Rini Fahriani Zees Jurusan Keperawatan Poltekkes Gorontalo. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TEHNIK RELAKSASI TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN APENDEKTOMI


UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG


The Association Of Individual Factors And Organization Culture And Approach With Nursing Quality Of Care In Ganesha Public Hospital, Gianyar

PENGEMBANGAN MODEL BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN. Revani Hardika

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

Mulyaningsih* *) Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

PERILAKU CARING PERAWAT BERDASARKAN FAKTOR INDIVIDU DAN ORGANISASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR SKEMA... x

DAFTAR PUSTAKA. Aditama, Y.T (2000) Manajemen administrasi rumah sakit, Jakarta : Universitas Indonesia

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruangan Interna RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Zaidin. (2010). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN USIA DAN JADWAL DINAS PERAWAT DENGAN KEPEDULIAN PERAWAT TERHADAP BEL PANGGILAN PASIEN DI RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

DAFTAR PUSTAKA. perawat di Rumah Sakit Tingkat III Ambon. Jurnal AKK, 2 (I),

Daftar Pustaka. Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta : Bumi Aksara

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

DAFTAR PUSTAKA. Ajzen, I. (2001). Attitudes, Personality and Behavior. Milton Keynes. Ali, Z. (2000). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional.

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DILLA HERFINA*ERWIN**AGRINA***

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN BUDAYA ORGANISASI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA DOSEN. Oleh : ANI PINAYANI, DRS., MM. NIP.

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RAWAT INAP RS PMC

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

DAFTAR PUSTAKA. Aditama, Tjandra. Y, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, edisi kedua. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

Hariandja. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan, Produktifitas Pegawai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

DAFTAR PUSTAKA. Agusriansa. (2015). Persepsi pasien preoperatif terhadap perilaku caring perawat. JOM. 2(2).

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA: SUPERVISI, PENGHASILAN, DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL MEMENGARUHI KINERJA PERAWAT PELAKSANA

PENINGKATAN SIKAP ETIS PERAWAT PELAKSANA TERHADAP KLIEN MELALUI PELAKSANAAN PERAN DECISIONAL KEPALA RUANG

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD AMBARAWA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI RUANG PERAWATAN INTERNA

DAFTAR PUSTAKA. Adisasmito, W. (2012). Sistem kesehatan (Cetakan ke-4). Jakarta: PT Raja

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DAFTAR PUSTAKA. Aditama, T.Y Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI. Ardiningsih, U Peran Orang Tua dan Pendidik dalam

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA PEGAWAI

BAB V PENUTUP. bahwa faktor-faktor mempengaruhi Quality of Work Life karyawan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Berdasarkan uji Anti-image Matrices

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA UNIT INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA RSUD DR.

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

DAFTAR PUSTAKA. Bittel, L.R. (1987). Supervisory training development. California : Addison Wesley.

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN PERAN KEPALA RUANG TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RS. A JAKARTA

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

KEPEMIMPINAN EFEKTIF DAN MOTIVASI KERJA DALAM PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT

GAMBARAN PERILAKU CARING PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT T JAKARTA Veronika Martauli S 1, Efy Afifah 2

MOTIVASI DAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERSIAPAN PASIEN PULANG TERHADAP KEPUASAN PASIEN TENTANG PELAYANAN KEPERAWATAN DI RS ROMANI SEMARANG

BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dijelaskan pada babbab

KARAKTERISTIK PERAWAT DAN PERILAKU KESELAMATAN KERJA PERAWAT DI RSUD DEPOK.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

Hubungan Budaya Organisasi dengan Praktik Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang 2012

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI WISMA LANSIA KAB. LUMAJANG

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

HUBUNGAN KARATERISTIK PERAWAT DENGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DAN DIAGNOSIS NANDA

KEPEMIMPINAN EFEKTIF DAN MOTIVASI KERJA DALAM PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013

PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI FAKTOR PALING MEMENGARUHI KINERJA PERAWAT PELAKSANA

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB V PENUTUP. bagian operasional pada bank BRI (persero). Dari 45 kuisioner yang dibagikan

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

FAKTOR KOMITMEN DAN IKLIM ORGANISASI BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI RSWH

PENINGKATAN KINERJA PERAWAT DALAM PENERAPAN MPKP DENGAN SUPERVISI OLEH KEPALA RUANG DI RSJD SURAKARTA

DAFTAR PUSTAKA. Adam, J.A. (1989). Human Factor Engineering. New York: Mac. Millan Publishing Company.

