BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence) menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2000), remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara PBB menyebut anak muda ( youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda ( young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Masa ini juga merupakan saat munculnya impuls seksualitas secara nyata dalam bentuk perubahan fisiologis dan psikologis. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali menghadapi resiko-resiko, jika tanpa dibekali dengan ilmu pengetahuan yang cukup maka banyak dari remaja akan mengakhiri masa lajangnya di usia remaja karena hamil di luar nikah, terkena Penyakit Menular Seksual (PMS) dan lainnya. Kebutuhan akan peningkatan pelayanan dan sosial semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. Dipacu rekomendasi dari hasil Internasional Conference on Population Development atau yang disebut dengan Konferensi Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan, banyak organisasi di berbagai negara telah menciptakan berbagai program agar dapat lebih memenuhi kebutuhan para remaja di bidang. Meskipun untuk memenuhi kebutuhan global, program remaja yang ada masih sangat sedikit dan terbatas serta evaluasinya masih belum memadai (Killbourne & Brook, 2000). Kesehatan remaja sudah menjadi isu global dengan berbagai alasan, misalnya jumlah remaja yang begitu besar, persiapan sumber daya manusia untuk mewujudkan keluarga berkualitas di masa mendatang, perilaku 1
2 remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja yang berkualitas, dan pengetahuan remaja mengenai masalah relatif rendah. Untuk itu, pusat informasi diperlukan untuk mendukung pelayanan akan kebutuhan pengetahuan terhadap bagi remaja (Mboi, 1998). Pengaruh informasi global yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan yang pada akhirnya secara kumulatif tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang beresiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan. Sebagai langkah awal pencegahan, meningkatkan pengetahuan ramaja mengenai harus ditunjang dengan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku tidak menjaga, dengan begitu para remaja akan sadar pentingnya menjaga nya. Makin banyaknya persoalan remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan remaja menjadi sangat penting agar remaja dapat membentuk sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab terhadap nya (Iskandar, 1997). Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar larangan-larangan. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi negatif melalui media massa, maupun karena sikap orang tua yang masih mentabukan pembicaraan mengenai pendidikan seksual dengan anak dan tidak terbuka dengan anak. Dipihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat dan juga ditambah lagi dengan kurangnya informasi tentang (Sarwono, 2004).
3 Di tengah arus globalisasi yang tidak mungkin dibendung, jika informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tidak diberikan secara tepat akan berdampak merugikan bagi remaja itu sendiri. Remaja akan dihadapkan pada permasalahan tidak sehat seperti hubungan seks pranikah yang bisa berarti berganti pasangan, menambah remaja putus sekolah, meningkatnya jumlah perkawinan usia muda dan penyebaran PMS dan HIV/AIDS dan tak bisa terhindarkan dampak paling serius adalah pada kehamilan yang tidak dikehendaki dan juga abortus illegal (Kedaulatan rakyat, 2004). Dalam penelitian Baseline Survey Of Young Adult Reproductive Walfare In Indonesia (1998 s/d 1999), remaja yang pernah berhubungan seksual adalah 2,9% yaitu pria sebanyak 3,4% dan wanita 2,3%. Beberapa penelitian SKKRI, BPS (2004) menemukan 21-30% remaja Indonedia di kota besar seperti Bandung, Jakarta dan Yogyakarta telah melakukan hubungan seks pra-nikah. Ini adalah data yang terungkap. Beberapa pakar berpendapat bahwa angka yang diperoleh melalui penelitian itu hanyalah puncak dari gunung es, yang kakinya masih terbenam di dalam samudera. Gambaran di atas menggambarkan bahwa pemahaman remaja terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) masih rendah. Selayaknya para remaja perlu mengetahui informasi tentang. Pendekatan yang bisa dilakukan diantaranya melalui keluarga, teman sebaya, institusi sekolah, kelompok kegiatan remaja, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) peduli remaja dan tempat kerja (BKKBN, 2003). Menurut data statistik, jumlah penduduk di Jawa Tengah ( 2002) mencapai 31.691.866 jiwa, terdiri atas 15.787.143 (49,81%) l aki-laki, dan 15.904.723 (50,19%) perempuan. Dari jumlah tersebut, sekitar 9.019.505 jiwa (28,46%) adalah mereka yang berusia anak/remaja. Jumlah ini relatif cukup besar, karena mereka akan menjadi generasi penerus yang akan menggantikan kita di masa yang akan datang. Status/keadaan mereka saat ini akan sangat
