1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2016, No pengetahuan dan teknologi tentang keanekaragaman hayati yang harus disosialisasikan kepada masyarakat, perlu membangun Museum Nasiona

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut,

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Situs Makam Sisingamangaraja XII yang ada di Soposurung Balige

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pelestarian budayabangsa bukan suatu obsesi yang akan menghantarkan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maupun dari manca negara. dll) menjadi sesuatu yang bernilai penting bagi banyak pihak dengan berbagai

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multi kulturalisme yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku. Batak merupakan sebuah suku di Sumatera Utara, adapun Suku batak terdiri dari lima suku yaitu Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun. Setiap suku memiliki rumah adat dengan ciri khas masing-masing bahkan penamaannya selalu disertai dengan suku, misalnya rumah adat batak toba sering disebut rumah bolon Toba. Tapi, pada dasarnya adalah sama karena memiliki ornament dan arsitektur yang sama. Kebudayaan adalah hasil karya dan bukti eksistensi manusia pada zaman dahulu dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kebudayaan diartikan sebagai sebuah hasil karya, pola pikir, adat istiadat yang telah lama dijalankan dan diubah. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar sehingga kebudayaan merupakan sebuah hal penting yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya agar dapat bermanfaat untuk generasi yang akan datang. Kebudayaan dapat berbentuk kebiasaan, adat istiadat, istilah, bahasa, benda ataupun bangunan, kesenian dan lain sebagainya.

Wujud kebudayaan dibagi menjadi tiga yaitu antara lain: a. Gagasan (wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala atau di alam pikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku - buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. b. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontrak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan, sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. c. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktifitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa bendabenda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. 2

Tiga wujud kebudayaan tersebut adalah bagian dari kekayaan bangsa yang harus dilindungi, dilestarikan, dan dimanfaatkan untuk kepentingan nasional. Oleh karena itu, dalam rangka melindungi dan melestarikan kebudayaan dibutuhkan sikap dan komitmen yang serius dari pemerintah serta dukungan dari seluruh elemen masyarakat supaya dapat terwujud kebudayaan yang lestari sehingga dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. 1 Salah satu peninggalan kebudayaan yang patut mendapatkan perhatian ekstra adalah peninggalan kebudayaan yang bersifat konkret yang disebut dengan cagar budaya. Cagar budaya merupakan hasil kebudayaan berupa artefak atau hasil karya. Urgensi perlindungan cagar budaya dijelaskan di dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, kemudian di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 pengertian cagar budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan atau kebudayaan melalui proses penetapan. 2 Cagar budaya merupakan bagian dari kebudayaan, oleh karena itu perlindungan cagar budaya juga mengacu pada Undang-Undang yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional 1 JJ. Hoeningman, Herimanto. Wujud-Wujud Kebudayaan. Jakarta 2009. Hlm 25 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, Mengenai Cagar Budaya. 3

Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. 3 Selain itu, cagar budaya adalah kekayaan bangsa yang diwariskan oleh manusia pada zaman dahulu yang dapat bermanfaat untuk memupuk jati diri baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Pelestarian cagar budaya di Indonesia telah berjalan sejak masa pendudukan kolonial Belanda. Didasari oleh beberapa hasil riset dan temuan dari peneliti dan arkeolog Belanda terhadap benda-benda purbakala, pemerintah Belanda kemudian mendirikan suatu badan yang bersifat sementara pada tahun 1901 yang bernama Comissie In Nederlandsch Indie Voor Oudheidkundig Onderzoek op Java en Modoera yang bertujuan untuk melakukan riset, pengawasan, dan perlindungan terhadap peninggalan purbakala di Indonesia pada saat itu. Pada tahun 1931, badan tersebut diganti dengan didirikannya Oudheidhkundige Dienst In Nederlandsch sebagai badan tetap dalam pelestarian peninggalan purbakala, kemudian pemerintah Belanda menerbitkan Monumenten Ordonantie No. 19 Tahun 1931 sebagai dasar hukum perlindungan benda purbakala. 4 Kebijakan perlindungan dan pengelolaan cagar budaya di atas mengundang semangat otonomi daerah melalui pasal-pasal yang diuraikan di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 yaitu selain pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat juga memiliki peran untuk melindungi dan mengelola cagar budaya. Namun di dalam implementasinya pemerintah perlu memperjelas status cagar budaya dan ahli waris serta mensosialisasikan 3 Sudarryadi, Pelestarian benda cagar budaya: Dahulu dan Sekarang, 4 http://jelajahsitus.blogspot.com/2009/09/pelestarian-benda-cagar-budaya-dahulu.html, diakses 16 Nopember 2016 4