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

216 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 1, No. 1, Juni Asmuji* *Staf Pengajar Prodi Keperawatan FIKes Univ. Muhammadiyah Jember

GAMBARAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RS TENTARA 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIDAK DAPAT DIUBAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ACUTE CORONARY SYNDROME

TIU : Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip psikologi dalam industri dan organisasi, sebagai dasar penanganan masalahmasalah

PENGEMBANGAN KARIR = FAKTOR PALING MEMPENGARUHI KINERJA PERAWAT PELAKSANA

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

ANALISA PENGARUH MOTIVASI, KEPUASAN KERJA, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI RESTORAN PAVILLION J.W.

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Wawan Kurniawan

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR BUDAYA ORGANISASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD. PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Rini Fahriani Zees Email : rini_zees@yahoo.co.id Jurusan Keperawatan Poltekkes Gorontalo Abstrak Perilaku caring perawat merupakan salah satu perilaku anggota organisasi yang dipengaruhi budaya organisasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor budaya organisasi dengan perilaku caring perawat pelaksana di RSAS Kota Gorontalo. Survey analitik secara cross sectional dengan menggunakan uji chi square pada 120 perawat pelaksana menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan, komunikasi, pelatihan, reward, pengambilan keputusan dan manajemen dengan perilaku caring perawat (p=0.000-0,042; α=0,05). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku caring perawat adalah pelatihan, sehingga pelatihan perlu ditingkatkan di RSAS Kota Gorontalo terutama bagi perawat yunior. Kata kunci : Budaya organisasi, Perawat pelaksana, Perilaku caring. Perilaku caring perawat pelaksana di rumah sakit dapat dipengaruhi oleh budaya organisasi. Kreitner & Kinicki (2010) menekankan bahwa budaya organisasi yang kuat menciptakan kesamaan tujuan, motivasi karyawan, dan struktur pengendalian untuk membentuk perilaku yang dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi organisasi yang berdampak pada kinerja anggota organisasi. Pernyataan ini didukung oleh Bijaya (2006) menyatakan ada korelasi yang kuat dan signifikan antara budaya organisasi yang kuat dengan kinerja perawat. Terciptanya budaya organisasi yang mendukung strategi organisasi dapat menjadi instrumen unggulan yang kompetitif. Riset yang dilakukan oleh Ricardo, Ronald, & Jolly (2003) mengemukakan dimensi-dimensi yang berpengaruh terhadap budaya organisasi, meliputi komunikasi, pelatihan dan pengembangan, imbalan, pembuat keputusan, pengambilan risiko, kerja sama, dan praktik manajemen. Kinerja karyawan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya organisasi juga dipengaruhi oleh variabel individu, psikologis, dan organisasi. Variabel individu meliputi keterampilan dan

kemampuan, latar belakang, dan demografis. Variabel psikologi yaitu persepsi, sikap, belajar, dan motivasi dan variabel organisasi yaitu sumber daya, desain pekerjaan, struktur, imbalan, dan kepemimpinan (Gibson, James, & John, 2000). Bukti empirik mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat sebagai wujud kinerja perawat yaitu penelitian yang dilakukan Suryani (2010) mendapatkan hasil bahwa beban kerja dan pengembangan profesional berhubungan dengan perilaku caring Pernyataan ini didukung oleh penelitian Supriatin (2009) menyatakan, adanya hubungan faktor individu dan organisasi dengan perilaku caring. Peneliti merespon lebih lanjut untuk mengadakan penelitian tentang analisis faktor budaya organisasi yang berhubungan dengan perilaku caring perawat. METODE Penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Care Q yang dikemukakan oleh Larson (1984, Watson 2004) merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mempersepsikan perilaku caring perawat. Penelitian dilakukan pada 2 sampel perawat profesional (n=57 dan n=112). Budaya organisasi diukur dengan menggunakan The denison organization culture survey. Model ini didasarkan pada penelitian yang sedang berlangsung lebih dari 15 tahun dan melibatkan 1000 organisasi yang dilakukan oleh Dr. Denison dari Universitas Micchigan. HASIL Hasil penelitian ini menjawab seluruh tujuan penelitian yang menggambarkan tentang perilaku caring perawat, budaya organisasi (komunikasi, pelatihan dan pengembangan, imbalan, pembuat keputusan, pengambilan risiko, kerja sama, dan praktik manajemen), karakteristik perawat (umur, lama kerja, pendidikan, jenis kelamin dan status pernikahan), hubungan budaya organisasi dengan perilaku caring perawat, hubungan karakteristik perawat dengan perilaku caring perawat serta faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku caring perawat.