4 menentukan mereka di saat dewasa, khususnya bagi perempuan, terutama mereka yang menjadi ibu dan melahirkan. Dari survei yang dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah (2004) di Semarang mengungkapkan bahwa dengan pertayaan-pertanyaan tentang proses terjadinya bayi, Keluarga Berencana, cara-cara pencegahan HIV/AIDS, anemia, cara-cara merawat organ, dan pengetahuan fungsi organ, diperoleh informasi bahwa 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuan cukup sedangkan 19,50% pengetahuan memadai. Di sisi lain, perilaku remaja yang berpacaran juga tergambar dari survei yang juga dilakukan oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah, saling ngobrol 100%, berpegangan tangan 93,3%, mencium pipi/kening 84,6%, berciuman bibir 60,9%, mencium leher 36,1%, saling meraba (payudara dan kelamin) 25%, dan melakukan hubungan seks 7,6%. Data yang dikemukakan di atas adalah datadata tentang remaja perkotaan, khususnya di kota Semarang. Dengan makin banyaknya persoalan remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan remaja menjadi sangat penting. Permasalahan remaja yang disebutkan di atas berkaitan erat dengan, dan seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat (Siti Rokhmawati Darwisyah, 2008). SMAN 15 Semarang adalah sekolah menengah atas yang berada di daerah perkotaan di Semarang, di mana semua teknologi yang dibutuhkan untuk mencari ilmu atau informasi dan komunikasi tersedia dimana-mana, mulai dari internet, telepon genggam (HP), TV, majalah dan sebagainya yang menawarkan berbagai macam daya tarik untuk penggunanya, apabila media dan alat komunikasi ini disalahgunakan atau karena pengaruh lingkungan karena ketidaktahuan remaja tentang masalah bisa jadi
5 media-media dan alat informasi ini menjadi penyebab terjadinya masalah remaja, maka dari itu pembekalan dini dengan pemberian pendidikan remaja dan sering dilakukannya penelitian seperti ini akan membantu kita sebagai tenaga untuk mengurangi atau mencegah terjadinya masalah pada remaja di SMAN 15 Semarang. Berdasarkan wawancara dengan bagian Bimbingan dan Konseling (BK) siswa Sekolah SMAN 15 Semarang pernah dilakukan penelitian tentang, tetapi untuk siswi saja, dan masih kurangnya pendidikan bagi siswa dan siswi terutama pada kelas XI di SMAN 15 Semarang tentang yang diberikan di SMA tersebut, serta belum pernah dilakukannya penelitian tentang pengetahuan dan sikap menjaga untuk siswa dan siswi di SMA tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMAN 15 Semarang pada kelas XI tahun ajaran 2012 sebelum dan setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah adakah perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang sebelum dan setelah dilakukan pendidikan pada kelas XI di SMAN 15 Semarang tahun ajaran 2012. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang di SMAN 15 Semarang pada kelas XI tahun ajaran 2012 sebelum dan setelah dilakukan pendidikan.
6 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pengetahuan dan sikap remaja terhadap di SMAN 15 Semarang pada kelas XI sebelum dilakukan pendidikan. b. Mendiskripsikan pengetahuan dan sikap remaja terhadap di SMAN 15 Semarang pada kelas XI setelah dilakukan pendidikan. c. Menganalisis perbedaan pengetahuan dan sikap remaja terhadap di SMAN 15 Semarang pada kelas XI sebelum dan setelah diberikan pendidikan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja Diharapkan karya tulis ini bisa meningkatkan pengetahuan remaja tentang dan mengaplikasikan sikap serta perilaku remaja di kehidupan sehari-hari. 2. Bagi Orang Tua Diharapkan karya tulis ini sebagai masukan kepada orang tua bahwa pendidikan pada remaja sangat penting dan dimulai sejak usia dini supaya remaja dikemudian hari bisa mengaplikasikan dengan baik di kehidupan sehari-hari. 3. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian masalah perilaku menjaga di lingkungan remaja terutama sekolah menengah atas. 4. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan wawasan bagi peneliti tentang pentingnya menjaga remaja untuk menangani atau mencegah perilaku tidak menjaga di lingkungan remaja terutama di sekolah menengah atas.
7 E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan bidang ilmu khususnya ilmu keperawatan komunitas dan keperawatan. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya Nama Peneliti Judul Sampel Variabel Analisa Beda Dwi Indriyani (2007) Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Remaja Tentang Hubungan Seksual Pranikah di SMA Kesatrian 2 Semarang Tehnik pengambilan sampel secara simple random sampling dengan jumlah sampel siswa-siswi kelas I dan kelas II sebanyak 100 orang 1. Independent : pengetahuan dan sikap remaja tentang menjaga 2. Dependent : Perilaku remaja tentang menjaga Penelitian saya adalah mengukur perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan setalah pendidikan, eksperimen semu, pre dan post dengan kontrol group, sedangkan penelitian Dwi Indriyani mengenai hubungan variabel pengetahuan dan sikap menjaga terhadap perilaku menjaga, jadi penelitian ini sejauh ini berbeda dengan penelitian Dwi Indriyani (2007) Dwi Kurniawati (2007) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pranikah Di SMA Negeri I Subah Tehnik pengambilan sampel secara proposional random sampling dengan jumlah sampel 89 remaja 1. Independent : pengetahuan dan sikap remaja tentang 2. Dependent : Perilaku seksual pranikah Penelitian Dwi Kurniawati juga mengenai hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan sikap, sedangkan penelitian saya mengukur perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah pendidikan, merupakan eksperimen semu, pre dan post dengan
8 kontrol grup, jadi penelitian saya berbeda dengan penelitian Dwi Kurniawati Istiqomah (2008) Hubungan antara pengetahuan remaja tentang terhadap sikap menjaga rerpoduksi di SMU Muhammadiy ah 4 Kendal Tehnik pengambilan sampling proportionate random sampling dengan jumlah sampel 70 siswa 1. Independent : pengtahuan remaja tentang 2. Dependent : Sikap menjaga Penelitian Istiqomah juga hanya meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap, sedangkan penelitian saya mengukur perbedaan antara pengetahuan dan sikap sebelum dan setalah pendidikan dengan grup kontrol, jadi penelitian saya sejauh ini berbeda dengan penelitian sebelumnya Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejauh ini berbeda dengan penelitian-penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya.