BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat hal tersebut menjadi semakin bertambah buruk.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deviciency Syndrome, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara-negara berkembang. HIV dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

1 Universitas Kristen Maranatha

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang/ menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun, dan jika selanjutnya timbul sekumpulan gejala penyakit disebut AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan manifestasi stadium akhir infeksi HIV (Kemenkes, 2014; Kresno, 2010). Kasus HIV AIDS yang terus meningkat menjadi masalah kesehatan global dan merupakan masalah epidemik dunia yang serius (Ignatavicius dan Workman, 2010). Hal ini berarti pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang keenam yaitu menurunkan jumlah kasus baru HIV AIDS serta mewujudkan akses terhadap pengobatan AIDS belum optimal. Hal ini dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dengan target pencapaian hingga tahun 2030 yang menyebutkan menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur (ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages) (BAPPENAS, 2014; Osborn dkk, 2015). Menurut WHO (2016), secara global pada tahun 2010 jumlah orang hidup dengan HIV yang dilaporkan sebanyak 33,3 juta dengan kasus infeksi HIV baru sebesar 2,2 juta dan sekitar 1,5 juta orang meninggal karena AIDS. Tahun 2015 jumlah orang hidup dengan HIV yang dilaporkan meningkat menjadi 36,7 juta dengan kasus baru HIV sebesar 2,1 juta dan 1,1 juta penderita AIDS meninggal dunia. Kasus HIV di Asia tenggara dari tahun 2000-2015 terus mengalami peningkatan, dari 2,9 juta menjadi 3,5 juta penderita. Data dari Spiritia (2016) menyebutkan bahwa Indonesia semenjak 1 April 1987- Desember 2016 tercatat kasus komulatif HIV sebesar 191.073, AIDS sebesar 77.940 dan yang meninggal akibat infeksi AIDS sebesar 13.247 penderita. Kasus baru HIV dan AIDS Tahun 2015 masing-masing sebesar 30.935 dan 6.373. Kasus meninggal karena AIDS sebesar 610. Sejak 1 April 1

2 1987 Desember 2016 jumlah kasus HIV dan AIDS di Jawa Tengah menduduki urutan ke-5 di Indonesia, dengan jumlah HIV 13.547 dan kasus AIDS sebanyak 5.049, sedangkan yang meninggal sejumlah 1.449. Jumlah kasus HIV AIDS di Surakarta merupakan peringkat ke-2 se Jawa Tengah. Jumlah seluruh kasus yang tercatat bulan Oktober 2005- Desember 2016 sebanyak 2.068 yang terdiri dari kasus HIV sebesar 679 dan AIDS sebesar 1.389, serta meninggal dunia sebanyak 525. Secara rinci kasus baru HIV dan AIDS meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2014, 2015 dan sampai Desember 2016 masing-masing kasus baru HIV sebesar 87, 104, dan 74 serta kasus baru AIDS sebesar 204, 242, dan 173 (KPAD Surakarta, 2016). Strategi dan aturan kebijakan penanggulangan HIV/ AIDS sebenarnya telah tersusun dari tingkat Global sampai tingkat kabupaten / kota. Tingkat global, WHO (2016) mempunyai strategi kesehatan global pada kasus HIV Tahun 2016-2021 yang mempunyai visi meniadakan infeksi HIV baru, meniadakan kematian terkait HIV dan meniadakan diskriminasi HIV di dunia, di mana orang yang hidup dengan HIV dapat hidup lama dan sehat. Indonesia mempunyai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 21 Tahun 2013 tentang penanggulangan HIV AIDS. Jawa Tengah mempunyai beberapa PERDA penanggulangan HIV AIDS, yaitu Perda Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS di Jawa Tengah, Pergub Nomor 72 Tahun 2010 Tentang Juklak Perda Nomor 5 Tahun 2009, KEPGUB 443.22/24/2014 Tentang Pembentukan KPA Provinsi Jawa Tengah, KEPGUB 443.22/25/2014 Tentang Sekretariat KPAP, Tim Asistensi dan Pokja KPA Provinsi Jawa Tengah 5 SRAD 2014-2018, Strategi Rencana Aksi Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2018. Surakarta mempunyai PERDA No. 12 Tahun 2014 (KPA Jateng, 2015). Salah satu penanggulangan HIV/ AIDS menurut Buse dkk (2016) yaitu pelaksanaan prinsip keterlibatan lebih besar orang yang hidup dengan HIV/ AIDS (Greater Involvement of People Living with AIDS / GIPA). GIPA sangat penting untuk penanggulangan epidemik secara etis dan efektif karena memberikan layanan yang lebih responsif, mendukung, memberdayakan, meningkatkan rasa percaya diri dan semangat ODHA (Orang yang Hidup

3 dengan HIV/ AIDS), membantu mengurangi stigma dan diskriminasi dari masyarakat, memperkuat sebuah organisasi atau kegiatan dengan memaparkan dari sudut pandang pengalaman ODHA / OHIDHA (Orang yang terpengaruh HIV) (Spiritia, 2003). Penelitian baru-baru ini yang dilakukan Berg dkk (2015), menunjukan bahwa GIPA memberikan kontribusi dalam pengembangan dan implementasi suatu program dalam penanggulangan HIV/ AIDS. Keterlibatan ODHA diwujudkan dalam mendesain ulang organisasi Klinik rawat jalan untuk HIV di selatan Norwegia dan mengembangkan seperangkat layanan. Target utamanya berupa kesehatan yang optimal, perawatan dan pengobatan yang menyeluruh, serta pemberdayaan yang dioperasionalkan sebagai satu set poin tindakan. Hal ini seperti membangun koordinator perawat HIV. Program ini terbukti efektif dan berkelanjutan. Kenyataannya sebagian besar ODHA masih banyak yang belum terlibat dalam berbagai upaya penanggulangan, terutama dalam riset, monitoring dan evaluasi. Keterlibatan ODHA akan membantu birokrat dan perencana program melakukan penyempurnaan (fine-tuning) penerapan hasil-hasil penelitian sehingga bisa tersusun program yang lebih peka terhadap kebutuhan ODHA (KPA, 2006). Kurangnya keterlibatan ODHA dalam penanggulangan HIV/ AIDS karena stigma negatif terhadap ODHA, sedikit organisasi yang melibatkan atau bekerja sama dengan ODHA / OHIDHA dalam pekerjaan sehari-hari, kurangnya keterampilan dan persiapan, serta kurangnya keadaan yang layak untuk ODHA / OHIDHA di dalam organisasi (Spiritia, 2003). Penundaan untuk berobat apabila sakit karena alasan diskriminasi menyebabkan turunnya tingkat kesehatan ODHA sehingga penularan HIV tidak dapat dikontrol (Maman dkk, 2009; Sohn dan Park, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh KPA (2006), diskiriminasi kepada ODHA justru paling sering dilakukan oleh petugas kesehatan di berbagai tempat layanan kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterlibatan ODHA dalam penanggulangan HIV AIDS yaitu adanya dukungan sosial dari Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), keluarga, tenaga kesehatan, dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS). Penelitian yang dilakukan di Eropa Barat dan

4 Amerika Utara, memberikan bukti bahwa dukungan sosial mempengaruhi penurunan risiko penyakit mental dan fisik, serta kematian (Achat dkk, 2008; Holt dkk, 2010; Lyyra dan Heikkinen, 2006; Seeman, 2000) dan mempengaruhi cara orang mengatasi stres (Jackson, 2006), kepatuhan terhadap konsumsi obat (DiMatteo, 2004; Honda dan Kagawa, 2006), kualitas hidup dan perilaku positif kesehatan (Helgeson, 2003; Keyes dkk, 2005; Strine dkk, 2008). Faktor lain yang mempengaruhi ODHA dalam penanggulangan HIV AIDS yaitu sikap (attitude toward the behavior), norma subjektif (subjective norms), persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control) dan niat (intention). Penelitian Wulansari (2014) menunjukan bahwa pengetahuan tentang VCT, sikap norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku berhubungan secara signifikan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT sebagai langkah dalam Indonesia mempunyai sekitar 307 KDS, dan salah satunya di Solo yang bernama KDS Solo Plus (Spiritia, 2003) yang menjadi tempat studi pendahuluan. Hasil menunjukan bahwa dari 8 ODHA yang menjadi anggota KDS, 5 ODHA terlibat dalam penanggulangan HIV AIDS dan 3 ODHA belum melakukan penanggulangan HIV AIDS. ODHA yang terlibat dalam penanggulangan HIV AIDS menyatakan bahwa ODHA mengetahui manfaat penanggulangan HIV AIDS bagi dirinya dan orang lain (ODHA dan bukan ODHA), merasa bahwa harga dirinya akan meningkat jika bergabung dalam KDS, dan menginginkan hidup yang sehat. ODHA juga mengungkapkan bahwa dukungan dari KDS yang secara terus menerus mendorong ODHA untuk berperilaku sehat, sehingga mudah bagi ODHA untuk melakukan penanggulangan HIV AIDS. Tiga ODHA yang belum melakukan penanggulangan HIV AIDS mengatakan pendapatnya bahwa tidak ada manfaatnya jika ODHA mengikuti program program yang diadakan KDS karena status positifnya tidak akan berubah, tidak adanya dukungan dari keluarga untuk berpartisipasi dalam program KDS, dan berperilaku seksual yang tidak aman dan sehat karena adanya permintaan dari pasangan

5 seksualnya, meskipun ODHA sangat ingin memakai kondom setiap kali berhubungan seksual. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi ODHA dalam penanggulangan HIV/ AIDS, yang merujuk pada TPB (Theory of Planned Behavior). Faktor tersebut yaitu sikap (attitude toward the behavior), norma subjektif (subjective norms), persepsi kendali perilaku (perceived behavioral control), dan niat (intention). Maka penelitian ini tepat bila menggunakan pendekatan theory of planned behavior untuk melihat faktor yang mempengaruhi perilaku B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti mengemukakan rumusan masalah yaitu: 1. Adakah pengaruh niat terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS? 2. Adakah pengaruh sikap tentang penanggulangan HIV/ AIDS terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS, melalui niat? 3. Adakah pengaruh dukungan sebaya terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS? 4. Adakah pengaruh dukungan keluarga terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS? 5. Adakah pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS? 6. Adakah pengaruh dukungan KPAD terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS? 7. Adakah pengaruh persepsi pengendalian perilaku tentang penanggulangan HIV/ AIDS terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku penanggulangan HIV/ AIDS pada ODHA di KDS Solo Plus Surakarta dengan penerapan theory of planned behavior.

6 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis pengaruh niat terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS. b. Menganalisis pengaruh sikap tentang penanggulangan HIV/ AIDS terhadap perilaku c. Menganalisis pengaruh dukungan sebaya terhadap perilaku d. Menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap perilaku e. Menganalisis pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku f. Menganalisis pengaruh dukungan KPAD terhadap perilaku g. Menganalisis pengaruh persepsi pengendalian perilaku tentang penanggulangan HIV/ AIDS terhadap perilaku penanggulangan HIV/ AIDS. D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai keterlibatan ODHA dalam penanggulangan HIV/ AIDS yang berkaitan dengan theory of planned behavior. 2. Aspek Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengembangan kebijakan, perencanaan program dalam menyusun intervensi atau strategi, maupun evaluasi program penanggulangan HIV/ AIDS yang tepat untuk meningkatkan kesehatan populasi. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai media untuk mengaplikasikan pelayanan kesehatan terkait penanggulangan HIV/ AIDS. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman tenaga kesehatan, ODHA, maupun OHIDHA dalam memberikan penyuluhan dan konseling tentang

7 d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam memahami perilaku diri ODHA / OHIDHA yang berkaitan dengan theory of planned behavior sehingga dapat lebih mampu dalam melakukan e. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian tentang penanggulangan HIV/ AIDS, khususnya yang berkaitan dengan theory of planed behavior.