PENGARUH VARIASI PUTARAN BENDA KERJA DAN PUTARAN TOOL MENGGUNAKAN METODE PEMAKANAN TANGENSIAL PADA PROSES TURN-MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru,28293 Indonesia

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

KAJIAN GAYA PEMOTONGAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BERBAGAI MATERIAL MENGGUNAKAN PAHAT HSS

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUATAN POROS ALUMINIUM MENGGUNAKAN EMCO T.U CNC -2A SMKN2 PEKANBARU DENGAN ROUNDNESS TESTER MACHINE

PENGARUH FEEDING, KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KUALITAS PEMBUBUTAN BAHAN BAJA S45C. Rizwan Nur Agist, Joko Waluyo, Saiful Huda

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

Politeknik Negri Batam Program Studi Teknik Mesin Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

PENGARUH JUMLAH MATA SAYAT END MILL CUTTER MENGGUNAKAN KODE PROGRAM G 02 Dan G 03 TERHADAP KERATAAN ALUMUNIUM 6061 PADA MESIN CNC TU-3A

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

Analisa Nilai Kekasaran Permukaan Paduan Magnesium AZ31 Yang Dibubut Menggunakan Pahat Potong Berputar

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN SISI POTONG PAHAT DAN KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL PADA SHAPING MACHINE

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI SUDUT UJUNG MATA POTONG KARBIDA TERHADAP KEKASARAN DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM Al 6061 PADA PROSES PEMBUBUTAN

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

PENGARUH TEKNIK PENYAYATAN PAHAT MILLING PADA CNC MILLING 3 AXIS TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BERKONTUR

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

Alfian Eko Hariyanto S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

PENGARUH PROSES BURNISHING TERHADAP KEKASARAN DAN KEKERASAN MILD STEEL MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

PENGARUH JENIS PAHAT, JENIS PENDINGINAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KERATAAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES BUBUT RATA MUKA

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

PENGARUH JENIS MATERIAL PAHAT POTONG DAN ARAH PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA EMS 45 PADA PROSES CNC MILLING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Jenis Pendinginan dan Kecepatan Spindel

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DAN JENIS SUDUT PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS 45

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 2, Juli 2017 P-ISSN : E-ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

PENGARUH DEBIT MEDIA PENDINGIN TERHADAP NILAI KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA ST 60

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 40-48

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

KAJIAN KEMAMPUMESINAN PULI DARI BAHAN BESI COR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

JENIS MATERIAL PAHAT POTONG DAN RUN OUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA SILINDER PADA PROSES BUBUT

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

TUGAS SARJANA OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN PROSES CNC FREIS TERHADAP HASIL KEKASARAN PERMUKAAN DAN KEAUSAN PAHAT MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL JIS G-3123 SS 41 DENGAN METODE TAGUCHI

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS GEOMETRIK HASIL PEMBUBUTAN POROS IDLER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

Iman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3

OLEH : I PUTU AGUNG MAHAPUTRA NIM

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI PUTARAN BENDA KERJA DAN PUTARAN TOOL MENGGUNAKAN METODE PEMAKANAN TANGENSIAL PADA PROSES TURN-MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN Gusmardani Jefryanto 1 dan Yohanes 2 Laboratorium Teknologi Produksi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru 28293 Email : gusmardani08@gmail.com, yohanes_tmesin@yahoo.com Abstract The surface roughness of a machining process is a very important factor in the field of production that is one of the turn-milling process. Turn-milling is a combined machining process of turning and milling with complete tools (cutting) where workpieces and tools rotate together. The turn-milling process can generally be categorized in orthogonal turn-milling, tangential turn-milling and co-axial turn-milling methods. The resulting surface quality is also affected by the parameters of the machining process in the form of rotation of the workpiece and the rotation of the tool. The purpose of this research is to know the effect of parameters on surface roughness and optimal parameter to surface roughness by doing tangential process of turn-milling. By varying the parameter variables, the surface roughness generated in this study is influenced by the rotation of the workpiece and the rotation of the tool. The higher the tool rotation the lower the surface roughness. Conversely, the higher the rotation of the workpiece the higher the surface roughness. The optimal parameter is a rotation tool of 25000 rpm with a rotation of 630 rpm objects found in the roughness class N7 with a roughness value of 1.321 μm where the roughness value is lower among other N7 roughness classes. Keywords : Turn-milling, Tangential Turn-milling, Rotation, Roughness. 1. Pendahuluan Turn-milling merupakan gabungan dari pengerjaan turning dan milling yang akan meningkatkan produktifitas pemesinan. Satu dari perbedaan dalam proses turn-milling ini adalah kecepatan potong yang diterapkan pada tool dan benda kerja dengan berputar bersamaan. Studi tentang turn-milling ini dimulai sejak 1990 oleh Schulz dkk (Usyal, E. dkk. 2014). Turn-milling adalah konsep manufaktur teknologi yang relatif baru. Turn-milling merupakan proses pemesinan dimana benda kerja dengan kelengkapan tool yang keduanya berputar bersamaan. Proses ini secara umum dapat dikategorikan dalam metode co-axial turn-milling dan orthogonal turn-milling (Shaw, M.C. dkk. 1952). Menurut Savas (Savas, V. dkk. 2007), hasil dari percobaan eksperimen menggunakan tangensial turn-milling berbeda dengan co-axial turn-milling dan orthogonal turn-milling, terutama menggunakan tangensial turn-milling sebagai pengganti proses grinding pada benda kerja yang berputar karena nilai kekasaran yang dihasilkan sangat mendekati hasil dari proses grinding sehingga akan menurunkan biaya produksi di Industri. Savas juga menyatakan bahwa kualitas kekasaran permukaan benda kerja yang ideal menggunakan pemakanan tangensial turn-milling dengan mempertimbangkan kecepatan pemotongan benda kerja dan putaran benda kerja. Menurut Sato, kekasaran permukaan dari suatu proses pengerjaan turning merupakan faktor yang sangat penting dalam bidang produksi, dalam proses pengerjaan ini adalah untuk menjamin mutu, akurasi, dan kepresisian suatu komponen (Sato, T. dkk. 1989). Kekasaran permukaan suatu benda kerja hasil dari proses pemesinan merupakan salah satu kualitas dari produk hasil pemesinan. Kualitas permukaan yang dihasilkan pada proses pemesinan dipengaruhi oleh parameter pemesinan itu sendiri salah satunya dipengaruhi oleh putaran benda kerja, feeding, kecepatan potong, kedalaman potong, dan lainya (Rochim, T. 1983) Pemilihan parameter proses pemesinan yang tepat sangat dibutuhkan dan yang mempengaruhi kualitas kekasaran permukaan antara lain putaran benda kerja dan putaran tool. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh variasi parameter pada proses turn-milling menggunakan rotary tool yang telah dirancang oleh Tim perancang di Laboratorium Produksi Teknik Mesin Universitas Riau yakni putaran benda kerja dan putaran tool terhadap kekasaran permukaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui pengaruh putaran benda kerja dan putaran tool pada proses tangensial turn-milling terhadap kekasaran permukaan benda kerja. 2) Mengetahui putaran benda kerja dan putaran tool yang optimal terhadap kekasaran permukaan benda. Studi turn-milling telah dimulai pada tahun 1990 oleh Schulz dan Spur yang memperkenalkan Jom FTEKNIK Volume 5 No. 1 April 2018 1

