STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGARUH MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD

PENGARUH MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III SD

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

PENGGUNAAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MODEL KARTU ARISAN DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN DI SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PENGARUH MODEL PENCOCOKAN KARTU INDEKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SEKOLAH DASAR

PENGARUH TEORI BELAJAR VAN HIELE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI SD

LISMAWATI MOHAMAD Meyko Panigoro Agil Bachsoan. Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complex Instruction Terhadap Hasil Belajar IPS

PENGARUH MODEL INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB III DESAIN PENELITIAN

Ismawati, Maria Erna, dan Miharty Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau

PENGARUH GABUNGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER DAN TANYA JAWAB TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKULTAS EKONOMI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI SD

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE KELAS XI DI SMA N 2 OKU

PENGARUH PENGGUNAAN KIT IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH U. SISWANTO NIM F

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM

Dita Amelia*, Johni Azmi**, Jimmi Copriady*** No.

KOMPARASI METODE SIMULASI DENGAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD PONTIANAK UTARA

Rahayu Siti Fatonah, Purwati Kuswarini Suprapto, Romy Faisal Mustofa

Bioedusiana Volume 01, Nomor 01, September 2016 ISSN

Ismarti 1, Raja Rizca Gusfyana 1. Indonesia Abstrak

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEKNIK NHT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SDN 29 PONTIANAK KOTA

EEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE TPS (THINK-PAIR-SHARE) BERBASIS OPEN-ENDED-PROBLEM TERHADAP KREATIVITAS BELAJAR SISWA

III. METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 Kelas VIII semester

PENGARUH PENGUNAAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN 1 MIDANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENGGUNAAN MEDIA REALITA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INONESIA DI SD

PENGARUH TEKNIK SURVEY, QUESTION, READING, RECITE, REVIEW, TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

PENGARUH MODEL WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SDN 36 PONTIANAK KOTA

PENGARUH TEKNIK LINGKARAN KECIL LINGKARAN BESAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD

Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta Abstrak

PENGARUH MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK KELAS V

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS III

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENGARUH PENGGUNAAN TIPE BAMBOO DANCING DENGAN HASIL PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE YANG BERBEDA 1. Oleh

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1)

Jurusan Kimia, Jalan Dg. Tata Raya, Makassar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS KARTU DOMINO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP HITUNG CAMPURAN

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

PENGARUH MODEL WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SDN 30 PONTIANAK SELATAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

Farita Sukma*, Elva Yasmi Amran **, Rini*** No.

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

NASKAH PUBLIKASI STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN STRATEGI NHT DENGAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN MOJOLEGI TAHUN 2015/2016

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA MATERI ARCHAEBCATERIA DAN EUBACTERIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN KOLABORASI MODEL TPS DAN PBL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KELAS X SMA NEGERI 6 ARTIKEL PENELITIAN OLEH WINDA ANGGRIAWATI F

Arinil Haq, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT

NURMALIATI

Abstrak. Kata kunci: model pembelajaran NHT, model pembelajaran TPS, fungsi, prestasi belajar matematika

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK PESERTA DIDIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PEMBELAJARAN TPS DAN TS KELAS X SMAN 15 BANDARLAMPUNG (J U R N A L) Oleh TIURMA LAERIS RULLITA.

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KANTONG BILANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENJUMLAHAN BILANGAN SECARA BERSUSUN

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

Disusun Oleh: Lilis Ambar Wiratmi A PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENDEKATAN TERJEMAHAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN 16 PONTIANAK SELATAN

Rika Kustina 1 dan Marhamah 2. Abstrak. Kata Kunci: Struktur Teks Cerpen, Number Heads Together, Pembelajaran Kooperatif

ARTIKEL PENELITIAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN 11 KURAO PAGANG PADANG

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE CERAMAH BERMAKNA MATERI DESAIN GRAFIS SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SDN 42 PONTIANAK KOTA

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK ICE BREAKER TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS III SEKOLAH DASAR

ABSTRACT. Key Words: Student Learning Outcomes, Cooperative Learning, NHT, STAD. ABSTRAK

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Raisa Rahmawati, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani

Transkripsi:

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA Rido Maulidiyansah, Kaswari, Mastar Asran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Email : rido.maulidiyansah@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan penggunaan model Numbered Heads Together dengan metode diskusi terhadap kemampuan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Bentuk penelitian eksperimen yang digunakan adalah alternative treatment post-test only with nonequivalent groups design. Sampel dalam penelitian ini adalah 67 siswa. Hasil analisis data diperoleh rata-rata kemampuan berbicara siswa pada kelas A sebesar 76,32 dan rata-rata kemampuan berbicara siswa pada kelas B sebesar 70,45 serta t hitung sebesar 2,24 dan t tabel ( α = 5 %) sebesar 1,997. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berbicara siswa. Kata kunci : Komparasi, Numbered Heads Together, diskusi Abstract : This research aims to analyze whether there is any difference in the use of models Numbered Heads Together with a discussion of the methods of class V students' speaking ability Elementary School 24 Southeast Pontianak. The method used in this study is the experimental method. Form of experimental research is an alternative treatment that is used post-test only design with nonequivalent groups. The sample in this research was 67 students. The results of the analysis of data obtained average speaking ability of students in class A at 76.32 and the average speaking ability of students in class B at 70.45 and t count of 2.24 and t table (α = 5%) of 1,997. This suggests that there are differences in their speaking ability. Keywords: Comparison, Numbered Heads Together, discussion P embelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa yang meliputi kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode dan media untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Penanganan dan pengorganisasian pendidikan sekolah dasar termasuk di dalamnya instrumen pembelajarannya maupun strategi pembelajaran harus dikelola dan dipersiapkan oleh guru supaya siswa memiliki 1

motivasi dan daya tarik yang tinggi dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Guru adalah orang yang bertanggung jawab secara langsung dalam menciptakan pembelajaran efektif dan diharuskan pula meningkatkan prestasi belajar siswa. Implementasi dari hal ini dilaksanakan dalam proses pembelajaran sehari-hari di kelas melalui berbagai kegiatan. Sebaiknya guru memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Lingkungan belajar harus di rancang sedemikian rupa sehingga siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh sendiri pengetahuannya. Guru bukan hanya sebagai fasilitator, motivator dan penggerak dalam pembelajaran, seharusnya guru juga menimba ilmunya dan melatih keterampilannya dalam proses pembelajaran, agar mampu menyajikan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menarik. Sebagai tenaga pendidik yang profesional, guru dituntut untuk harus dapat memahami materi dengan baik untuk kemudian dapat menyampaikan dan terserap dengan baik oleh siswanya. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kita sudah mengetahui ada empat kemampuan berbahasa yang harus bisa siswa kuasai yakni : kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Tapi sayangnya hanya sedikit sekali siswa yang bisa menguasai semua kemampuan tersebut, khususnya kemampuan berbicara. Padahal sebagaimana telah diketahui bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan bahasa yang cukup memiliki peranan yang penting dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis dan berbudaya. Kemampuan berbicara penting untuk dikuasai oleh siswa karena dengan menguasainya siswa dapat mengeluarkan pendapat, melakukan komunikasi baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008:3), kemampuan berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara dipelajari. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di sekolah dasar negeri 24 Pontianak Tenggara pada tanggal 21 November 2013 didapatlah data yang diperoleh dari guru bahasa Indonesia yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak bisa mengeluarkan pendapat atau pertanyaan kepada guru dikarenakan oleh kurang dibiasakannya latihan berbicara oleh guru sebab guru masih menggunakan metode diskusi yang konvensional padahal guru dituntut untuk dapat menciptakan suatu pembelajaran yang menarik bagi siswa. Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih (2012:171) menjelaskan diskusi merupakan suatu percakapan atau pembahasan terarah tentang suatu topik, masalah ataupun isu yang menarik perhatian semua peserta. Sementara itu Mulyasa (2013:116) mengartikan metode diskusi sebagai percakapan responsive yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan berbicara siswa pada tabel berikut : Tabel 1 Nilai Rata-rata Semester 1 Kelas Tahun Ajaran VA VB 2013/2014 65,70 63,45 2

Data yang diperoleh dari guru bahasa Indonesia di kelas V tersebut, menyatakan bahwa jumlah siswa yang belum bisa berbicara secara maksimal untuk di kelas VA berjumlah 7 orang dan di kelas VB terdapat 12 orang. Jumlah tersebut mengindikasikan bahwa metode yang dilakukan oleh guru kurang membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Berbagai model pembelajaran diharapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar serta dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa semakin baik. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut dapat ditutupi dengan pembelajaran kooperatif. Slavin (dalam Trianto 2007:48) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memunculkan kerjasama antara siswa dalam rangka mencapai tujuan dan saling membantu untuk belajar sehingga siswa merasa senang dan materi yang dipelajari merasa melekat dalam benaknya karena didapatkan melalui pengalaman sendiri. Menurut Trianto (2007:51), pembelajaran kooperatif terbagi atas lima model yaitu: (1) Student Teams Achievement Division (STAD); (2) Jigsaw; (3) Investigasi Kelompok; (4) Think Pair Share (TPS); (5) Numbered Heads Together (NHT). Melihat dari kelima model pembelajaran kooperatif di atas, model Numbered Heads Together lebih cocok digunakan karena model ini lebih mengedepankan aktifitas siswa dalam mencari, mengolah dan menyampaikan informasi. Senada dengan pendapat di atas, Anita Lie (2010:59), menyatakan bahwa teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan pembelajaran kooperatif model Numbered Heads Together yang diperkirakan mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa, dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna serta menyenangkan. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Hadari Nawawi (2012:88) menyatakan bahwa, metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah alternative treatment post-test only with nonequivalent groups design yang dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2 Rancangan Penelitian Group Treatment Post-test A X 1 O B X 2 O (Creswell, 2010: 242) Sugiyono (2012:80) menyatakan bahwa, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah seluruh jumlah siswa kelas V yang berjumlah 67 siswa. Karena jumlah populasi penelitian kurang dari 100 siswa, maka sampel penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik observasi langsung berupa lembar observasi dan teknik pengukuran berupa tes lisan. Instrumen penelitian 3

divalidasi oleh dua orang guru SD Negeri 24 Pontianak Tenggara dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan valid. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap akhir. Tahap persiapan Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Melakukan observasi kesekolah, yaitu SDN 24 Pontianak Tenggara; (2) Berdiskusi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V tentang bagaimana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan; (3) Menyiapkan perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (4) Menyiapkan instrumen penelitian, seperti memilih dan menentukan materi yang akan diajarkan, dan lembar aktivitas guru; (5) Melaksanakan validasi perangkat penelitian pembelajaran dan instrument penelitian; (6) Merevisi hasil validasi. Tahap pelaksanaan: (1) Pengambilan sampel; (2) Memberikan perlakuan dengan menggunakan model Numbered Heads Together. Adapun langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut: PERTEMUAN PERTAMA 1. Kegiatan Awal Salam Doa Absensi Appersepsi Menginformasikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi Guru menyiapkan media pembelajaran Siswa diminta untuk memperhatikan media yang telah dipajang guru Siswa diminta untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai bagaimana mengomentari suatu gambar. b. Elaborasi Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang Guru meminta siswa berkumpul dalam kelompok yang telah ditentukan Guru menjelaskan aturan dalam pembelajaran Tiap siswa mendapat nomor individu dan diminta untuk berkumpul di dalam kelompoknya masing-masing (Numbering). Guru meminta siswa menyelesaikan persoalan dari gambar dengan cermat (Questioning) Siswa bekerja sama dalam kelompoknya menyelesaikan persoalan dari gambar dengan teliti (Heads Together) Guru memantau kegiatan siswa dalam kelompoknya dan membantu siswa yang mengalami kesulitan 4

c. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi agar siswa lebih kritis Guru mengevaluasi hasil belajar kelompok siswa 3. Kegiatan Akhir Siswa dengan bimbingan guru bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. Guru memberikan penguatan kepada siswa berupa motivasi Guru menutup pembelajaran. PERTEMUAN KEDUA 1. Kegiatan Awal Salam Doa Absensi Appersepsi Menginformasikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi Guru menyiapkan media pembelajaran Siswa diminta untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai bagaimana mengomentari suatu gambar. b. Elaborasi Siswa diminta untuk berkumpul ke kelompoknya masing-masing Guru meminta salah satu siswa untuk melakukan cabut undi Siswa yang nomornya keluar menjawab soal di depan kelas secara lisan untuk meningkatkan kepercayaan dalam diri siswa (Answering) Secara bergiliran, siswa menjawab soal berdasarkan apa yang telah dikerjakan dalam kelomponya. c. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi agar siswa lebih kritis Guru mengevaluasi hasil belajar kelompok siswa 3. Kegiatan Akhir Siswa dengan bimbingan guru bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. Guru memberikan penguatan kepada siswa berupa motivasi Guru menutup pembelajaran. (3) Memberikan perlakuan dengan metode diskusi. Adapun langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut: PERTEMUAN PERTAMA 1. Kegiatan Awal Salam Doa Absensi Appersepsi 5

Menginformasikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi Guru menyiapkan media pembelajaran. Siswa diminta untuk memperhatikan media yang dipajang guru Siswa diminta untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai bagaimana mengomentari suatu gambar. b. Elaborasi Siswa diminta untuk membuat beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan gambar yang telah diberikan. Guru meminta siswa menyelesaikan persoalan dari gambar dengan cermat Guru memantau kegiatan siswa dalam kelompoknya dan membantu siswa yang mengalami kesulitan c. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi agar siswa lebih kritis Guru mengevaluasi hasil pekerjaan siswa 3. Kegiatan Akhir Siswa dengan bimbingan guru bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. Guru memberikan penguatan kepada siswa berupa motivasi Guru menutup pembelajaran. PERTEMUAN KEDUA 1. Kegiatan Awal Salam Doa Absensi Appersepsi Menginformasikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi Guru menyiapkan media pembelajaran. b. Elaborasi Siswa diminta untuk bergabung ke kelompoknya masing-masing Guru mencabut undi untuk menentukan kelompok mana yang akan maju terlebih dahulu. Semua anggota kelompok yang telah dipilh diminta untuk maju ke depan kelas. Guru memberikan tawaran kepada anggota kelompok yang maju tersebut untuk mengomentari gambar. Siswa yang mengacungkan jari diberikan kesempatan untuk mengomentari gambar tersebut secara bergantian. 6

c. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi agar siswa lebih kritis Guru mengevaluasi hasil pekerjaan siswa 3. Kegiatan Akhir Siswa dengan bimbingan guru bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. Guru memberikan penguatan kepada siswa berupa motivasi Guru menutup pembelajaran. (4) Menganalisis data (mengolah data yang telah diperoleh dari hasil proses dengan uji statistik yang sesuai, membuat kesimpulan dan menyusun laporan penelitian). Tahap akhir Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir, antara lain: (1) Menskor hasil proses pada kelas VA dan kelas VB; (2) Menghitung standar deviasi hasil proses pada kelas VA dan kelas VB; (3) Menghitung perbedaan kemampuan berbicara siswa yang diajar menggunakan model Numbered Heads Together dengan yang diajar menggunakan metode diskusi dengan rumus t-test; (4) Membuat kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyajian Data Nilai Hasil Berbicara Kelas VA Dari nilai hasil berbicara pada kelas yang diajar dengan menggunakan model Numbered Heads Together dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Nilai Berbicara Kelas VA No. Nilai Siswa f i x i f i x i 1 50-57 1 53,5 53,5 2 58-65 8 61,5 492 3 66-73 4 69,5 278 4 74-81 9 77,5 697,5 5 82-89 8 85,5 684 6 90-97 4 93,5 374 Jumlah 34 441 2579 Rata rata 75,85 Standar Deviasi (S) 10,46 Nilai Hasil Berbicara Kelas VB Dari nilai hasil berbicara pada kelas yang diajar dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 Nilai Berbicara Kelas VB No. Nilai Siswa f i x i f i x i 1 45-52 2 48,5 97 7

