BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksualitas manusia merupakan salah satu dorongan naluriah yang paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas mengeksploitasi seks. Agama dengan ajaran moral dan ancaman dosanya, masyarakat dan tradisi dengan sanksi sosialnya, bahkan hukum sekalipun seakan tak mampu menjinakkan proses kimiawi hormon seks yang menggerakkan perilaku manusia. Seks bebas di kalangan remaja, perselingkuhan di kalangan orang dewasa, bahkan prostitusi dengan berbagai manifestasinya tetap merajalela. Di tengah kontroversi seks pranikah (premarital Intercourse), perlu kita melihat beberapa pertimbangan agar orang bisa membuat pilihan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Pendidikan seks semestinya bukan sekedar memberi informasi tentang seks, yang penting membekali kaum muda dengan keberanian dan ketrampilan untuk memilih secara bertanggung jawab di tengah berbagai tawaran yang ada, termasuk yang menyangkut masalah perilaku seksual pranikah yang akan mengarah pada resiko terkena penyakit menular seksual (Subiyanto, P, 2007). Saat ini penyakit menular seksual (PMS) kembali mendapat perhatian sejak berkembangnya infeksi HIV (Human Immunodeficiency virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Beberapa penyakit seksual diantaranya adalah Klamidia, Gonore, Hepatitis B, Herpes, HIV/AIDS,
Human Papilloma Virus (HVP), Kutil kelamin, Sifilis, dan Trikomonalis (Djuanda, 2002). Komplikasi medis dari PMS bervariasi, diantaranya: kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker, bahkan bisa menyebabkan kematian Penelitian menunjukkan bahwa penderita sifilis melakukan hubungan seks rata-rata sebanyak 5 pasangan seksual yang tidak diketahui asal-usulnya. Sedangkan penderita gonorhe melakukan hubungan seks dengan rata-rata 4 pasangan seksual. Demikian juga halnya antara PMS dengan pecandu narkotik, terlihat bahwa 28 % penderita sifilis dan 73 penderita gonorhe melakukan hubungan promiskuiti karena ketagihan narkotik (Djuanda, 2002). Mengutip Darwin dari Pusat Penelitian Kependidikan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, penularan PMS dan HIV/AIDS lebih banyak dilakukan oleh perilaku seksual berisiko tinggi, yang intinya adalah perilaku seksual berganti-ganti pasangan tanpa disertai penggunaan kondom, baik pada masa pranikah maupun setelah menikah (Saraswati, W, 2008). Beralih ke surabaya, dari angket yang disebarkan pada bulan april 2002 terhadap 180 mahasiswa perguruan tinggi negeri yang berusia 19 hingga 23 tahun, ternyata 40 % mahasiswa pria telah melakukan hubungan seks pranikah. Dari jumlah itu, 70 % melakukan dengan pasangan tidak tetap (multiple), bisa teman, pekerja seks, atau lainnya dan 2,5 % di antaranya pernah tertular penyakit menular seksual (Saraswati, W, 2008). Dari hasil survai BKKBN Propinsi Bali dan KKS FE Unud terungkap bahwa 15,5% remaja di Bali setuju seks pranikah. Menurut mereka Free sex
adalah bagian dari life style yang bersanding dengan modernitas yang diusung oleh globalisasi (Subiyanto, P, 2007). Penelitian yang dilakukan sejak Juli 1999 hinggi Juli 2002 terhadap 1660 responden mahasiswa dari 16 perguruan tinggi di Yogyakarta, diperoleh hasil bahwa 97,5 mahasiswa perempuan sudah pernah melakukan hubungan seksual (mereka menyebutnya hilang kegadisannya, istilah yang sebetulnya kurang tepat). Bahkan diketahui pula 90 persen di antaranya telah melakukan aborsi (Saraswati, W, 2008). Merujuk hasil penelitian Pusat Informasi dan Layanan Remaja (Pilar) PKBI Jateng September 2002, sebanyak 87,9 % respon mahasiswa dari 8 Universitas di Kota Semarang mengaku pernah menonton film atau gambar porno. Dari 1.000 Mahasiswa usia 18 24 tahun yang menjadi responden, sekitar 693 orang mengatakan menonton tayangan porno melalui video compact disk (CD), ungkap slamet Riyadi, koordinator unit internet Pilar PKBI Jateng. Dan berdasarkan hasil penelitian yang sama, dari 1.000 mahasiswa yang diteliti, 97 diantaranya mengaku pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangan masing-masing (Suara Merdeka, 2002). Masih oleh Youth Center Pilar PKBI Jateng, menyatakan bahwa masalah yang memperkuat terjadinya seks pranikah adalah kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Mereka lebih mempercayai sumber-sumber informasi yang tidak sepatutnya untuk dijadikan bahan rujukan diantaranya adalah VCD porno, internet, dan media massa baik dalam bentuk koran ataupun tabloid (Husni, Farid, 2005).