kategori metode orthogonal dan co-axial pada turnmilling. Mereka juga mempelajari bentuk beram yang dihasilkan dan akurasi geometrik benda kerja (Uysal, E. dkk. 2014). Menurut Choudhury, pengerjaan orthogonal turn-milling dengan parameter pemotongan yang berbeda untuk mendapatkan hasil permukaan akhir yang lebih baik (Choudhury, K.S. dkk. 2005). Mereka menyimpulkan bahwa ada batas kecepatan benda kerja tertentu untuk kualitas permukaan yang lebih tinggi. Savas melakukan penelitian eksperimental tangensial turn-milling untuk menunjukkan efek parameter pemotongan pada kekasaran permukan. Berdasarkan penelitian mereka didapat kualitas permukaan turn-milling lebih baik dari pada turning konvensional dan bahkan mendekati hasil yang diperoleh dengan proses grinding (Savas, V. dkk. 2007). Mesin dengan efisiensi tinggi untuk material yang sulit dipotong menuntut stabilitas yang tinggi pada mesin dari sebuah sistem proses pengerjaan. Meningkatkan efisiensi mesin dan menghindari getaran merupakan persoalan yang penting. Menurut Suryadiwansa, salah satu metode untuk menurunkan temperatur pemotongan serta untuk meningkatkan produkrivitas pemesinan adalah dengan menggunakan tool yang berputar dalam proses pemesinan turning (Suryadiwansa, H. dkk. 2009). Pada proses turn-milling, prinsip kerja proses turn-milling adalah benda kerja dan tool dalam keadaan berputar pada saat melakukan pengerjaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Adapun keuntungan yang dapat diambil dari operasi ini adalah sebagai berikut : 1) Dalam pengerjaan material keras, turning konvensional tidak dapat memberikan umur alat yang cukup untuk bertahan sampai akhir pengerjaan. Sebuah alat turn-milling dapat memotong terus, karena memiliki beberapa insert untuk membagi beban. 2) Pengurangan setengah dalam waktu yang dibutuhkan untuk menghapus volume besar material. 3) Dapat melakukan pengerjaan kering yang lebih baik (tanpa menggunakan cairan pendingin saat beroperasi). Dengan dapat melakukan pengerjaan kering di satu sisi, dapat menghemat biaya saat pengerjaan dan disatu sisi lain, kepedulian lingkungan saat ini memaksakan pembatasan berat pada penggunaan bahan berbahaya (seperti cairan pemotongan). 4) Kekasaran permukaan hasil pengerjaan lebih baik dari mesin turning konvensional. Setiap permukaan dari benda kerja yang telah mengalami proses pemesinan akan mengalami kekasaran permukaan. Yang dimaksud dengan kekasaran permukaan adalah penyimpangan ratarata aritmetik dari garis rata-rata permukaan. Gambar 1. Prinsip Kerja Turn-Milling (Karagüzel, U. dkk. 2012) Definisi ini digunakan untuk menentukan harga rata-rata dari kekasaran permukaan. Dalam dunia indistri, permukaan benda kerja memiliki nilai kekasaran permukaan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan dari alat tersebut. Nilai kekasaran permukaan memiliki nilai kwalitas (N) yang berbeda, Nilai kwalitas kekasaran permukaan telah diklasifikasikan oleh ISO dimana yang paling kecil adalah N1 yang memiliki nilai kekasaran permukaan (Rₐ) 0,025 µm dan yang paling tinggi N12 yang nilai kekasarannya 50 µm. Besarnya nilai kekasaran permukaan yang terjadi dapat dihitung seperti pada persamaan [1] (Rochim, T. 2001). R a = 1 1 s hi2. dx 0 Keterangan: Ra = kekasaran permukaan (µm) s = panjang sampel yang diuji hi = tinggi rata-rata kekasaran (μm) [1] Pada Gambar 2. dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Profil geometrik ideal adalah profil permukaan ideal. 2) Profil terukur adalah profil permukaan terukur. 3) Profil referensi adalah profil yang digunakan sebagai acuan untuk menganalisa dari ketidakteraturan konfigurasi permukaan. Profil ini dapat berupa garis lurus atau garis yang bentuknya sesuai dengan profil geometrik ideal serta menyinggung puncak tertinggi dari profil terukur. 4) Profil alas adalah profil referensi yang digeserkan ke bawah (arah tegak lurus terhadap profil geometrik ideal) pada suatu panjang sampel hingga menyinggung titik terendah dari profil terukur. 5) Profil tengah adalah nama yang diberikan kepada profil referensi yang digeserkan ke bawah pada suatu panjang sampel sedemikian rupa sehingga jumlah luas daerah diatas profil tengah sampai ke profil terukur sama dengan luas daerah profil di bawah profil tengah sampai ke profil terukur. Jom FTEKNIK Volume 5 No. 1 April 2018 2