pelestarian dan perlindungan hukum terhadap cagar budaya baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Sebagai salah satu cagar budaya nasional yang ada di Sumatera Utara, Rumah Bolon Pematang Purba yang terletak di kabupaten Simalungun Sumatera Utara merupakan satu-satunya warisan yang masih berdiri dari Istana kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Sementara keberadaan yang lain sudah banyak di bumihanguskan saat pecahnya revolusi sosial. Hubungan antara Rumah Bolon Pematang Purba dengan masyarakat antara lain: a. Pada saat kerajaan, dulunya peran dan kedudukan Raja bersama Rumah Bolon sangat menentukan kehidupan masyarakat di daerah Istana Kerajaan Purba dan Haranggaol Horisan yang ada di Kabupaten Simalungun. b. Sebelum kemerdekaan Indonesia masyarakat yang ada di daerah Istana Kerajaan Purba masih berada di bawah perlindungan raja namun setelah Indonesia merdeka tahun 1946 dan 1947 banyak keturunan raja yang menjadi korban revolusi sosial. c. Setelah kemerdekaan, Rumah Bolon Istana Raja Purba masih dirasakan masyarakat sebagai peninggalan adat istiadat budaya, dan keturunan dari Raja Purba banyak mendapat perhatian dari pemerintah hingga saat ini. Rajamin purba yang merupakan salah satu keturunan Raja Purba menyampaikan Habonaron Do Bona ketika menjabat sebagai Bupati Simalungun pada tahun 1962 dan juga pemerintah banyak memberi peluang kepada keturunan raja di bagian BUMN dan Pemerintahan. Rumah Bolon Pematang Purba merupakan istana peninggalan kerajaan Purba yang dibangun 5

pada tahun 1864 oleh raja Purba ke XII tuan Rahalim. Meski keturunan raja Purba tidak berkuasa lagi sejak tahun 1946, namun jejak kerajaannya masih tegak berdiri hingga hari ini. Istana yang dikenal dengan Rumah Bolon (rumah besar) menjadi saksi kerajaan 14 orang keturunan raja Purba yang memerintah di Simalungun dan saat ini pemerintah sudah menjadikannya sebagai salah satu objek wisata resmi. Sejarah mencatat ada lima kerajaan besar yang masing-masing menguasai wilayahnya sendiri-sendiri yang diantaranya tersebar di beberapa wilayah yaitu Siantar, Panambean, Tanah Jawa, Pematangraya dan Purba. Wilayah ini kemudian didiami oleh marga-marga tertentu pula seperti Saragih, Manik, Sinaga dan Purba sendiri. Rumah Bolon Pematang Purba sendiri merupakan kediaman raja Purba yang pertama kali diduduki tuan Pangultop-ultop (1624-1648) yang kemudian diteruskan secara turun-temurun dengan sebuah tradisi budaya setempat. Raja terakhir yang memimpin adalah raja tuan Mogang yang konon jasadnya hingga kini belum ditemukan. Diduga ia dibunuh ketika revolusi sosial berlangsung di Simalungun pada tahun 1947 tak diketahui siapa pembunuhnya dan apa pula motifnya, ujar Jaipin. Mengenai tradisi pengalihan kekuasaan, jaipin (penjaga/pemandu Rumah Bolon) menjelaskan ada semacam tradisi pengalihan kekuasaan yang wajib dilakukan ketika Raja hendak mewariskan kekuasaanya, diwajibkan untuk menyembelih seekor kerbau yang lalu tanduknya disimpan agar kelak menjadi bukti untuk Raja yang akan berkuasa kemudian. Setidaknya bukti sejarah itu masih dapat terlihat dimana ada 14 tanduk yang tergantung di dinding ruangan 6

