BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek penting dalam menciptakan sumber daya

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan telah berusaha untuk memperbaiki kemampuan siswa yang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dan saran terkait hasil yang diperoleh.

BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Osborn

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) a. Definisi Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA MELALUI PEND EKATAN OPEN-END ED

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH IDEAL SETTING NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

BAB II KAJIAN TEORI. mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. 1 Berpikir sebagai

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan menyediakan lingkungan bagi peserta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. bermanfaat dalam kehidupan kita. Hampir di setiap bagian dari hidup kita

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

Transkripsi:

21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2009). Menurut Munandar (2009) bahwa berfikir divergen (juga disebut berfikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Sedangkan menurut Johnson (2011) berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinankemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Melalui konsepnya yang dikenal dengan struktur intelektual, Guilford menyebutkan adanya dua kemampuan berpikir yaitu berpikir konvergen dan berpikir divergen. Kemampuan berfikir konvergen (convergent thinking ) atau penalaran logis menunjuk pada pemikiran yang menghasilkan satu jawaban dan mencirikan jenis pemikiran berdasarkan tes intelegensi standar. Kemampuan berfikir divergen (divergent thinking) 21

22 merujuk pada pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan yang sama dan lebih. Sehingga perlu adanya kemampuan berpikir divergen untuk mewujudkan kreativitas siswa. Sedangkan berpikir adalah proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi suatu kebutuhan atau memberikan respon (Desmita, 2009). Seseorang yang memiliki kreativitas selain sebagai pemikir yang konvergen atau intelegensi (memperoleh pengetahuan dan pengembangan ketrampilan) juga sebagai pemikir yang divergen yang mampu menggabungkan unsur-unsur dengan cara tidak lazim dan tidak terduga. Menurut Guilfod bahwa proses berpikir divergen yaitu proses berpikir menyebar dengan penekanan pada segi keragaman jumlah dan kesesuaian (Satiadarma, 2003). Treffinger menyatakan bahwa seseorang yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinil mereka telah dipikirkan dengan matang terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya (Munandar, 2009). Piaw (2004) menyatakan bahwa terdapat empat tahap untuk melatih dan meningkatkan berpikir kreatif siswa: 1) menghapus sumbatan/hambatan berpikir kreatif pada siswa, 2) membuat mereka sadar akan kealamian proses yang kreatif, 3) memperkenalkan dan mempraktekan strategi pemikiran yang kreatif, 4) menciptakan lingkungan kreatif. Proses berpikir terbentuk dari pribadi seseorang, oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif seseorang dipengaruhi juga oleh pribadi yang kreatif yang akan mendorong dari dalam

23 untuk berkreasi. Menurut Carl Roges tiga kondisi dari pribadi yang kreatif ialah: a) keterbukaan terhadap pengalaman, b) kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation), c) kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep (Munandar, 2009). Menurut Munandar (2009) dan Piaw (2004) ciri ciri kemampuan berpikir kreatif meliputi : a. Berpikir lancar (fluency) yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. Dalam menghadapi masalah, orang kreatif mampu memberikan banyak cara atau saran untuk memecahkan masalah. b. Berpikir luwes (flexibility) di mana orang kreatif menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi karena dia mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda beda. c. Berpikir orisinil (originality) yang mendorong orang kreatif melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik, karena mereka sanggup memikirkan yang tidak lazim untuk mengugkapkan dirinya, atau mampu menemukan kombinasi-kombinasi yang tidak biasa dari unsur-unsur yang biasa. d. Keterampilan mengelaborasi (elaboration) yang meliputi kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

24 Berdasarkan teori di atas dan permasalahan siswa maka dapat disimpulkan bahwa indikator dalam penelitian kemampuan berpikir kreatif siswa terdiri dari 4 indikator, yaitu : a. Berpikir lancar (fluency) yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah. b. Berpikir luwes (flexibility) di mana orang kreatif menghasilkan gagasan, jawaban yang bervariasi karena dia mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda beda c. Berpikir orisinil (originality) yang mendorong orang kreatif melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik ataupun kemampuan menjawab masalah dengan menggunakan bahasa, cara, dan idenya sendiri. d. Keterampilan mengelaborasi (elaboration) yang meliputi kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. B. Pembelajaran IDEAL Problem Solving Ada beberapa macam strategi pemecahan masalah salah satunya adalah IDEAL Problem Solving. Model ini dikenalkan oleh Bransford dan Stein sebagai model penyelesaian masalah yang mampu meningkatkan ketrampilan berpikir dan meningkatkan ketrampilan dalam proses penyelesaian masalah. IDEAL Problem Solving didesain untuk membantu mengidentifikasi dan memahami bagian-bagian yang berbeda dari penyelesaian masalah, masing-masing huruf melambangkan komponen penting dalam proses penyelesaian masalah. IDEAL adalah singkatan dari

25 identify the problem, define the problem, explore the solution, act on the strategy, look back and evaluate the effect (Susiana, 2010). Menurut Wena (2009) Strategi pembelajaran IDEAL Problem Solving terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu identify the problem (identifikasi masalah), define the problem (mendefinisikan masalah), explore the solution (mencari solusi), act on the strategy (melaksanakan strategi), look back and evaluate the effect (mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh). a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan tahap awal dari strategi ini. Dalam tahap ini guru membimbing siswa untuk memahami aspek-aspek permasalahan, seperti membantu untuk mengembangkan/ menganalisis permasalahan, mengajukan pertanyaan, mengembangkan hipotesishipotesis. b. Mendefinisikan Masalah Dalam tahap ini kegiatan guru meliputi membantu dan membimbing siswa melihat hal/ data/ variabel yang sudah diketahui dan hal yang belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring berbagai informasi yang ada dan akhirnya merumuskan permasalahan. c. Mencari Solusi Dalam tahap ini kegiatan guru adalah membantu dan membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, melihat alternatif