1.1 Elemen Dasar Pemesinan Elemen dasar pemesinan turning dapat diketahui atau dihitung menggunakan rumus yang diturunkan dengan kondisi pemakanan ditentukan sebagai berikut: A) Kecepatan potong (vc) mm/menit Kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda dan putaran poros, kecepatan potong dapat diartikan sebagai kerja rata-rata pada suatu titik lingkaran pada tool dalam satu menit. Kecepatan potong dapat diketahui dengan menggunakan persamaan [2] (Rochim, T. 2001). Dimana, v c = π.d.n 1000 d = d 0 d m 2 Gambar 2. Kekasaran permukaan (Rochim, T. 2001) (mm/menit) [2] (mm) [3] Keterangan: n = Putaran poros utama / benda kerja (rpm) d o = Diameter mula-mula (mm) d m = Diameter akhir (mm) Parameter kecepatan potong terhadap kekasaran permukaan juga dipengaruhi oleh bahan dan jenis pahat (Daryus, A. 2007). Nilai kecepatan potong yang dipengaruhi oleh bahan dan jenis pahat dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Kecepatan Potong (v c) (Daryus, A. 2007) Bahan Pahat HSS Pahat Karbida Halus Kasar Halus Kasar Baja Perkakas 75-100 22-45 185-230 110-140 Baja karbon rendah 70-90 25-40 170-215 90-120 Baja karbon menengah 60-85 20-40 140-185 75-110 Besi cor kelabu 40-45 25-30 110-140 60-75 Kuningan 85-110 45-70 185-215 120-150 Alumunium 70-110 30-45 140-215 60-90 B) Gerak makan (feeding) Tarmawan mengatakan bahwa pahat HSS mempunyai standar umum dengan untuk gerak makan (feeding) 0,05-0,15 mm/rev, seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Strandar Umum Feeding (Tarmawan, 1999) HSS Karbida Lapisan Karbida 0,005-0,15 mm/rev 0,15-0,25 mm/rev 0,2-0,35 mm/rev C) Putaran benda kerja Putaran benda kerja merupakan putaran yang dihasilkan oleh kecepatan yang dihasilkan oleh mesin. Putaran benda kerja dapat diketahui dengan menggunakan persamaan [4] (Rochim, T. 2001). n = v c 1000 π Dc Keterangan : v c = Kecepatan potong (m/min) n = Putaran benda kerja (rpm) Dc = Diameter(mm) 2 Metode [4] Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang digunakan sebagai berikut : 2.1 Alat Dalam penelitian ini beberapa alat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Rotary tool Pada proses tangensial turn-milling menggunakan rotary tool yang telah dirancang oleh Tim perancang di Laborarium Teknologi Produksi Teknik Mesin Universitas Riau seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Jom FTEKNIK Volume 5 No. 1 April 2018 3

