BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan, suatu negara mampu mencetak generasi-generasi penerus bangsa dengan kualitas yang unggul, bermoral, dan bersahaja. Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Menurut Syah (2005:101), hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan setiap peserta didik untuk mengembangkan minat, bakat dan kemampuan secara optimal dan utuh (mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor). Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sejak dini yaitu melalui pendidikan formal Sekolah Dasar (SD). Proses pembelajaran di kelas untuk siswa Sekolah Dasar (SD) hendaknya lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan siswa menemukan sendiri pengetahuan untuk mengembangkan kompetensi baik menjelajahi maupun memahami alam secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan paradigma konstruktivisme, di mana siswa belajar dengan cara mengontruksi hal yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan yang diketahuinya, bukan menerima suatu hal yang pasif. Konstruktivisme dalam pembentukannya dibagi menjadi tiga yaitu: 1) pengetahuan fisis; 2) pengetahuan metamatis-logis; 3) pengetahuan social. Dimana pengetahuan 1
2 fisis dibentuk dari abstraksi langsung terhadap objek yang dipelajari, serta menimbulkan implikasi dalam pembelajaran IPA (Suprijono, 2014:30-31) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan dedukasi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Trianto, 2014:151). Dengan demikian proses belajar IPA lebih ditekankan pada ketrampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Untuk itu dalam pembelajaran IPA perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 04 Banjarejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan, hasil belajar IPA pada materi perubahan wujud benda masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntusan Minimal (KKM) yaitu 70. Dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, guru menggunakan metode konvensional. Terlihat secara langsung siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Akan tetapi dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam kegiatan pembelajaran selain dapat menampung siswa dalam jumlah yang besar juga siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendengarkan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan siswa kelas IV di SD Negeri 04 Banjarejo, ternyata banyak siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran IPA sulit untuk dipahami. Kesulitan belajar tersebut dikarenakan kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Serta minimnya ketersediaan alat peraga atau media benda konkret yang membuat guru lebih menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran.
3 Dari uraian yang sudah dijelaskan, perlu adanya solusi agar siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA, maka diperlukan suatu metode ataupun media pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakter siswa. Menurut Hamdani (2011:19) strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Menurut Sulistyowati dan Wisudawati, (2015:80-82). menyatakan dalam proses pembelajaran IPA yang menitikberatkan pada suatu proses penemuan tentang alam sehingga di perlukan metode pembelejaran yang mampu meningkatkan proses mental, rasa ingin tahu, dan berpikir logis-kritis pseserta didik. Sehingga metode Discovery Learning sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran IPA yang pada hakikatnya bahwa proses pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, dan teori-teori melalui percobaan yang dilakukan (Trianto, 2014:143). Penelitian yang dilakukan oleh Widiadnyana, Sadia dan Suastra (2014) dengan judul Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model Discovery Learning berpengaruh pada pemahaman konsep konsep IPA dan sikap ilmiah siswa. Model tersebut dapat meningkatkan kemampuan tentang pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah siswa. Hal ini dikarenakan karakteristik dari model Discovery Learning yang menuntut siswa untuk melakukan sebuah penemuan terhadap suatu konsep, sehingga jika mereka menemukan dan mengalaminya sendiri akan jauh lebih lama mengingat dan lebih baik pemahamannya, karena pemahamannya yang lebih inilah membuat siswa dapat menemukan konsep pemahaman IPA dan sikap ilmiah siswa dengan baik. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Afendi (2012) dengan judul Efektifitas Penggunaan Metode Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta penelitian tersebut dapat diketahui bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata sebesar 57,12, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 41,50, maka dapat ditarik
4 kesimpulan bahwa hasil metode pembelajaran dengan metode Discovery Learning memiliki rata-rata lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Artinya pembelajaran dengan metode Discovery Learning lebih efektif dari pada pembelajaran dengan metode konvensional terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar siswa dapat mengalami peningkatan dengan menggunakan metode Discovery Learning. Metode Discovery Learning (pembelajaran penemuan), dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Hosnan, 2014:280). Sehingga dengan menggunakan metode Discovery Learning siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dimungkinkan tercipta suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, maka dari itu siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik serta lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan. Teori piaget dalam Suprijono (2015:25) menjelaskan bahwa pada anak usia SD yaitu 6-12 tahun masih berada pada tahap operasional kongkrit karena berfikir logikanya siswa SD bedasarkan manipulasi obyek konkret atau pengalaman yang langsung dialaminya. maka siswa perlu belajar apa yang dilihat, didengar dan dirasakan sehari-hari melalui bantuan media pembelajaran berupa benda konkret sebagai sumber belajar siswa. Sehingga dengan menerapkan metode Discovery Learning berbantuan media benda konkret ini berfungsi sebagai pendukung terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar. Dengan harapan kemampuan siswa bertambah dan anak mampu melakukan percobaan IPA secara langsung dengan media benda konkret. Sehingga dalam pembelajaran IPA anak tidak hanya membayangkan dalam pikiran saja.
5 Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penerapan metode Discovery Learning lebih efektif jika diterapkan di SMP dan SMK karena tingkatan berfikirnya sudah berfikir abstrak. oleh sebab itu timbulah keraguan jika metode Discovery Learning berbantuan media benda konkret diajarkan di SD pada mata pelajaran IPA. Berangkat dari keraguan tersebut perlu dilakukan eksperimen tentang metode Pembelajaran Discovery Learning berbantuan media benda konkret, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Efektifitas Penggunaan Metode Discovery Learning Berbantuan Media Benda Konkret Terhadap Pencapaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Banjarejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan metode Discovery Learning berbantuan media benda konkret dengan pembelajaran konvensional terhadap pencapaian hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 04 Banjarejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengukur perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode Discovery Learning berbantuan media benda konkret dengan pembelajaran konvensional terhadap pencapaian hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 04 Banjarejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
6 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoristis Secara akademis penelitian ini berguna untuk menambah teori atau pengetahuan mengenai efektifitas penerapan metode Discovery Learning berbantuan media benda konkret terhadap pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. b. Manfaat Praktis 1. Manfaat bagi guru: Dapat memberikan masukan dan saran agar guru mampu menggunakan dan mengembangkan metode Discovery Learning dengan berbantuan media benda konkret sesuai dengan kebutuhan siswa terutama untuk mata pelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. 2. Manfaat bagi siswa: Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA sehingga pencapaian hasil belajar siswa meningkat. 3. Manfaat bagi kepala sekolah: Sebagai bahan masukan dalam melakukan pembinaan guru-guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. 4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan metode discovery learning berbantuan media benda konkret dan hasil belajar IPA.