2 53-60 7 56,5 395,5 3 61-68 4 64,5 258 4 69-75 10 71,5 715 5 76-83 5 78,5 392,5 6 84-91 5 86,5 432,5 Jumlah 33 406 2290,5 Rata rata 69,40 Standar Deviasi (S) 11,20 Analisis Data Untuk mendapatkan jawaban berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan pada Bab I tentang perbedaan kemampuan berbicara siswa yang diajar menggunakan model Numbered Head Together dengan metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka perlu dilakukan uji normalitas data, pengujian homogenitas varians, dan menentukan rumus t-test yang digunakan dengan langkah langkah sebagai berikut : Uji Normalitas Kelas VA Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data diperoleh harga Chi Kuadrat ( ) yaitu : Harga Chi Kuadrat ( ) kelas VA = ( ) = 7,1342 Dari nilai = 7,1342 dibandingkan dengan pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk = 3 diperoleh = 7,815. Ini menunjukkan bahwa < atau 7,1342 < 7,815 dapat dikatakan bahwa data pada kelas VA berdistribusi normal. Uji Normalitas Kelas VB Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data diperoleh harga Chi Kuadrat ( ) yaitu : Harga Chi Kuadrat ( ) kelas VB = ( ) = 6,0657 Dari nilai = 6,0657 dibandingkan dengan pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk = 3 diperoleh = 7,815. Ini menunjukkan bahwa < atau 6,0657 < 7,815 dapat dikatakan bahwa data pada kelas VB berdistribusi normal. Uji Homogenitas Kelas VA dan Kelas VB S 2 kelas VA = 109,56 S 2 kelas VB = 125,57 F=, =, 1,15 8

Dari harga F hitung = 1,15 dibandingkan dengan F tabel dengan dk pembilang = (34-1) = 33 dan dk penyebut = (33-1) = 32 dengan taraf signifikansi ( ) = 5%, diperoleh harga F tabel = 1,79 ternyata harga F hitung < F tabel atau 1,15 < 1,79 dengan demikian dapat dikatakan bahwa data pada kedua kelas penelitian adalah homogen. Uji T atau t-test Setelah diketahui kedua data berdistribusi normal, dan varians homogen serta jumlah sampel pada kedua kelas tidak sama, maka sesuai dengan pedoman yang telah dikemukakan digunakan rumus t-test (Polled Varians) yaitu harga t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan dk = n 1 + n 2-2 = 34 +33-2 = 65 dan taraf signifikan ( )=5% diperoleh harga t tabel = 1,997, ternyata t hitung > t tabel atau 2,24 > 1,997, maka berarti Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui. Ini berarti terdapat perbedaan kemampuan berbicara siswa yang diajar menggunakan model Numbered Heads Together dengan yang diajar menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara. Pembahasan Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Pebruari 2014 sampai dengan tanggal 7 Maret 2014. Perlakuan dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan pada kelas VA dan 8 kali pada kelas VB. Kelas VA diajarkan dengan model Numbered Heads Together sedangkan untuk kelas VB diajarkan dengan metode diskusi. Kedua kelas tersebut diajarkan oleh peneliti sendiri. Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan telah divalidasi oleh ibu Hj. Hauriah, S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dikedua kelas tersebut dan ibu Ningsih, S.Pd selaku kepala sekolah. Dalam proses penelitian, peneliti membuat RPP dengan konsep dua kali pertemuan dijadikan satu buah RPP. Jadi setiap pertemuan kedua disemua RPP itu, peneliti melakukan pengambilan data kemampuan berbicara siswa. Pada saat melakukan penelitian di kelas VA yang menggunakan model Numbered Heads Together, peneliti menyiapkan media pembelajaran terlebih dahulu seperti chart. Saat melaksanakan penelitian tersebut, peneliti membagi siswa kedalam beberapa kelompok dimana setiap kelompoknya beranggotakan 3 sampai 5 orang. Tiap-tiap siswa diberikan nomor individu yang berguna untuk mempermudah siswa untuk berkumpul di dalam kelompoknya masing-masing (Numbering). Setelah semua siswa telah berkumpul di dalam kelompoknya, peneliti memberikan persoalan berupa gambar untuk mereka selesaikan (Questioning). Semua siwa bekerja sama dalam kelompoknya agar dapat menyelesaikan persoalan tersebut secara cermat, dan peneliti membimbing siswa dalam proses penyelesaian persoalan itu (Heads Together). Setelah semua kelompok selesai mengerjakan persoalan tersebut, hasil dari pekerjaan mereka dikumpulkan kepada peneliti. Pertemuan berikutnya peneliti meminta siswa untuk berkumpul ke kelompoknya masing-masing sesuai dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya. Peneliti meminta siswa untuk melakukan cabut undi, dimana cabut 9