Gambar 3. Rotary Tool 2. Surface roughness tester Pada pengujian kekasaran permukaan yang dilakukan di Politeknik Kampar menggunakan alat surface roughness tester tipe Mitutoyo SJ-310 yang ditunjukkan pada Gambar 4. digunakan adalah kecepatan potong 70-110 m/min dan feeding 0,05 mm/rev. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan adalah variasi parameter putaran benda kerja dan putaran tool, putaran benda kerja yang digunakan berdasarkan asumsi kecepatan potong pada Tabel 1 yakni 70, 90, dan 110 dan dikalkulasi dengan diameter benda uji 25 mm sehingga didapat putaran mesin 891 rpm untuk kecepatan potong 70 m/min, 1146 rpm untuk kecepatan potong 90 m/min dan 1401,3 rpm untuk kecepatan potong 110 m/min. Setelah itu putaran benda kerja yang didapat kemudian disesuaikan pada tabel di mesin bubut seperti Gambar 7 dengan mempertimbangkan kondisi mesin bubut yang digunakan sehingga putaran benda kerja yang digunakan pada penelitian ini adalah 400 rpm, 630 rpm dan 1000 rpm. 2.2 Bahan Gambar 4. Surface Roughness Tester Penelitian ini menggunakan benda uji dengan bahan aluminium 6061 berbentuk poros yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Aluminium 6061 Dimensi benda uji yang akan di uji berbentuk poros beralur seperi Gambar 6 yang berjumlah 10 sampel. Urutan sampel ke-1 sampai ke-10 dihitung dari sebelah kanan Gambar 6. Gambar 6. Sketsa Benda Uji 2.3 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa varibel tetap, variabel bebas dan variabel terikat. Variabel tetap atau biasa disebut variabel kontrol adalah variabel yang membuat konstan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat sehingga variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel tetap yang Gambar 7. Tabel Putaran pada Mesin Bubut Sementara itu untuk putaran tool yang digunakan adalah 2000 rpm, 3000 rpm dan 4000 rpm. Jika tidak tercapai maka putaran tool diganti menjadi 10000 rpm, 17500 rpm dan 25000 rpm. Hal ini dikarenakan putaran tool menggunakan motor pneumatik dimana tekanan angin yang tidak konstan. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya varibel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kekasaran permukaan. 3. Hasil Dalam penelitian ini, proses pengerjaan benda uji dengan material aluminium 6061 menggunakan proses tangensial turn-milling seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Dalam proses tangensial turn-milling, sumbu tool endmill tegak lurus terhadap sumbu benda kerja dan perlu diperhatikan bahwa sisi samping sayat pada endmill harus bersinggungan dengan pemukaan benda kerja. Gambar 8. Proses Tangensial Turn-milling Jom FTEKNIK Volume 5 No. 1 April 2018 4

Hasil dari percobaan pertama dengan putaran tool 2000 rpm, 3000 rpm dan 4000 rpm tampak tidak berhasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Dalam percobaan ini feeding yang digunakan 0,05 mm/rev dan putaran benda 400 rpm. Pada saat proses tangensial turn-milling berlangsung dengan putaran tool 2000 rpm, tool yang digunakan saat pemakanan mengalami kompresibel dan berhenti berputar, hal ini dikarenakan sistem motor pneumatik tempat kedudukan tool endmil mengalami penurunan tekanan atau melemah ketika diberi beban yakni pemakanan dengan kedalaman pemakanan 0,25 mm. Kejadian yang sama juga dialami pada saat proses tangensial turn-milling dengan putaran tool 3000 rpm dan 4000 rpm. Pada putaran tool 4000 rpm tool hampir menyelesaikan pemakanan akan tetapi juga berhenti sebelum menyelesaikan pemakanan. Permukaan hasil dari percobaan pertama ini juga ditunjukkan pada Gambar 10. sampel. Putaran tool pada titik 2 adalah 3000 rpm dimana pada titik ini saat proses pemakanan sedang berjalan, tool mulai berhenti sesaat akan tetapi tetap melanjutkan pemakanan sehingga profil permukaan yang dihasilkan juga tidak teratur. Sementara itu putaran tool di titik 3 adalah 2000 rpm dimana pada awal pemakanan putaran tool berhenti dan tidak bisa melanjutkan pemakanan. Dalam percobaan pertama ini, tool endmill berhenti pada variasi putaran tool 2000 rpm, 3000 rpm dan 4000 rpm, oleh karena itu proses tangensial turn-milling dilanjutkan pada percobaan kedua menggunakan variasi putaran tool 10000 rpm, 17500 rpm dan 25000 rpm. Pada percobaan kedua ini putaran tool tidak berhenti dan berhasil. Nilai rata-rata kekasaran permukaan yang didapat dari semua sampel dalam percobaan kedua ditujukkan pada Tabel 3. Nilai rata-rata kekasaran permukaan ini dari hasil data-data pengujian kekasaran permukaan. Variabel putaran benda kerja dan putaran tool yang digunakan 3 kali 3 sehingga didapat sembilan sampel data hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Arah gerak makan Gambar 10. Hasil Percobaan Pertama Tangensial Turn-milling Profil pemukaan bagian A dan B menunjukkan putaran tool mengalami kompresibel saat pemakanan, tekanan pada air filter regulatorlubricator untuk menggerakkan motor pneumatik dimana sebagai kedudukan tool sedikit menurut akibatnya putaran tool yang dihasilkan juga menurun saat terjadi pemakanan. Putaran tool pada titik 1 adalah 4000 rpm dimana putaran tool berhenti berputar saat pemakanan yang tidak sampai ujung Gambar 11. Benda Uji Pada tiap sampel hasil proses tangensial turnmilling nilai rata-rata kekasarannya tiap-tiap sampel dan diperoleh sembilan data rata-rata nilai kekasaran permukaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-Rata Kekasaran Permukaan Variasi Putaran Variasi Putaran Benda Kerja (rpm) Tool (rpm) 400 630 1000 10000 1,906 3,313 7,153 17500 2,863 4,080 3,369 25000 1,580 1,321 2,491 Nilai Kekasaran Permukaan Dalam Satuan µm Proses pengerjaan Bubut konvensional Tangensial Turn-Milling Tabel 3. Data Kekasaran Hasil Pengujian Putaran tool (Rpm) Putaran benda kerja (Rpm) Nilai kekasaran Ra (µm) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-rata - 1000 0,537 0,483 0,457 0,492 10000 17500 25000 400 1,863 1,815 2,041 1,906 630 2,794 3,943 3,203 3,313 1000 9,780 4,756 6,923 7,153 400 2,751 2,435 3,402 2,863 630 4,149 4,399 3,693 4,080 1000 2,902 4,251 2,954 3,369 400 1,139 1,815 1,786 1,580 630 1,807 1,200 0,957 1,321 1000 2,356 2,169 2,947 2,491 Jom FTEKNIK Volume 5 No. 1 April 2018 5