26 pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya memilih satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat. d. Melaksanakan Strategi Melakukan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan alternatif yang telah dipilih. Dalam tahap ini siswa dibimbing secara tahap demi tahap dalam melakukan pemecahan masalah. e. Mengkaji Kembali dan Mengevaluasi Pengaruh Dalam tahap ini guru adalah membimbing siswa melihat/mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah yeng telah ditentukan, apakah sudah benar, sudah sempurna, atau sudah lengkap. Di samping itu, siswa juga dibimbing untuk melihat pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Tabel 1. Sintak Pembelajaran IDEAL Problem Solving Tahap pembelajaran Identifikasi masalah Mendefinisikan masalah Kegiatan Guru Memberikan Permasalahan mengembangkan/menganalis permasalahan dengan mengajukan pertanyaan. mengembangkan hipotesis. melihat data/variabel yang sudah diketahui maupun belum diketahui. mencari dan menelusuri berbagai informasi dari berbagai sumber Kegiatan Siswa Memahami permasalahan secara umum. Mengembangkan/ menganalisis permasalahan. Mengembangkan hipotesis. Mencermati data /variabel yang sudah dikatahui maupun belum diketahui Mencari dan menelusuri berbagai informasi dari berbagai sumber

27 Mencari Solusi Melaksanakan strategi Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh melakukan penyaringan berbagai informasi yang telah terkumpul melakukan perumusan masalah mencari berbagai alternatif pemecahan masalah megkaji setiap alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang. mengambil keputusan untuk memilih salah satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat. melaksanakan pemecahan masalah secara bertahap. melihat/mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah. melihat/mengkaji pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Melakukan penyaringan berbagai informasi yang telah terkumpul Merumuskan masalah Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah Melakukan pengkajian terhadap setiap alternatif penyelesaian masalah dari berbagai sudut pandang Memutuskan memilih satu alternatif pemecahan masalah Melaksanakan pemecahan masalah secara bertahap. Melihat/mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah. Melihat/mengkaji pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. C. Materi Pelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi matematika di MTs Ma arif NU 1 Wangon. Materi ini diajarkan pada kelas VIII semester II dengan indikator sebagai berikut:

28 a. Menyebutkan unsur-unsur kubus, balok, prisma, dan limas: rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal. b. Membuat jaring jaring kubus, balok, prisma, dan limas c. Menghitung luas permukaan kubus. d. Menghitung luas permukaan balok. e. Menghitung luas permukaan prisma. f. Menghitung luas permukaan limas.

29 D. Kerangka Berpikir Indikator kemampuan berpikir kreatif: a. Berpikir lancar (fluency) b. Berpikir luwes (flexibility) c. Berpikir orisinil (original) d. Ketrampilan mengelaborasi (elaboration) Berdasarkan hasil wawancara dan tes awal di kelas VIIIF MTs Ma arif NU 1 Wangon bahwa indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif di atas dinyatakan masih rendah. Diberikan perlakuan melalui pembelajaran IDEAL Problem Solving, adapun tahap-tahapnya: 1. Identifikasi masalah 2. Mendefinisikan masalah 3. Mencari solusi 4. Melaksanakan strategi 5. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh Dengan adanya perlakuan pembelajaran IDEAL Problem Solving diharapkan indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yang telah disebut di atas dapat meningkat. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, dalam hal ini dapat kita tingkatkan dengan menggunakan pembelajaran IDEAL Problem Solving karena dalam pembelajaran IDEAL Problem Solving meliputi metode ceramah, tanya jawab dan diskusi diharapkan siswa mengalami perubahan. Indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (original), dan ketrampilan mengelaborasi (elaboration). Selanjutnya tahap-tahap pembelajaran IDEAL

30 Problem Solving antara lain 1) Identifikasi masalah, 2) Mendefinisikan masalah, 3) Mencari solusi, 4) Melaksanakan strategi, 5) Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh. Tahap tahap pembelajaran IDEAL Problem Solving adalah tahap pertama identifikasi masalah dan tahap kedua yaitu mendefinisikan masalah, pada kedua tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berpikir lancar, karena pada tahap ini membantu siswa untuk dapat memunculkan gagasan-gagasannya secara lancar untuk dapat memahami dan menyelesaikan masalah dalam penyelesaian yang diharapkan. Tahap ketiga yaitu mencari solusi, pada tahap ini dapat meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berpikir kreatif yang kedua dan ketiga yaitu berpikir luwes dan berpikir orisinil, karena pada tahap ini membantu siswa untuk dapat berpikir yang menghasilkan banyak alternatif jawaban untuk menyelesaikan permasalahan dan siswa dapat berpikir untuk mengungkapkan ide-ide mereka untuk memecahkan masalah. Selanjutnya pada tahap keempat yaitu pelaksanaan strategi dan tahap kelima yaitu mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruhnya, pada kedua tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berfikir kreatif yang keempat yaitu ketrampilan mengelaborasi, karena siswa dituntut untuk mengembangkan serta mengevaluasi dari hasil yang diperoleh sendiri yang ditulis dengan proses berpikir mereka sendiri. Dengan diberlakukannya pembelajaran IDEAL Problem Solving diduga dapat meningkatkan

31 kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIIIF MTs Ma arif NU 1 Wangon dalam pembelajaran matematika yang diharapkan dapat tercapai. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui pembelajaran IDEAL Problem Solving kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIIIF MTs Ma arif NU 1 Wangon dalam pembelajaran matematika dapat ditingkatkan.