BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehat. Hiperkolesterolemia dapat terjadi akibat konsumsi makanan tinggi lemak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN I.1

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu. program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak berpasangan menyebabkan spesies tersebut sangat reaktif (Fessenden dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saat ini umur harapan hidup di Indonesia sekitar 72 tahun dengan rerata perempuan

Kata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli Desember

Perhitungan Kadar MDA (nmol/g)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dikenal dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

I PENDAHULUAN. (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis Penelitian dan (1.7.) Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam kegiatan

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan lingkungan tercemar, radiasi ultraviolet yang tinggi, paparan polutan dan radikal bebas lain yang mengakibatkan timbulnya stres oksidatif. Stres oksidatif adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan dalam tubuh. Hal ini terjadi akibat produksi radikal bebas yang lebih banyak dibandingkan dengan antioksidan (Halliwell, 2006). Radikal bebas merupakan suatu atom, gugus atau molekul yang memiliki satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya sehingga mampu menyerang senyawa-senyawa lain seperti DNA, membran lipid dan protein. Radikal bebas biasanya berada dalam bentuk radikal hidroksil ( OH), radikal peroksil ( OOH) dan ion superoksida (O 2 ). Kehadiran radikal bebas dapat merusak makromolekul dalam sel seperti karbohidrat, protein, DNA, lemak dan sebagainya (Halliwel and Gutteridge, 1999). Kerusakan oksidatif yang diakibatkan oleh radikal bebas berimplikasi pada berbagai kondisi patologis, yaitu kerusakan sel, jaringan dan organ seperti hati, ginjal, jantung baik pada manusia maupun hewan. Kerusakan ini dapat berakhir pada kematian sel sehingga terjadi percepatan timbulnya berbagai penyakit degeneratif (Kevin et al., 2006 dan Valko et al., 2007). 1

2 Salah satu radikal bebas yang seringkali menyerang asam lemak tak jenuh dalam tubuh yaitu radikal bebas hidroksil. Radikal hidroksil dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal dengan nama peroksidasi lemak. Peroksidasi lemak merupakan proses yang bersifat kompleks akibat reaksi asam lemak tak jenuh penyusun fosfolemak membran sel dengan senyawa oksigen reaktif membentuk hidroperoksida (Setiawan et al., 2005). Peroksidasi lemak mengakibatkan terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel seperti malondialdehid (MDA), etana dan pentana (Marks et al., 2000). Tubuh hewan maupun manusia secara normal mempunyai strategi yang sistematis untuk memerangi pembentukan radikal bebas dengan tiga enzim antioksidan endogen, yaitu superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan katalase (Cat). SOD merupakan salah satu antioksidan endogen yang berfungsi mengkatalisis reaksi dismutasi radikal bebas anion superoksida (O - 2 ) menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen (Halliwell, 2006). Peningkatan kondisi stres oksidatif dapat dipicu oleh beberapa faktor diantaranya puasa (Wresdiyati dan Markita, 1995), olahraga (Haaij, 2006), stres psikis dan inflamasi (Moller et al., 1996). Kondisi stres oksidatif menyebabkan terjadinya peningkatan produksi radikal bebas yang berlebihan sehingga dapat menurunkan kerja enzim antioksidan endogen serta menyebabkan kerusakan sel. Oleh karena itu, dalam hal ini diperlukan peranan asupan antioksidan eksogen seperti vitamin, β-karoten, polifenol dan flavonoid untuk membantu kerja enzim

3 antioksidan endogen dalam mencegah kerusakan sel (Kuncahyo dan Sunardi, 2007). Beberapa vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan antara lain vitamin A, C dan E (tokoferol). Penelitian yang dilakukan oleh Wresdiyati et al. (2013) menyatakan bahwa pemberian α-tokoferol sebanyak 60 mg/kg/bb/hari selama tujuh hari berpengaruh terhadap peningkatan SOD dan penurunan MDA pada jaringan hati tikus. Selain vitamin, senyawa flavonoid juga merupakan salah satu antioksidan sekunder. Flavonoid yang terkandung dalam buah terong belanda menarik perhatian bagi banyak peneliti karena potensinya sebagai antioksidan dalam tubuh (Syariah et al., 2011). Dewi ( 2014) telah meneliti aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat biji terong belanda yang memiliki nilai IC 50 sebesar 1162,61 mg/l dan mampu menurunkan kadar MDA plasma darah tikus dengan dosis 200 mg/kgbb/hari. Hasil penelusuran literatur menunjukkan belum ada laporan penelitian yang terkait dengan uji aktivitas ekstrak kulit buah terong belanda terhadap superoksida dismutase dan peroksidasi lemak. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Devi (2014) menunjukkan bahwa fraksi n-butanol kulit terong belanda memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dengan nilai IC 50 sebesar 68,14 mg/l dan total fenol sebesar 3,37 mg/g eq asam galat. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi n-butanol kulit terong belanda positif mengandung senyawa flavonoid. Devi (2014) telah mengidentifikasi salah satu senyawa flavonoid golongan isoflavon yang terkandung dalam fraksi n-butanol kulit terong belanda. Namun, beberapa

4 senyawa flavonoid yang lain belum berhasil diidentifikasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji pengaruh fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda secara in vitro dengan metode DPPH dan uji secara in vivo dengan mengukur aktivitas superoksida dismutase dan kadar malondialdehid pada tikus yang diberi perlakuan stres oksidatif. Aktivitas antioksidan fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda dibandingkan dengan aktivitas α-tokoferol dari Natur-E yang mengandung 100 IU D-α-tokoferol. Selain itu, kedua antioksidan eksogen tersebut dikombinasikan dengan dosis yang sama yaitu 60 mg/kg/bb/hari dan dilihat pengaruhnya terhadap aktivitas superoksida dismutase dan peroksidasi lemak. Pada akhir penelitian dilakukan identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui golongan senyawa flavonoid yang terkandung dalam fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana aktivitas fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda terhadap superoksida dismutase pada jaringan hati tikus di bawah kondisi stres? 2. Bagaimana aktivitas fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda dalam menghambat reaksi peroksidasi lipid pada jaringan hati tikus di bawah kondisi stres? 3. Flavonoid golongan apakah yang terkandung dalam fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda?

5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui aktivitas fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda terhadap superoksida dismutase pada jaringan hati tikus di bawah kondisi stres. 2. Untuk mengetahui aktivitas fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda dalam menghambat reaksi peroksidasi lipid pada jaringan hati tikus di bawah kondisi stres. 3. Untuk menentukan golongan flavonoid yang terkandung dalam fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menambah informasi mengenai aktivitas antioksidan fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda ( Solanum betaceum Cav.) terhadap superoksida dismutase dan peroksidasi lemak pada jaringan hati di bawah kondisi stres yang dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit seperti kanker, tumor dan penyakit degeneratif lainnya. Selain itu, dapat memperkaya informasi mengenai golongan flavonoid yang aktif sebagai antioksidan yang bersumber dari kulit buah terong belanda. Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan informasi bagi masyarakat tentang khasiat kulit terong belanda bagi kesehatan.