Analisis univariat Proporsi perilaku caring perawat menunjukkan mayoritas perawat pelaksana RS mempunyai perilaku caring perawat kurang (53,3%). Budaya organisasi RS secara keseluruhan dipersepsikan perawat pelaksana cenderung baik (60%). Secara spesifik, budaya organisasi dipersepsikan baik pada dimensi komunikasi (53,3%), pelatihan (53,3%) sedangkan dimensi yang dipersepsikan kurang oleh perawat pelaksana meliputi pengambilan resiko (60%), kerja sama (63%), pengambilan keputusan (56,7%), reward (73,3%) dan manajemen (66,7%). Secara rinci dapat dilihat pada table berikut. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku Caring di Instalasi Rawat Inap RSAS Kota Gorontalo, Mei 2011 (n= 120) No Variabel Frekuensi Prosentase (%) Perilaku caring 64 53,3 56 46,7 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Budaya Organisasi di Instalasi Rawat InapRSAS Kota Gorontalo, Mei 2011 (n= 120) No Variabel Frekuensi Prosentase (%) 1 Budaya organisasi 48 72 60 2 Komunikasi 56 46,7 64 53,3 3 Pelatihan 56 46,7 64 53,3 4 Pengambilan risiko 72 48 60 5 Kerja sama

76 44 63,3 36,7 6 Pengambilan keputusan 68 52 56,7 43,3 7 Reward 88 73,3 32 26,7 8 Manajemen 80 66,7 33,3 Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik perawat pelaksana berdasarkan umur, lama kerja, pendidikan, jenis kelamin, dan status, pernikahan. di Instalasi Rawat InapRSAS Kota Gorontalo Mei, 2011 (n= 120) No Variabel Frekuensi Prosentase (%) 1 Umur a. < 25 tahun b. 25-45 tahun c. > 45 tahun 20 98 2 16,7 81,7 1,6 2 Lama kerja a. < 5 tahun b. 5 tahun 56 64 46,7 53,3 3 Pendidikan a. SPK b. DIII keperawatan c. SI Keperawatan 5 88 27 4,2 73,3 22,5 4 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 11 109 9,2 90,8 Total 100 100 No Variabel Frekuensi Prosentase (%) 5 Status pernikahan a. Belum menikah b. Menikah 24 20 96 80

Hasil uji statistik menunjukkan budaya organisasi berhubungan dengan perilaku caring perawat (p=0,036;α=0,05). Secara spesifik faktor budaya organisasi (komunikasi, pelatihan, reward, pengambilan keputusan dan manajemen) berhubungan dengan perilaku caring perawat (p=0.000-0,042; α=0,05) Selanjutnya, untuk karakteristik perawat variabel yang berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana Rumah Sakit adalah status pernikahan (p=0,017; α=0,05). Secara rinci dapat dilihat pada table berikut Tabel 4. Distribusi Hubungan Budaya Organisasi Dengan Perilaku Caring di Instalasi Rawat InapRSAS Kota Gorontalo, Mei 2011 (n= 120) Variabel Komunikasi Pelatihan 48 16 36 28 Perilaku caring Kurang Baik n % n % 75 28,6 64,3 43,8 16 20 36 25 71,4 35,7 56,3 Total 64 56 56 64 P OR (CI%) 0,000* 0.133 (0,059-0,300) 0,024* 2,314 (1,108-4,834) Pengambilan risiko 24 55,6 50 32 24 44,4 50 72 48 0,550 1,250 (o,601-2,600) Kerja sama Pengambilan keputusan Reward Manajemen 24 36 28 52 12 28 36 54,5 52,6 69,2 41,2 59,1 37,5 70 45 20 36 16 36 20 12 44 45,5 47,4 30,8 58,8,9 62,5 30 55 48 72 42 68 88 32 80 0,8 0,926 (0,601-2.600) 0,311 0,002* (0,145-0.666) 2,7 0,036* (1,047-5,534) 0,010* 0,351 (0,156-0,786) Budaya organisasi 20 44 61,1 41,7 28 28 58,3 58,3 48 72 0,036* 0,455 (0,216-0,957)

(*Bermakna pada α= 0,05) Tabel 5. Distribusi Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Perilaku Caring Di instalasi Rawat Inap RSAS Kota Gorontalo, Mei 2011 (n= 120). Variabel Umur a. < 25 tahun b. 25-45 tahun c. > 45 tahun Lama kerja a. < 5 tahun b. 5 tahun Perilaku caring Kurang Baik N % N % 13 50 1 33 31 65 51 50 58,9 48,4 7 48 1 25 33 35 49 50 41,1 51,6 Total 20 98 2 56 64 P 0.519 0,250 OR (CI%) (a) 1,730 (0, 332-9,005) (b) 1,598 (0,012-204.79) 1,527 (0,741-3,149) Pendidikan a. SPK b. DIII Kep c. SI Kep 3 52 9 60 59,1 33,3 2 36 18,9 66,7 5 88 27 0,061 a. 1,551 (0,063-37,98) b. 0,101 (71,8 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan a. Belum menikah b. Menikah 5 59 18 46 45,5 84,1 75 47,9 6 50 6 50 54,5 45,9 25 52,1 11 109 24 96 0,583 0,706 (0,203-2, 453) 0,017* 3,261 (1,191-8,926) (* bermakna pada α= 0,05) Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan terhadap perilaku caring perawat pelaksana adalah pelatihan dengan nilai OR 4,156. Secara rinci dapat dilihat pada table berikut. Tabel 5.9 Pemodelan Akhir, n= 120 No Variabel PWald OR CI 95% 1 Status pernikahan 0,042 4,091 1,050-15,943 2 Komunikasi 0,000 0,119 0,044-0,321 3 Pelatihan 0,005 4,156 1,539-11,227

4 Manajemen 0,002 0,174 0,058-0,527 5 Pengambilan 0,010 0,282 0,108-0,736 keputusan PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara budaya organisasi dengan perilaku caring perawat. Semakin tinggi persepsi budaya organisasi perawat pelaksana semakin besar pula peluang terciptanya perilaku caring yang baik dibanding perawat pelaksana. Hasil penelitian ini mendukung teori Kreitner & Kinicki (2010) menekankan bahwa budaya organisasi yang kuat menciptakan kesamaan tujuan, motivasi karyawan, dan struktur Membangun dan mempertahankan budaya perusahaan yang kuat memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. Budaya yang sudah terbentuk membutuhkan praktik-praktik dalam organisasi yang berfungsi memelihara dengan cara membuat karyawan memiliki pengalaman yang sama. Menurut Robbins & Judge (2007/2008) ada 3 hal yang memainkan peranan yang sangat penting dalam mempertahankan sebuah budaya yaitu proses seleksi, tindakan manajemen puncak, dan metode sosialisasi. Proses seleksi merupakan rangkaian tahaptahap yang digunakan untuk memutuskan pengendalian untuk membentuk perilaku yang dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi organisasi yang berdampak pada kinerja anggota organisasi. Selanjutnya riset yang dilakukan oleh Ricardo, Ronald, & Jolly (2003) mengemukakan dimensi-dimensi yang berpengaruh terhadap budaya organisasi, meliputi komunikasi, pelatihan dan pengembangan, imbalan, pembuat keputusan, pengambilan risiko, kerja sama, dan praktik manajemen. pelamar mana yang akan diterima. Menurut Rivai (2009) seleksi merupakan proses pengambilan keputusan bagi calon pelamar untuk diterima atau ditolak. Tujuan seleksi secara eksplisit adalah menidentifikasi dan merekrut individu-individu yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk berhasil menjalankan pekerjaan didalam organisasi (Robins & Judge, 2008). Proses seleksi merupakan upaya untuk memastikan calon pelamar memiliki kesesuaian nilai-nilai yang sama dan selaras dengan nilai organisasi. Menurut Robins & Judge (2008) Proses ini memberi informasi kepada para pelamar mengenai nilai-nilai