Menurut penuturan beberapa mahasiswa Unimus (yang tidak peneliti sebutkan namanya) mengatakan bahwa perilaku pacaran remaja sekarang memang sudah sangat bebas mereka merasa bahwa pacaran tanpa adanya pelukan atau kissing atau bahkan ada yang sampai making love (istilah yang sering digunakan) itu lumrah. Karena menurut mereka dengan melakukan hal tersebut, mereka akan merasa lebih mengenal dan memiliki pasangan mereka tersebut, Dan ternyata pengetahuan mereka tentang penyakit menular seksual sangat minim. Berdasarkan wawancara tertutup dengan salah satu mahasiswa Unimus yang mengalami kehamilan diluar nikah akibat perilaku seksual pranikah mengatakan bahwa saat melakukan perilaku seksual pranikah dengan pasangannya, pengetahuannya akan penyakit menular seksual sangat kurang, dan Ia mengatakan bahwa pengetahuan itu bahkan tidak penting karena Ia tidak terlalu memikirkannya. Ia lebih sering menonton video porno dibanding mendengar informasi tentang resiko dari perilaku seksual pranikah. Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan antara Pengetahuan Penyakit Menular Seksual dengan sikap Seksual Pranikah pada Mahasiswa semester II FIKKES UNIMUS. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah Adakah Hubungan antara Pengetahuan Penyakit Menular Seksual
dengan sikap seksual pranikah pada mahasiswa semester II FIKKES UNIMUS. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran Hubungan antara Pengetahuan Penyakit Menular Seksual dengan Sikap Seksual Pranikah pada Mahasiswa semester II FIKKES UNIMUS. 2. Tujuan Khusus Yaitu untuk, a. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa semester II FIKKES UNIMUS tentang PMS. b. Mendapatkan gambaran sikap seksual pranikah mahasiswa semeter II FIKKES UNIMUS. c. Mendapatkan gambaran hubungan antara pengetahuan PMS dengan sikap seksual pranikah pada mahasiswa semester II FIKKES UNIMUS. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai acuan bagi peneliti untuk memperkaya wawasan dalam melaksanakan penelitian serta mengembangkan penelitian yang lebih luas dimasa yang akan datang khususnya perilaku seksual pranikah.
2. Bagi praktisi keperawatan (Bidang maternitas) Sebagai pertimbangan kepada praktisi keperawatan dalam pemberian materi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja sejak tingkat menengah. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan informasi, khususnya tentang kesehatan reproduksi dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan program kesehatan reproduksi yang sehat serta kebutuhan informasi tentang kesehatan reproduksi yang akan diberikan kepada remaja. 4. Bagi tenaga kesehatan Sebagai masukan kepada tenaga kesehatan dalam pemberian pendidikan kesehatan bagi remaja khususnya yang menyangkut dengan hubungan seksual pranikah pada remaja serta akibatnya. 5. Bagi mahasiswa Mampu mengontrol diri secara sehat dari informasi bebas yang di dapat agar dapat menjalankan hidup dengan lebih baik. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan dengan kajian bidang Keperawatan Maternitas.