1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa merupakan salah satu keterampilan yang dimiliki manusia. Dengan keterampilan ini manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Berbagai kegiatan pun berjalan lancar dan sukses karena keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan berbahasa harus terus ditingkatkan dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Dalam konteks pendidikan di sekolah, siswa sebagai titik tuju pembelajaran dituntut untuk menguasai keterampilan berbahasa. Rusyana (1984: 103) mengungkapkan bahwa seseorang dikatakan terampil berbahasa apabila ia telah menguasai sistem bahasa secara keseluruhan. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat menguasai keempat komponen keterampilan berbahasa, yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa harus terus-menerus dikembangkan sebagai salah satu bentuk komunikasi dan partisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat dalam era teknologi dan informasi yang serba maju. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Keraf (1980:6-7) bahwa keahlian menulis pada masyarakat yang sudah maju merupakan prasyarat bagi individu untuk melakukan partisipasi penuh dengan masyarakat tersebut. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus dikuasai oleh
2 siswa, dengan memiliki keterampilan ini siswa dapat mengembangkan gagasan, ilmu, dan pemikirannya sebagai wujud sosialisasi individu dalam kehidupan bermasyarakat. Tuntutan untuk memiliki keterampilan menulis tersebut sejalan dengan pendapat Tarigan yang mengungkapkan bahwa Dalam kehidupan modern ini keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidak terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa terpelajar (Tarigan, 1994:4) Meskipun telah disadari bahwa keterampilan menulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, namun pada kenyataannya pembelajaran menulis di sekolah-sekolah masih jauh dari harapan, termasuk pembelajaran menulis puisi. Pembelajaran puisi di sekolah lebih banyak ditekankan pada pengenalan teori puisi saja. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pesu Aftarudin (1990:41) bahwa pengajaran puisi selalu dititik beratkan pada teori-teori yang verbalisme sedangkan hasil-hasil puisi para penyair dan bagaimana sikap siswa menghayati puisi masih kurang dilakukan oleh para pengajar. Nilai siswa dalam pembelajaran menulis yang masih rendah, khususnya menulis puisi tampak dari beberapa penelitian, contohnya penelitian yang telah dilakukan oleh Linda Amalia dengan skripsinya yang berjudul Penggunaan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung dalam Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2003/2004 dan M.S Fitriah dengan skripsinya yang berjudul Penerapan Model Menyimak Kreatif Teks Feature sebagai Strategi dalam Pembelajaran Menulis Puisi melalui Pendekatan
3 Contextual Teaching and Learning (CTL) (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X-4 SMA Negeri 6 Bandung ). Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis siswa khususnya menulis puisi masih perlu ditingkatkan. Nilai menulis puisi siswa yang kurang menggembirakan pun penulis dapatkan ketika penulis melaksanakan PLP pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 di SMA Negeri 3 Cimahi. Tidak sedikit siswa yang merasa kesulitan mendapatkan ide (inspirasi) dan mengungkapkan perasaan mereka melalui sebuah rangkaian kata atau bahasa (puisi). Dalam penuangannya sebagaian besar bahasa puisi yang di gunakan oleh siswa masih kurang puitis. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan siswa siswa dalam pemilihan kata (diksi), gaya bahasa, penggunaan citraan, versifikasi, dan amanat puisi. Salah satu penyebab rendahnya nilai siswa dalam menulis puisi, yaitu metode pengajaran yang kurang bervariasi. Teknik pengajaran yang dipilih sangat tergantung kepada guru dengan memperhatikan tujuan, bahan, dan keterampilan proses yang ingin dikembangkan. Teknik pengajaran menulis puisi yang bervariasi sangat menunjang minat dan gairah belajar siswa. Berdasarkan wawancara dengan Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 3 Cimahi, pembelajaran menulis puisi lebih banyak disampaikan melalui metode ceramah dan penugasan. Guru yang bersangkutan pun tidak pernah menggunakan teknik tertentu ketika pembelajaran menulis puisi di dalam kelas.