organisasi dan para pelamar yang merasakan suatu pertentangan antara nilai-nilai yang dianut dan nilai organisasi, dapat mengajukan pengunduran diri. Pembentukan budaya organisasi melalui proses seleksi dapat menyeragamkan dan mensosialisasikan nilai-nilai suatu organisasi kepada karyawan. Karyawan akan memiliki motivasi untuk berkarya secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi. Tindakan manajemen puncak (pimpinan) memiliki dampak besar terhadap budaya organisasi. Manajer puncak menginternalisasikan norma-norma yang berlaku di organisasi melalui apa yang mereka katakan, dan bagaimana para eksekutif senior berperilaku terkait pengambilan risiko yang diharapkan, seberapa banyak kebebasan yang diberikan kepada karyawan, pakaian dan semacamnya (Robbin & Judge, 2007/2008). Sosialisasi merupakan alat untuk mengintegrasikan semua hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas dan budaya organisasi kepada karyawan. Menurut Carpenter (1994, dalam Riani, 2011) sosialisasi (onboarding) merupakan proses ketika karyawan baru mempelajari sikap, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk berfungsi secara efektif dalam organisasi. Pendapat ini didukung oleh Robbins & Judge (2007/2008) mendefinisikan sosialisasi adalah sebuah proses yang mengadaptasikan karyawan dengan kultur organisasi. Sosialisasi bermanfaat bagi anggota, untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai organisasi yang dimasukinya, sehingga karyawan terbantu dalam membuat keputusan yang tepat, sesuai dengan situasi yang dihadapi. Proses ini juga memudahkan anggota dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, pekerjaan, dan anggota lain intra organisasi, sehingga menumbuhkan komitmen karyawan yang dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan Robbins & Judge (2007/2008) Manfaat sosialisasi bagi organisasi merupakan alat komunikasi untuk semua hal yang berhubungan dengan aktifitas dan budaya organisasi sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan anggota untuk memahami tentang organisasi. Proses sosialisasi dapat dilakukan dalam proses rekrutmen karyawan. Pemilihan karyawan yang sesuai dengan budaya organisasi akan memperkuat budaya organisasi yang telah ada (Sopiah, 2009) Sosialisasi dapat dikonseptualisasikan sebagai sebuah proses yang terdiri atas 3 tahapan, yaitu pra kedatangan, perjumpaan dan metamorfosis. Tahap pertama pra kedatangan,

mencakup semua pembelajaran yang terjadi sebelum seorang anggota baru bergabung dengan organisasi. Pada tahap kedua perjumpaan, karyawan baru melihat seperti apa sesungguhnya organisasi dan menghadapi kemungkinan bahwa antara harapan dan kenyataan berbeda. Tahap ketiga (metamorfosis) karyawan harus berubah dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan, kelompok kerja, dan organisasi (Robbins dan Judge, 2008) Hasil analisis multivariat yang dilakukan terhadap 12 variabel yang menjadi kandidat multivariat untuk mendapatkan pemodelan akhir. Pada pemodelan akhir didapatkan perawat pelaksana yang memiliki persepsi baik tentang pelatihan berpeluang 4, 156 untuk melaksanakan caring dengan baik setelah dikontrol variabel status pernikahan. Pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan yang dilaksanakan secara sistematik dan terorganisir untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kerja karyawan. Notoatmodjo (2003) menjelaskan pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang. Dampak kognitif yang diperoleh seseorang melalui pelatihan adalah berupa proses pengambilan keputusan yang semakin baik sehingga seseorang dapat terhindar dari kesalahan dan semakin kompeten dalam kualitas dan produktivitas kerja (Cahyono, 2008) Peningkatan kinerja karyawan diikuti dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan dan pengembangan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan memberikan dividen kepada karyawan dan perusahaan berupa keahlian dan keterampilan yang selanjutnya akan menjadi aset yang berharga bagi perusahaan (Rivai, 2009). Organisasi dalam upaya menciptakan budaya tanggap terhadap pelanggan tidak harus merekrut karyawan baru. Tantangan manajemen dalam hal ini adalah bagaimana membuat karyawan yang sudah ada agar lebih fokus pada pelanggan. Kasus semacam ini lebih menitikberatkan pada pelatihan daripada perekrutan (Robins dan Judge, 2008). Indikasi penting untuk menilai komitmen manajemen adalah ketersediaan kesempatan untuk pengembangan diri bagi para karyawan. Keterampilan yang diperoleh karyawan melalui pelatihan apakah dapat diterapkan dalam pekerjaan serta pendidikan bagi karyawan ditujukan untuk kebutuhan sekarang atau untuk masa yang akan datang. Bukti empirik yang dikemukakan Bertolino, truxillo, & Fraccarolly (2011) menekankan

