BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peraturan Kesehatan Internasional/International Health Regulation (IHR) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tidak. asing di kalangan masyarakat Indonesia, karena

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK Pertemuan Sosialisasi NSPK Pengendalian Arbovirosis dalam rangkaian Peringatan Asean Dengue Day 2016

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional dan merupakan jenis penyakit yang berpotensi mematikan. DBD pertama kali diakui pada tahun 1950 dan menjadi wabah di Filipina dan Thailand. Pada tahun 1970, sembilan negara telah mengalami epidemi DBD, kasus ini telah meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 1995. Saat ini 2,5 miliar orang atau dua perlima dari populasi dunia menghadapi risiko dari DBD. Word Health Organization (WHO) saat ini memperkirakan mungkin ada 50 juta infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2012). Demam Berdarah Dengue pertama kali ditemukan di Indonesia tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya. Setiap tahun Indonesia merupakan daerah endemis DBD. Tahun 2010 Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD di Asean dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang (Ana, 2011). Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL Kemkes RI), melaporkan kasus DBD tahun 2011 di Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang (Kemkes RI, 2011). Propinsi Sumatera Utara (Sumut) merupakan daerah endemis DBD, tahun 2010 kasus DBD di Sumut mencapai 8.889 penderita dengan korban meninggal

sebanyak 87 jiwa (Dinkes Propinsi SUMUT, 2011). Tahun 2011 Propinsi SUMUT menempati peringkat nomor 3 di Indonesia untuk kasus DBD dengan jumlah kasus sebesar 2.066 dan Insidens Rate (IR) yaitu persentase jumlah penderita baru dalam suatu populasi pada periode waktu tertentu terhadap jumlah individu yang berisiko untuk mendapat penyakit tersebut dalam periode waktu tertentu 15.88% (Kemkes RI,2011). Tahun 2011 Kecamatan Helvetia Medan merupakan daerah yang tertinggi kasus DBD di kota Medan (Dinkes Kota Medan, 2012) Tahun 2010 kecamatan Medan Belawan mempunyai 63 kasus DBD dengan kematian 2 orang (Dinkes Kota Medan, 2010), tahun 2011 kecamatan Medan Belawan mempunyai 77 kasus DBD dan tidak ada kematian, kelurahan Bagan Deli mempunyai 1 kasus DBD pada tahun 2010 dan tahun 2011 tidak ada kasus DBD (Dinkes Kota Medan, 2011). Menurut informasi dari puskesmas Bagan Deli, banyak pasien dengan indikasi demam berdarah, tetapi setelah dirujuk ke rumah sakit umum, mereka tidak mendapatkan informasi dari rumah sakit tersebut bahwa pasien positif atau negatif penyakit Demam Berdarah Dengue (Bagan Deli Puskesmas, 2012). Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan adalah salah satu Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia yang merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Kemkes RI, 2011). Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan mempunyai 8 (delapan) wilayah kerja yang meliputi bandar udara Polonia, pelabuhan laut Belawan, Pangkalansusu,

Kuala Tanjung, Tanjungbalai Asahan, Teluk Nibung, Sibolga, Gunung Sitoli dan Pantai Cermin yang merupakan pintu gerbang masuk negara (Kemkes RI, 2011). Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan melaksanakan tugas dan fungsinya pada daerah perimeter dan daerah buffer, daerah perimeter di pelabuhan udara, yaitu daerah pelabuhan dimana terdapat bangunan bangunan untuk kegiatan penerbangan (gedung-gedung, terminal dan transit, hanggar-hanggar dan gudanggudang) dan tempat parkir pesawat terbang, sedangkan daerah perimeter di pelabuhan laut yaitu tempat-tempat kapal berlabuh dan sekitarnya. Daerah buffer (protective area) yaitu di daerah disekitar perimeter sekurang-kurangnya 400 meter untuk Aedes aegypti kontrol dan dua kilometer diperluas untuk kegiatan Anopheles kontrol (Kemkes RI, 2011). Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan juga mendapat amanat dari International Health Regulation (IHR) tahun 2005 yang diberlakukan 15 Juni 2007 untuk memperhatikan Public Health Emergency Of International Concern/ PHEIC (masalah kedaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian global). Salah satu perhatian khususnya pada program pengendalian vektor di dalam dan di sekitar pintu masuk negara (KKP Kelas I Medan, 2010). Upaya pengendalian risiko lingkungan bertujuan untuk membuat wilayah pelabuhan dan alat angkut tidak menjadi sumber penularan ataupun habitat yang subur bagi perkembangbiakan kuman/vektor penyakit. (Depkes RI, 2007). Program pengendalian yang dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas I Medan dalam penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue setiap

tahunnya di daerah buffer dan perimeter pada pelabuhan yaitu melakukan survai jentik setiap bulan, abatisasi sebanyak 4 kali setahun, melaksanakan fogging sebanyak 3 kali dalam setahun dan melakukan penyuluhan /sosialisasi tentang Demam Berdarah Dengue. Kegiatan program ini dilakukan oleh petugas KKP Kelas I Medan dan dibantu oleh 25 orang kader Jumantik dan 5 orang kader fogging di Belawan. Para Kader ini telah dilatih oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan (KKP Kelas I Medan, 2010). Kegiatan pengendalian Demam Berdarah Dengue dibiayai oleh Pemerintah. semenjak berdirinya Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan sampai dengan tahun 2000, dengan rincian bahwa pengadaan bahan dibiayai oleh Pemerintah Daerah, sedangkan alat dan petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan. Tahun 2001 sampai dengan sekarang semua pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sehingga pegadakan bahan dan alat pengendalian vektor sudah dilakukan sendiri oleh KKP Kelas I Medan (KKP Medan, 2006). Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan juga berkoordinasi dengan Dinkes Kota Medan dalam pelaksanaan pengendalian DBD, adapun kerjasama dalam bentuk koordinasi informasi tentang DBD, koordinasi bahan fogging yang digunakan serta lokasi dan waktu pelaksanaan program pengendalian DBD (Kemkes RI, 2011). Berdasarkan laporan tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan tahun 2010 mengenai pengendalian DBD didapat hasil pemeriksaan House Indeks

(HI) adalah persentase antara rumah dimana ditemukan jentik terhadap rumah yang diperiksa dan Container Indeks (CI) adalah persentase antara kontainer yang ditemukan jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa yang masih tinggi pada daerah perimeter. Tahun 2010 HI pada daerah perimeter sebesar 0.28% dan pada daerah buffer sebesar 1,36%, Container Indeks (CI) pada daerah perimeter 0,18% dan pada daerah buffer 0,9% (KKP Kelas I Medan, 2010).Tahun 2011 di daerah perimeter data House Indeks ( HI) yang tertinggi pada bulan Juni sebesar 1.05 %, dan HI tertinggi pada daerah buffer pada bulan November sebesar 0.59%, dan container Indeks (CI) 0.59% pada bulan Januari. Kelurahan Bagan Deli yang merupakan daerah buffer pelabuhan Belawan mempunyai House Indeks pada tahun 2011pada bulan Juni sebesar 1.41 %, bulan Agustus sebesar 1.56%, bulan November sebesar 1.39% dan bulan Desember sebesar 1.24%. Persyaratan teknis untuk nyamuk Aedes aegypti di daerah perimeter, House Indeks harus 0 (nol) persen dan pada daerah buffer, House Indeks kurang dari 1 persen (< 1%) (Depkes, 2007). House Indeks di kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan tahun 2011 rata-rata masih diatas 1%, walaupun Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan sudah melakukan program pengendalian DBD, (KKP Kelas I Medan, 2011). Menurut Slamet (2003), tindakan seseorang dalam proses pembangunan dalam berbagai sektor sangat dipengaruhi oleh besar kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, kedua adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu, dan ketiga adanya kemauan untuk berpartisipasi.

Penelitian Permanasari (2009), partisipasi masyarakat dengan melakukan menutup, menguras dan mengubur (3M), memelihara ikan, menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk, dan memelihara ikan di kolam berpengaruh dalam pencegahan dan penanggulangan DBD. Menurut hasil penelitian Manalu (2009), kesempatan keluarga untuk berpartisipasi berpengaruh terhadap pencegahan penyakit DBD. Peneliti tertarik untuk melihat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap keberadaan jentik di kelurahan Bagan Deli dengan menggunakan pendekatan teori simpul. Teori simpul yang terdiri dari 4 simpul yakni simpul 1 sumber penyakit dalam hal ini virus dengue yang terdapat pada nyamuk Aedes aegypti yang dapat menimbulkan penyakit DBD, simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit, media transmisi bagi penyakit DBD adalah vektor nyamuk Aedes aegypti, simpul 3, pengukuran biomarker atau tanda biologi, yaitu pemeriksaan darah di laboratorium, simpul 4, status kesehatan atau dampak kesehatan yang terjadi sebagai akibat dari sebuah hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Penduduk yang terpapar dapat menjadi sehat, sakit, bahkan meninggal.variabel lain yang berpengaruh yakni, variabel iklim, topografi, temporal dan suprasistem lainnya. Keputusan politik berupa kebijakan makro yang bisa mempengaruhi semua simpul. Variabel berpengaruh lainnya (Achmadi, 2008). Dalam penelitian ini variabel lainnya yaitu partisipasi masyarakat dan program pengendalian DBD.

1.2. Permasalahan House Indeks (HI) yang merupakan salah satu indikator adanya jentik Aedes aegypti masih diatas 1% di kelurahan Bagan Deli, walaupun sudah dilakukan program - program pengendalian DBD oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan. Program pemberantasan DBD kurang memperoleh partisipasi dari masyarakat khususnya keluarga, karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, dan masyarakat tidak mengetahui partisipasi yang harus dilakukan untuk pemberantasan DBD. Berdasarkan hal tersebut penulis perlu melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat dan program pengendalian penyakit DBD yang dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti di kelurahan Bagan Deli Belawan tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh partisipasi masyarakat dan program pengendalian penyakit DBD yang dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan tehadap keberadaan jentik Aedes aegypti di kelurahan Bagan Deli Belawan tahun 2012. 1.4. Hipotesis Berdasarkan variabel-variabel penelitian yang dilakukan, maka hipotesa pada penelitian ini yaitu ada pengaruh partisipasi masyarakat dan program pengendalian

penyakit DBD yang dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti di kelurahan Bagan Deli Belawan tahun 2012. 1.5. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti dapat berkesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan b. Bagi instansi dan stakeholder yang terkait sebagai masukan dalam meningkatkan penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan juga sebagai bahan referensi dalam menyusun program pengendalian DBD. c. Bagi masyarakat, merupakan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian DBD di lingkungan tempat tinggal mereka. d. Bagi Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat dapat menjadi tambahan masukan dalam upaya pengembangan dan penerapan ilmu kesehatan masyarakat khususnya mengenai pengendalian DBD e. Bagi peneliti lain dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk kajian dan penyusunan penelitian selanjutnya mengenai partisipasi masyarakat dan program pengendalian DBD.