3.1 Nilai Rata Rata Kekasaran Permukaan Berdasarkan Kelas Kekasaran Nilai kekasaran permukaan dari hasil proses pengerjaan bubut konvensional dengan putaran benda kerja 1000 rpm yakni 0,492 µm masuk kedalan toleransi 0,3 µm 0,6 µm dengan kelas kekasaran N5. Sementara itu kelas kekasaran permukaan hasil dari proses tangensial turn-milling ditunjukkan pada Tabel 5 berdasarkan nilai kekasaran pada Tabel 4. Tabel 5. Kelas Kekasaran Variasi Variasi Putaran Benda Kerja (rpm) Putaran Tool (rpm) 400 630 1000 10000 N7 N8 N9 17500 N8 N8 N8 25000 N7 N7 N8 Dari Tabel 5 kelas kekasaran yang dihasilkan oleh proses tangensial turn-milling memiliki kelas kekasaran yang seragam yakni N8 pada putaran tool 17500 rpm dan variasi putaran benda kerja 400 rpm, 630 rpm serta 1000 rpm. Selain itu kelas kekasaran yang tidak seragam terdapat pada putaran tool 10000 rpm dan 25000 rpm dengan variasi putaran benda kerja 400 rpm, 630 rpm dan 1000 rpm. Namun pada proses tangensial turn-milling ini memiliki hasil kekasaran terendah dimana nilai kekasarannya yang paling rendah adalah N7 yang terdapat pada putaran tool 10000 rpm dengan putaran benda kerjanya 400 rpm dan juga terdapat pada putaran tool 25000 rpm dengan putaran benda kerjanya 400 rpm dan 630 rpm. Sedangkan nilai kekasaran yang paling tinggi adalah N9 yang terdapat pada putaran tool 10000 rpm dengan putaran benda kerjanya 1000 rpm. Hasil permukaan kekasaran yang paling terbaik terdapat pada nilai kekasaran N8 dengan persentase 55,56 % dimana 9 (sembilan) sampel hasil dari proses pengerjaan tangensial turn-milling memiliki 5 (lima) kelas kekasaran yang seragam dan paling banyak diantara kelas kekasaran yang lainya. Sedangkan untuk nilai kekasaran N7 dengan persentase 33,33 % memiliki 4 (empat) kelas kekasaran, sementara itu nilai kekasaran N9 dengan persentase 11,11 % hanya memiliki 1 (satu) kelas kekasaran. Namun kelas kekasaran yang paling optimal adalah N7 dimana permukaan yang dihasilkan lebih halus dari permukaan yang lainnya pada proses tangensial turn-milling. 3.2 Hasil Permukaan Pengujian Dalam penelitian ini pemukaan yang dihasilkan menggunakan proses tangensial turn-milling dan proses bubut konvensional. Hasil proses bubut konvensional hanya sebagai perbandingan dari proses tangensial turn-milling. Hasil proses bubut konvensional ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar 12. Hasil Permukaan dari Proses Bubut Konvensional Pada proses bubut konvensional mengkasilkan kekasaran permukaan yang halus dengan kelas kekasarannya N5. Bentuk permukaan yang dihasilkan tidak terlihat abstrak dan terlihat seperti hasil bubut konvensional pada umumnya yang halus. Profil permukaan yang dihasilkan dari proses bubut konvensional ini berbeda dengan profil permukaan hasil dari proses tangensial turn-milling yang tampak kasar seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Profil permukaan yang dihasilkan dari proses tangensial ini hampir sama dengan profil hasil permukaan percobaan pertama, pada percobaan kedua ini profil hasil permukaan cukup berbeda dari tiap-tiap sampelnya. Seperti yang terlihat pada Tabel 6, tiap-tiap sampel menghasilkan profil permukaan yang berbeda-beda. Hal ini terlihat jelas dipengaruhi oleh variasi putaran tool dan putaran benda kerja. Profil permukaan yang dihasilkan dari tiap-tiap sampel dipengaruhi beberapa faktor yang saling berkaitan, diantaranya adalah putaran tool yang menurun yang disebabkan oleh pembebanan saat pemakanan dan beberapa diantaranya disebabkan juga oleh penurunan tekanan yang mengalami kompresibel maupun kapasitas tekanan pada kompresor mulai menipis sehingga angin pada kompresor diperlukan isi ulang serta penyetelan putaran tool yang tingi dan tentunya akan membutuhkan banyak tekanan angin dari kompresor. Hasil kekasaran permukaan yang diperoleh dari proses tangensial turn-milling dapat dimasukkan kedalam bentuk grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13. Dari Gambar 13, nilai kekasaran yang paling halus terdapat pada putaran tool 25000 rpm dengan putaran benda kerjanya 400 rpm dimana nilai kekasarannya 1,321 µm merupakan kategori kelas kekasaran yang optimal. Dari Tabel 5 dan Gambar 13 dapat dilihat bahwa kekasaran permukaan akan tinggi dari dua diantara tiga variasi pada putaran tool jika putaran benda kerja semakin tinggi. Jom FTEKNIK Volume 5 No. 1 April 2018 6