ada pengaruh antara pelatihan dan peningkatan kinerja. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Sutriyanti (2009) mendapatkan hasil perlu pelatihan dan pemberian bimbingan 6 kali setelah pelatihan untuk meningkatkan perilaku caring perawat sebagai wujud kinerja perawat. Pelatihan mengenai perilaku caring sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas dan produktifitas kerja. Hasil wawancara dengan bidang mutu keperawatan RSAS Kota Gorontalo pelatihan tentang caring sudah dilaksanakan sebanyak 2 kali tetapi hanya diikuti oleh sebagian besar kepala ruang dan ketua tim. Pelatihan yang diikuti oleh sebagian besar kepala ruang dan ketua tim tidak terlalu berdampak terhadap pelaksanaan caring di ruangan, oleh karena itu disarankan untuk peserta pelatihan sebaiknya adalah perawat pelaksana. Perawat pelaksana merupakan tenaga perawat yang langsung berhadapan pasien, sehingga untuk aplikasinya dapat DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. (2002) Hubungan iklim kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD dr. Yunus Bengkulu. Tesis Program Magister Ilmu langsung diterapkan pada pasien masingmasing. Kualitas pelatihan atau metode yang digunakan dalam memberikan pelatihan kepada perawat harus lebih diperhatikan. Metode yang digunakan harus dapat mempengaruhi secara langsung tampilan kerja seperti role play, simulasi dan metode kasus. SIMPULAN DAN SARAN Budaya organisasi berhubungan dengan perilaku caring perawat. Level perilaku caring yang cenderung rendah dalam penelitian ini merupakan tantangan bagi manajer perawat juga setiap individu perawat untuk membangun dan mempertahankan budaya organisasi yang dilandasi perilaku yang caring. Peran perawat sebagai frontliners dalam pemberian pelayanan keperawatan saat ini perlu disandingkan dengan aplikasi perkembangan ilmu keperawatan Indonesia sehingga nursing care dapat membudaya dalam pembangunan kesehatan Indonesia. Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Arikunto, S. (2010). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.

Bertolino, Truxillo, & Fraccarolly. (2011) Age as moderator of the relationship of proactive personality with training motivation, perceived career development from training, and training behavioral intentions. Journal of Organizational Behavior. Volume 32. Pages 248 263. Bijaya, A. (2006) Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Clark, M. J. (2003). Community health nursing: Caring for populations. New Jersey: Prentice Hall 2003. Cahyono, J.B. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta: Kanesius. Daft, R. (2008a). Manajemen. Edisi 1. (Terj. D. Angelica) Jakarta: Salemba Empat. (Buku asli tahun 2003). Daft, R. (2008b). Manajemen. Edisi 2. (Terj. D. Angelica) Jakarta: Salemba Empat. (Buku asli tahun 2003). Dahlan, M. S. (2009). Besar sampel dan cara pengambilan sampel: Dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: salemba Medika. Davis, B. D. (2000). Caring for people in pain. London: Routhledge. Dessler, G. (2000) Human resource management. Seventh edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Dwidiyanti, M. (2007). Caring kunci sukses perawat mengamalkan ilmu. Semarang: Hasani. Gibson, J., James, I, & John, D. (2000). Organization behavior. Boston: Mc Graw-Hill Higher education. Hastono, S. P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta: FKM UI. Ilyas, Y. (2005). Perencanaan SDM rumah sakit. Jakarta: FKM-UI. Kreitner, R. & Kinicki. (2010). Organizational Behavior. New York: Mc Graw-Hill Higher education. Luthan, F. S. (1998). Organizational Bahavior. Sevent edition. Singapore: Mc. Graw Hill. Loedin, A. A. (2003). Pedoman nasional etik penelitian kesehatan. Jakarta: Komite Nasional Etik Peneltian Kesehatan. Masitoh, S. (2001) Analisis kinerja perawat pelaksana dan hubungannnya dengan karakterisitik demograrafis dan karakteristik organisasi di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita. Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan Morrison, P. & Burnard, P. (2009). Caring and communicating: hubungan interpersonal dalam keperawatan. Edisi kedua.