4 Salah satu cara untuk meningkatkan minat dan gairah belajar siswa dalam menulis puisi, yaitu dengan menggunakan teknik yang menarik. Dengan penggunaan teknik yang menarik, pembelajaran menulis puisi diharapkan lebih menyenangkan dan dapat membantu kesulitan siswa dalam memperoleh ide (inspirasi) ketika menulis puisi. Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi yaitu teknik akrostik. Kelebihan teknik ini yaitu sangat cocok untuk diterapkan bagi para penulis puisi pemula atau siswa yang masih kesulitan dalam menulis puisi, karena dengan teknik ini mereka telah mendapat rangsangan dari judul puisi yang mereka tentukan dan kemudian mereka kembangkan setiap huruf dari judul itu pada setiap larik sampai menjadi sebuah puisi yang utuh. Dengan menggunakan teknik akrostik ini siswa akan merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan terkesan tidak monoton, siswa tidak melulu berkonsentrasi untuk mencari diksi yang tepat untuk membuat puisi karena dengan teknik akrostik ini siswa hanya perlu mengembangkan setiap huruf yang ada pada judul puisi. Di dalam menulis puisi dengan teknik akrostik ini pada setiap awal baitnya menggunakan huruf yang ada pada judul puisi, semua bait dalam puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang tertera pada judul. Menulis puisi dengan teknik akrostik berbeda dengan puisi-puisi lain karena huruf-huruf pertama tiap bait mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara vertikal. Pola rima dan jumlah angka baris dapat bervariasi dalam puisi akrostik karena puisi akrostik lebih dari puisi deskriptif yang menjelaskan kata yang dibentuk. Dari
5 penjelasan mengenai puisi akrostik di atas, siswa akan lebih mudah menyusun kata-kata karena sudah ada rangsangan sebelumnya dari huruf awal yang disusun secara vertikal dan membentuk kata. Penggunaan teknik akrostik dalam pembelajaran menulis puisi telah mendapatkan nilai yang positif, hal ini telah dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lia Amalia Sulaksmi dengan skripsinya yang berjudul Penggunaan Teknik Akrostik dalam Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas V SDN Tilil Bandung Tahun Ajaran 2003/2004 menunjukan bahwa teknik akrostik dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SDN Tilil Bandung Berdasarkan uraian di atas, penulis memilih judul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Akrostik Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Keterampilan menulis puisi merupakan kegiatan pembelajaran yang kompleks dan memerlukan keterampilan siswa untuk mampu menyusun dan mengorganisasikan pemikiran, ide, gagasan, dan perasaannya dalam sebuah tulisan yang berbentuk puisi. Oleh karena itu diperlukan sebuah teknik pembelajaran untuk mendukung dan mempermudah proses keterampilan diatas.
6 2. Keterampilan menulis puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa baik itu sekolah dasar, menengah maupun tingkat atas. Keberhasilan pembelajar ini sangat tergantung pada proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan suatu masalah dalam penelitian sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan yang akan diteliti terarah serta tidak terjadi penyimpangan yang terlampau jauh dari permasalahan. Berdasarkan rumusan diatas, penulis dalam penelitian ini hanya akan membahas masalah yang berkaitan dengan teknik akrostik dalam pembelajaran menulis puisi. 1.4 Rumusan Masalah Permasalahan pembelajaran yang muncul di kelas akan ditanggulangi dengan rumusan berikut. 1. Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik akrostik? 2. Bagaimana bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik akrostik? 3. Bagaimana karakteristik hasil pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik akrostik yang dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi?
7 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini disusun tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai oleh penulis. Disamping tujuan, penulis juga merujuk beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini. Berikut adalah beberapa tujuan dan manfaat dari penelitian yang penulis lakukan. 1.5.1 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik akrostik. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik akrostik. 3. Mendeskripsikan karakteristik hasil pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik akrostik yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi. 1.5.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah: a. Manfaat untuk Guru a. Mengetahui prosedur pembelajaran menulis puisi dengan teknik akrostik. b. Sebagai alternatif dalam memilih teknik pembelajaran menulis puisi.
8 b. Manfaat untuk siswa 1) Mendapatkan pengalaman baru belajar menulis puisi dengan teknik akrostik. 2) Mempermudah siswa dalam menuangkan pikiran dan perasaannya ke dalam puisi. c. Manfaat untuk peneliti Penelitian ini diharapkan mampu membuat terobosan baru dalam teknik pembelajaran menulis puisi pada khususnya dan pembelajaran menulis pada umumnya. d. Manfaat untuk pembelajaran Bahasa Menambahkan wawasan teknik akrostik untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi dalam proses belajar mengajar. Dalam bidang keilmuan bahasa, penelitian ini dapat di jadikan referensi dalam pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. 1.6 Definisi Operasional 1. Kemampuan Menulis Puisi Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan menulis siswa dengan menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan melalui tulisan yang bersifat imajinatif dan bermakna.
9 2. Teknik Akrostik Akrostik berasal dari kata dalam bahasa Perancis yaitu acrostiche dan dari kata dalam bahasa Yunani yaitu akrostichis yang artinya sebuah sajak yang huruf awal baris-barisnya menyusun sebuah atau beberapa kata (Sudibyo, 2008)Di dalam puisi akrostik menggunakan huruf dalam sebuah kata untuk memulai tiap-tiap baris dalam puisi, semua baris dalam puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang penting. Puisi akrostik berbeda dengan puisipuisi lain karena huruf-huruf pertama tiap baris mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara vertikal. 1.7 Angapan Dasar Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya (Arikunto, 1998:19) Penulis mempunyai anggapan dasar sebagai berikut. a. Menulis puisi merupakan kompetensi yang perlu diajarkan kepada siswa kelas X SMA. b. Teknik pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah pembelajaran. c. Teknik akrostik merupakan teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi.
10 1.8 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah Penggunaan Teknik Akrostik dalam pembelajaran menulis puisi, dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 3 Cimahi