Variasi Putaran Tool (rpm) Tabel 6. Hasil Permukaan dari Proses Tangensial Turn-Milling Variasi Putaran Benda Kerja (rpm) 400 630 1000 10000 17500 25000 Sebaliknya, kekasaran permukaan akan rendah dari dua diantara tiga variasi putaran benda kerja jika putaran tool semakin tinggi. Gambar 13 yakni hasil permukaan dari proses tangensial turn-milling pada putaran tool 25000 rpm dengan putaran benda kerjanya 630 rpm seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 13. Grafik Rata-Rata Kekasaran Permukaan Tangensial Turn- Milling Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa dari ketiga variasi putaran tool tersebut dapat terjadi nilai kekasarannya lebih rendah jika putaran benda kerjanya 400 rpm pada putaran tool 10000 rpm, kemudian putaran benda kerjanya 400 rpm dan 1000 rpm pada putaran tool 17500 rpm. Sementara itu nilai kekasaran permukaan pada putaran tool 25000 rpm tidak bisa lebih rendah lagi yakni pada putaran benda kerjanya 630 rpm. Hasil permukaan dari proses bubut konvensional dapat dibandingkan dengan hasil permukaan yang paling halus proses tangensial turn-milling dari Gambar 14. Grafik Konvensional Vs Tangensial Turn-milling (Optimal) Nilai kekasaran dari proses tangensial turn milling masih terbilang jauh dengan nilai kekasaran dari proses bubut konvensional. Nilai kekasaran yang dihasilkan dari proses tangensial turn-miliing lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kekasaran yang dihasilkan dari proses bubut konvensional lebih rendah yakni 0,492 µm dengan kelas kekasaran N5, sedangkan nilai kekasaran dari proses tangensial turn-milling yang paling optimal yakni 1,321 µm dengan kelas kekasaran N7 dimana kelas kekasarannya menurut proses pengerjaannya sesuai Jom FTEKNIK Volume 5 No. 1 April 2018 7