(Terj. Widyawati, E. Meiliya). Jakarta: EGC. (Buku asli 1997) Muttaqin. (2008). Pengaruh supervisi terhadap perilaku caring perawat pelaksana di rumah sakit umum daerah kabupaten cianjur Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Muzaputri, G. (2008). Hubungan karakteristik individu dan faktor organisasi dengan kinerja perawat di RSUD Langsa Nangroe Aceh Darussalam. Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta. Pangewa, M. (2007) Perilaku keorganisasian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Panjaitan, R.(2002) Hubungan efektifitas kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Polit, D.F & Beck, C.T. (2006) Essential of nursing research: Methode, appraisal and utilization. (6th ed). Philadelphia: Lipincot Williams & Walkins. Profil dan data medical record RSAS Kota Gorontalo tahun 2010. Pohan, I. (2007). Penjaminan mutu kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Potter, P. & Perry, A. G. (2009). Fundamental of nursing. 7th edition. Singapore: Mosby Elsevier. Prasetyo, B. & Jannah, M. (2010). Metode penelitian kuantitatif: Teori dan aplikasi.jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ricardo, Ronald & Jolly, J. (2003). Organization culture and teams. Academy of management journal.volume 13. Page 245. Rivai, V. (2009). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan dari teori ke praktek. Jakarta: Rajawali Pers. Riyanto, A. (2011). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika. Rizal, Y. (2001). Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja karyawan kantor direksi PTP Nusantara VII Bandar Lampung. Universitas Brawijaya Malang. Tesis Program Magister manajemen. Riani, A. (2011). Budaya organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Robbins, S. & Judge, T. (2008). Perilaku organisasi. (Terj. D. Angelica, R. Cahyani, dan A. Rosyid) Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. (Buku asli tahun 2007) Robbins S. (2005). Prinsip-prinsip perilaku organisasi. Edisi kelima. (Terj.

Halida dan D. Sartika) Jakarta: Erlangga. (Buku asli 2002). Rodwell, John J., Rene K., & Mark A. (1998) The relationship among work related perceptions integral role of comunication. Employess Journal of management. Vol 20. Sabri, L. (2005) Statistik kesehatan. Jakarta: Salemba Empat. Schein. (1997). Organizational culture & leadership. San Fransisco: Jossey-Buss. Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Candi Gerbang Permai. Setiati. (2005). Hubungan faktor individu dengan perilaku caring terhadap kepuasan pasien di rumah sakit Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Siagiaan, P.S. (2010) Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Sulistyo, H. (2009) Pengaruh kepemimpinan spiritual dan komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan. Jurnal ekonomi & bisnis (Ekobis).Volume 6. Hal. 21-28. Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing (eight editions). USA: St. Mosby Inc. Sully, P & Dallas, J. (2005). Essential communication skill for nursing. USA: Philadelphia st Louis Sidney Toronto: Elsevier Mosby. Sunarto. (2003). Teori organisasi. Yogyakarta: Amus Mahendro Total Design. Sugiono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supriyatin, E. (2009) Hubungan faktor individu dan organisasi dengan perilaku caring perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Bandung. Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Suryani. (2010). Hubungan beban kerja dan pengembangan profesional dan perilaku caring perawat pelaksana di RS Cikini Jakarta. Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Sutriyanti. (2009). Pengaruh pelatihan caring terhadap kepuasan pasien Di ruang rawat inap Rumah Sakit Curup Bengkulu. Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan FIK UI. Tidak dipublikasikan. Sopiah. (2009). Perilaku organisasional. Yogyakarta: Andi Offset. Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorists and their work. Six edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Watson, J. (1998). Nursing human science and human care. New York: National language for nursing. -------------- (2004) Assessing and measuring caring in nursing and health science. http://books.google.co.id/books?hl=id&client=firefoxa&channel=s&rls=org.mozilla: Cronin%20%26%harisson%CB A%20tool&um=1&ie=UTF. Wibowo, S. (2010). Budaya organisasi: Sebuah kebutuhan untuk meningkatkan kinerja jangka panjang. Jakarta: Rajawali Pers. Webster, C. (2001). Caring for health: History and diversity. Philadelphia: Open university press. Zacher, H & Frese, M. (2011) Maintaining a focus on opportunities at work: The interplay between age, job complexity, and the use of selection, optimization, and compensation strategies. Journal of Organizational Behavior. Volume 32. Pages 291 318.