kombinasi dari geofisika, geologi, dan geokimia, terlihat adanya prospek panasbumi yang cukup potensial dengan luas sekitar 14 km 2. Pada September 1947 hingga Agustus 1975, GENZL (Selandia Baru) dan Pertamina melakukan lima pemboran sumur eksplorasi dengan kedalaman kurang lebih 700 meter. Dua sumur diantaranya dinyatakan berhasil dan memberikan indikasi temperatur positif dan salah satunya (sumur KMJ-6) dialirkan ke generator monoblok 250 KvA untuk memenuhi kebutuhan listrik disekitar daerah tersebut. Dengan menggunakan asumsi konservatif GENZL dan beberapa pihak lain, diperoleh kesimpulan bahwa daerah geothermal Kamojang ini mempunyai potensi + 200 MWe untuk jangka waktu 25 tahun. Atas dasar penelitian itulah area Geothermal membangun pembangkit listrik dengan tahap pertama sebesar 30 Mw. Pada tahun 1992, Alzwar, dkk., melakukan pemetaan geologi regional skala 1:100.000 yang kemudian digunakan penulis sebagai referensi yaitu Peta Geologi lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa. Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. 7
1.7 Sumber Data Penelitian secara umum mengenai keaadaan geologi diperoleh dari pengamatan dan pencatatan di lapangan. Sedangkan penelitian dalam studi khusus, conto batuan dan data sekunder diperoleh dari PT. PERTAMINA AG Kamojang antara lain berupa: Conto batuan berupa serbuk bor (cutting) dan batu inti (core) dari sumur KMJ-X Data analisis kehadiran mineral mikro menggunakan metode X-Ray Diffractometer dan Methylene blue. Data temperatur bawah permukaan menggunakan metode inklusi fluida dan hasil pemantauan temperatur & tekanan selama kondisi sumur mulai memanas setelah pemboran (heating up). 8