masuk kedalam kategori proses pengerjaan face and cylindrical turning, milling and reaming. 4 Simpulan Adapun simpulan yang didapat dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: 1. Putaran tool 10000 rpm, 17500 rpm, 25000 rpm dan putaran benda kerja 400 rpm, 630 rpm, 1000 rpm sangat mempengaruhi hasil kekasaran permukan dalam kelas kekasarannya. Semakin tinggi putaran tool semakin rendah kekasaran permukaan. Sebaliknya, semakin tinggi putaran benda kerja semakin tinggi kekasaran permukaan. 2. Parameter yang optimal didapat pada kelas kekasaran N7 adalah putaran tool 25000 rpm dengan putaran benda kerjanya 630 rpm dengan nilai kekasarannya 1,321 µm dimana nilai kekasarannya lebih baik diantara kelas kekasaran N7 lainnya. 5. Saran Adapun saran yang diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pada penelitian selanjutnya agar dapat membahas tentang pengaruh variasi feeding dan kedalaman potong pada proses tangensial turnmilling. 2. Pada penelitian selanjutnya agar dapat membahas kekasaran permukaan dengan menggunakan putaran benda kerja dibawah 400 rpm dan diatas 1000 rpm sehingga mendapatkan nilai kekasaran yang lebih baik. 3. Dalam perancangan rotary tool selanjutnya lebih baik menggunakan motor listrik yang dikendalikan oleh program pada sistem penggerak tool sehingga putaran tool tidak mengalami kompresibel (putaran yang tidak konstan). 6. Daftar pustaka Choudhury, K.S. Bajpai, B.J. 2005. Investigation in Orthogonal Turn-Milling Towards Better Surface Finish. Journal of Materials Processing Technology. 170: 487 493 Daryus, A. 2007. Diktat Kuliah Proses Produksi II. Fakultas Teknik Universitas Darma Persada. Jakarta Karaguzel, U. Bakkal, M. Budak, E. 2012. Process Modeling of Turn-Milling Using Analytical Approach. CIRP Intenational Journal Conference on Process Machine Interactions. 4 (3): 131 139 Rochim, T. 1983. Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. Bandung. ITB Rochim, T. 2001. Spesifikasi Metrologi dan kontrol kualitas Geometrik. Bandung. ITB Sato, T. Sugiarto, N. 1989. Menggambar Mesin Menurut Standar ISO. PT. Pradnya Paramita. Jakarta Savas, V. Ozay, C. 2007. Analysis of The Surface Roughness of Tangential Turn-Milling for Machining with End Milling Cutter. Journal of Materials Processing Technology.186: 279 283 Shaw, M.C. Smith, P.A. Cook, N.H. 1952. The Rotary Cutting Tool. Transaction of ASME. 1065-1076 Suryadiwansa, H. Hibasaka, T. Moriwaki, T. 2009. Cutting Temperature Measurement in Turning with Actively Driven Rotary Tool. Journal of Engineering Materials. 390: 138-143 Tarmawan, 1999. Buku Panduan Operator Machining. Department of Training. PT. Texmaco Perkasa Engineering Kaliwungu. Kendal Uysal, E. Karagüzel, U. Budak, E. Bakkal, M. 2014. Investigating Eccentricity Effects in Tunr- Milling Operations. CIRP International Conference on High Performance Cutting. 14 (6): 176-181 Jom FTEKNIK Volume 5 No. 1 April 2018 8