undi tersebut bertujuan untuk memanggil siswa yang nomor invidunya sama agar maju ke depan kelas dan menjawab persoalan tersebut secara lisan (Answering). Dan secara bergiliran, siswa menjawab persoalan tersebut berdasarkan apa yang telah dikerjakan bersama dalam kelompoknya. Kegiatan seperti ini terus dilakukan sampai 8 kali pertemuan. Pada saat melakukan penelitian terhadap siswa di kelas VB yang diajar menggunakan metode diskusi, peneliti juga terlebih dahulu mempersiapkan media pembelajaran berupa chart. Peneliti kemudian meminta siswa untuk membuat kelompok yang setiap kelompoknya terdiri atas 4 orang siswa. Pengelompokkan siswa ini diharapkan secara acak agar di dalam setiap kelompok terdapat siswa yang pandai dan siswa yang agak kurang pandai. Setelah semua siswa mendapatkan kelompok, maka peneliti memberikan persoalan yang akan mereka kerjakan bersama-sama di dalam kelompoknya. Peneliti memantau kegiatan siswa dalalm kelompoknya dan membantu kelompok siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Apabila semua persoalan telah selesai dikerjakan oleh siswa, hasil pekerjaan siswa tersebut dikumpulkan kepada peneliti. Pertemuan berikutnya, peneliti meminta siswa untuk kembali duduk ke dalam kelompoknya berdasarkan pada pertemuan sebelumnya. Peneliti melakukan cabut undi untuk menentukan kelompok mana yang akan maju terlebih dahulu. Setelah dilakukan cabut undi, maka didapatlah kelompok yang akan maju terlebih dahulu, semua anggota kelompok tersebut harus ikut maju semua ke depan kelas. Peneliti memberikan tawaran terlebih dahulu kepada anggota kelompok tersebut untuk menjawab persoalan yang telah mereka kerjakan. Siswa yang mengacungkan jari terlebih dahulu akan diberikan kesempatan untuk menjawab persoalan tersebut. Dan kegiatan seperti ini akan terus dilakukan sampai pada 8 kali pertemuan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan kemampuan berbicara siswa yang diajar menggunakan model Numbered Heads Together dengan yang diajar menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia; (2) Ratarata hasil belajar siswa setelah diajarkan dengan model Numbered Heads Together sebesar 75,45; (3) Rata-rata hasil belajar siswa setelah diajarkan dengan metode diskusi sebesar 69,40; (4) Berdasarkan analisis data hasil kemampuan berbicara siswa kelas VA dan kelas VB yang dilakukan dengan statistik parametrik yaitu t- test (Polled Varians) pada taraf =5% dan dk = 65 diperoleh t hitung > t tabel atau 2,24 > 1,997 yang berarti signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berbicara siswa yang diajar menggunakan model Numbered Heads Together dengan yang diajar menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 10

Saran Saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Kepada guru bidang studi bahasa Indonesia diharapkan dalam pembelajaran agar lebih mengarahkan siswa untuk dapat berperan aktif terutama dalam hal melatih kemampuan berbicara siswa itu sendiri; (2) Pembelajaran menggunakan model Numbered Heads Together lebih mengedepankan aktifitas siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa, maka diharapkan para guru dapat mengembangkannya sebagai alternatif dalam pembelajaran; (3) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan model Numbered Heads Together ini diharapkan harus bisa mengondisikan kelas secara maksimal, agar berkurangnya suara ribut dan sebaiknya rencanakan waktu pembelajaran secara matang. DAFTAR RUJUKAN Creswell, John W. (2009). Reseach Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : PT Grasindo. Mulyasa, 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sukmadinata, Nana Syaodih & Syaodih, Erliana. 2012. Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Percetakan Angkasa Trianto. 2007. Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher 11