Rumah Bolon seperti lazimnya dalam tradisi kerajaan yang meneruskan kekuasaan pada anak sulung, maka prinsip itu tidaklah mutlak dalam tradisi Kerajaan Purba. Bukan harus anak sulung, tetapi siapa keturunan yang bagi Raja memiliki talenta untuk menjadi pemimpin, maka ialah yang diangkat sebagai penerus kerajaan, ujar jaipin. Setahun setelah kemerdekaan Indonesia, ternyata rakyat Simalungun juga menuntut kemerdekaan dari Rajanya. Sejarah dinasti Purba yang selama hampir ratusan tahun memerintah Simalungun berhenti total. Pewarisnya menyerahkan Istana dan perangkatnya ke Pemerintah daerah Simalungun tahun 1961 yang langsung merenovasinya dan memperbaiki jalan ke sana. Tahun 1968, setelah dilancarkan jurus promosi oleh Bupati Simalungun Kol Rajamin Purba SH, wisatawan mulai menyerbu lokasi seluas 1 hektar. Dari tujuh Kerajaan di Simalungun, Kerajaan Purba dipimpin oleh marga Purba Pakpak yang menyisakan kebanggaan. Sebab kerajaan yang lainnya tidak meninggalkan jejak. Namun, informasi jelas tentang sejarah dan fungsi Istana Rumah Bolon tidak ditemukan, sementara ada tiga kelompok yang mengaku menjadi pemandu istana rumah bolon diantaranya yayasan Museum Simalungun, Dinas Pariwisata dan Pemerintah Daerah Simalungun. Namun ketiga kelompok tersebut belum bisa dipastikan sebagai pemandu dari istana Rumah Bolon. Oleh sebab itu, untuk menjaga kelangsungan Rumah Bolon dibutuhkan kerja sama yang sinergis antara parhuta maujana Simalungun (institusi adat tertinggi Simalungun), masyarakat dan seluruh lembaga yang menaruh perhatian terhadap warisan sejarah Simalungun. Tanpa adanya kerja sama itu, warisan 7

tersebut akan semakin mengkhwatirkan. Dalam artian bahwa salah satu warisan sejarah sebagai objek destinasi wisata akan segera lenyap. Asset kekayaan Rumah Bolon telah menjadi milik seluruh rakyat Indonesia melalui seremonial penyerahan resmi yang dilakukan Ahli Waris Kerajaan kepada Pemerintah Daerah pada Tahun 1964. Sejarah itu harus diketahui orang Simalungun dari marga Purba Pakpak, terlebih lagi dari pihak-pihak yang merupakan keturunan Kerajaan Purba karena Rumah Bolon adalah peninggalan sejarah Raja Purba yang sampai sekarang masih ada tetapi keadaannya sangat memprihatinkan. Penulis tertarik ingin mengetahui secara hukum di bidang keperdataan mengenai harta warisan kerajaan purba sehingga nilai seni dan budaya petuah bermanfaat bagi keturunan Raja Purba dan juga masyarakat simalungun. Penulis sendiri merupakan etnis simalungun yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang Istana Kerajaan Purba. Karena Istana raja Girsang yang ada di Kabupaten Simalungun terbakar saat penjajahan Belanda. Sedangkan Istana Raja Purba masih ada dan hanya satu-satunya yang masih berdiri sebagai bukti sejarah. Kedudukan dan peranan ahli waris sangatlah penting di dalam Rumah Bolon agar perenovasian Rumah Bolon dapat dilaksanakan demi mempertahankan peninggalan sejarah yang telah ada sejak zaman dahulu sehingga generasi yang akan datang dapat melihat sendiri bukti dari peninggalan sejarah itu. Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti Kedudukan Dan Peranan AhliwarisRumah Bolon Kerajaan Purba Di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. 1.2 Identifikasi Masalah 8

Identifikasi masalah merupakan suatu langkah awal yang penting dalam memecahkan masalah yaitu dengan mengenali masalah itu secara teliti agar dapat ditemukan masalah yang sebenarnya. Agar bisa mengidentifikasikan masalah dengan baik perlu dilakukan studi eksplorasi, yaitu dengan mencari seluruh kemungkinan faktor yang menjadi penyebab timbulnya persoalan/permasalahan. Identifikasi masalah digunakan untuk memperjelas dari masalah yang akan dibahas dalam melakukan penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang timbul adalah : 1. Kurangnya kepedulian perlindungan hukum terhadap situs cagar budaya Rumah Bolon oleh Pemerintah Simalungun. 2. Kurangnya kerjasama antara masyarakat setempat dan instansi Pemerintahan Kabupaten Simalungun. 3. Kurangnya infrastruktur pendukung, serta kondisi jalan yang rusak di sekitar rumah bolon. 4. Belum adanya penjelasan status kepemilikan dan luas keseluruhan tanah Raja Purba di Simalungun. 5. Perlunya keterbukaan ahli waris Rumah Bolon Istana Kerajaan Purba yang dipegang oleh marga Purba Pakpak. 6. Perlu diperbaharuinya juru pelihara yang ada di Rumah Bolon Istana Kerajan Purba. 7. Kurangnya dana yang diberikan Pemerintah terhadap Rumah Bolon Istana Kerajaan Purba. 1.3 Pembatasan Masalah 9

Tidak semua masalah yang teridentifikasi di atas dijadikan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti. Maka penelitian ini hanya membahas masalah Kedudukan dan Peranan Ahli Waris Rumah Bolon Istana Kerajaan Purba di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaturan hukum tentang warisan rumah adat sebagai salah satu cagar budaya Indonesia? 2. Bagaimana kedudukan dan peranan ahli waris Rumah Bolon Kerajaan Purba sebagai salah satu Cagar Budaya di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara? 3. Faktor-faktor apa saja sebagai kendala terhadap perlindungan hukum atas warisan Rumah Bolon Kerajaan Purba di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara? 1.5 Tujuan dan manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian. Menetapkan tujuan penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting sebab dalam bertindak atau melakukan sesuatu kagiatan harus disertai dengan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah (i)untuk mengetahui bagaimana Kedudukan Dan Peranan Ahli Waris Rumah Bolon Istana Kerajaan Purba di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. 10

1.5.2 Manfaat Penelitian. Tidak ada penelitian yang tidak memiliki manfaat. Penelitian yang baik harus dapat dimanfaatkan. Inilah sifat pragmatis dari penelitian ( ilmu pengetahuan ilmiah ). Maka seorang penulis harus memikirkan sejak awal manfaat dari penelitian yang akan dilakukannya. Maka dari itu adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Peneliti berharap adanya penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang topik yang sama. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi semua pihak, terkhususnya kepada se-almamater penulis yaitu Fakultas Hukum UNIVERSITAS MEDAN AREA tentang Kedudukan Dan Peranan Ahli Waris Rumah Bolon Kerajaan Purba di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. 3. Sebagai pedoman dan masukan bagi semua pihak terutama para ahli waris agar mengetahui bagaimana Kedudukan Dan Peranan Ahli Waris Rumah Bolon Istana Kerajaan Purba yang ada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. 4. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dan menambah wawasan dalam bidang Hukum Keperdataan dalam menyelesaikan masalah kedudukan dan peranan ahli waris. Penulis berharap tulisan ini akan dapat membawa banyak manfaat bagi kepentingan masyarakat luas. 11