I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskanberdasarkanlatarbelakangdanrumusanmasalah, Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

I. PENDAHULUAN. Tanaman pepaya merupakan tanaman herba yang berasal dari Amerika. Tengah, Hindia Barat, Meksiko dan Costa Rica. Tanaman yang masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

PELUANG AGRIBISNIS BUAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 31. Pencapaian Realisasi Luas Tanam Padi Tahun 2013 dan Luas Panen Padi Berdasarkan Angka Sementara (ASEM) Tahun 2013 di Jawa Barat

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. seperti China Asia Free Trade Area (CAFTA) dapat memperparah keadaan krisis

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia.

BUKU SAKU KOMODITAS HORTIKULTURA TAHUN 2015

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tanaman. Karena itu pertanian merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor,

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu meningkatkan pendapatan petani di Indonesia. Dengan wilayah yang cukup luas dan dengan variasi agroklimat yang tinggi membuat Indonesia menjadi daerah yang potensial bagi pengembangan Hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun. Buah-buahan merupakan salah satu produk hortikultura yang sangat potensial untuk memasuki perdagangan baik perdagangan dipasar Domestik maupun Internasional. Hal ini dikarenakan produksi buah-buahan di Indonesia yang cukup besar dan juga buah-buahan Indonesia memiliki potensi pasar yang luas. Indonesia memiliki berbagai macam jenis buah-buahan yang dijadikan sebagai buah unggulan di Indonesia. Hal ini dikarenakan buah-buahan tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar untuk diekspor ke luar negeri. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun perkembangan ekspor untuk buah-buahan tersebut mengalami kenaikan walaupun ada beberapa jenis buah yang mengalami penurunan. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun 2004-2006 Komoditas Tahun 2004 2005 2006 Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) Nilai (US $) Manggis 3.045.379 3.291.855 8.472.770 6.386.091 5.697.879 802.328 Pepaya 524.686 1.301.371 60.485 112.597 140.083 62.924 Durian 1.494 6.710 2.911 11.857 2.635 7.822 Jeruk 632.996 517.554 1.248.559 942.870 1.140.737 802.328 Mangga 1.879.664 2.013.390 964.294 999.981 1.181.881 1.160.642 Sumber : Badan Pusat Statistik (2004-2006)

Berdasarkan Tabel 1 dari tahun 2004 hingga tahun 2006 perkembangan ekspor buah-buahan di Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan. Untuk komoditas pepaya pertumbuhan ekspor pada tahun 2004-2005 mengalami penurunan jumlah volume ekspor sebesar -88,47% dengan nilai ekspor menurun hingga -91,4%. Sedangkan pada tahun 2005-2006 volume ekspor meningkat menjadi 131,59 % tetapi nilai ekspor tetap mengalami penurunan sebesar -44,11%. Penurunan nilai ekspor ini bisa diakibatkan karena kualitas produk yang dihasilkan oleh para petani pepaya di Indonesia. Pertumbuhan ekspor buah-buahan Indonesia pada umumnya dan pepaya pada khususnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun 2004-2006 Komoditas Tahun 2004-2005 2005-2006 Volume (%) Nilai (%) Volume (%) Nilai(%) Manggis 178 93-32,75-87,3 Pepaya -88,47-91,4 131,59-44,11 Durian 94,84 76,70-9,48-34,03 Jeruk 97,2 82,17-8,63-12,99 Mangga -48,69-50,33 22,56 16,06 Sumber : Badan Pusat Statistik (2004-2006) Walaupun nilai ekspor pepaya terus mengalami penurunan tetapi permintaan untuk buah pepaya akan selalu ada. Permintaan tersebut berasal dari negara Jerman, Hongkong, Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Amerika Serikat (Direktorat Jendral Hortikurtura, 2005). Permintaan pepaya yang terus ada dapat dijadikan sebagai peluang bagi para petani untuk terus meningkatkan produksinya dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar nilai ekspor untuk komoditas pepaya dapat terus meningkat. Pepaya merupakan buah yang berasal dari Amerika Tropis, tetapi buah ini sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan lapisan masyarakat hal ini dikarenakan pepaya di Indonesia tersedia sepanjang tahun karena untuk 2

melakukan budidaya pepaya tidak mengenal musim seperti komoditas buah durian dan mangga Produksi pepaya di Indonesia terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pepaya di Indonesia. Peningkatan produksi tersebut dapat dilihat dari perkembangan peningkatan produksi pepaya dan luasan panen yang digunakan untuk melakukan budidaya pepaya. Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Jumlah Produksi dan Produktivitas Buah Pepaya Indonesia Tahun 2002-2007 Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 2002 10.280 605.194 0,58871 2003 9.306 626.745 0,6735 2004 9.134 732.611 0,8021 2005 7.879 548.657 0,6964 2006 8.021 643.451 0,8022 2007 7.984 621.524 0,7785 Sumber : Statistik Produksi Hortikultura 2007 Berdasarkan Tabel 3 perkembangan usaha budidaya pepaya beberapa kali mengalami kenaikan dan penurunan. Walaupun mengalami penurunan, presentasi penurunan yang terjadi tidak terlalu besar sehingga dapat dikatakan usaha budidaya pepaya dalam kondisi yang stabil. Luas panen yang besar tidak selalu menghasilkan produksi yang besar pula. Pada tahun 2002 dengan luas panen 10.280 Ha memproduksi hanya 605.194 Ton sedangkan pada tahun 2004 dengan luas panen 9.134 Ha mampu memproduksi jauh lebih banyak dari tahun 2002 yakni sebesar 732.611 Ton. Hal ini dapat saja terjadi karena produksi buah yang dihasilkan tergantung dari cara pemeliharaan dan ada atau tidaknya serangan dari hama dan penyakit. Walaupun tingkat produksi pepaya tinggi, ukuran pepaya yang terlalu besar dan warna yang kurang menarik menjadi masalah utama bagi komoditas pepaya, selain itu masalah lain dalam pepaya adalah aroma pepaya yang kurang menarik pada saat akan mengkonsumsinya dan dalam penyajiannya menjadi sulit karena ukurannya yang besar. Untuk mengatasi masalah itu, kini telah tersedia jenis pepaya yang merupakan hasil silangan dari beberapa jenis varietas unggulan pepaya yaitu varietas 3

hawai solo jenis lokal asal Cicurug Bogor dan introduksi dari luar negeri yaitu pepaya California. Dari koleksi tetua itu kemudian dilakukan penyilangan, seleksi dan pemurnian. Pepaya California memiliki ukuran yang relativ kecil bila dibandingkan dengan varietas lain. Rasa pepaya ini sangat manis, daging buahnya kenyal dan tebal. Usaha budidaya pepaya California memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena harga pepaya California di pasaran jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pepaya lokal. Pepaya California sangat diminati oleh kalangan menengah keatas dan pada umumnya dijual di pasar swalayan atau supermarket. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Giant Hypermarket suatu pusat perbelanjaan terkemuka di Kota Bogor pada bulan Juli 2009, harga untuk pepaya California di supermarket mencapai Rp 8.990 per kg, sedangkan untuk pepaya lokal hanya berkisar Rp 4000 per kg. Tanaman pepaya California memiliki viabilitas sebesar 70 persen dikarenakan dari seluruh batang pepaya California yang ditanam tidak semua batang bisa menjadi pohon sempurna. Pada usia empat bulan tanaman pepaya yang tidak menjadi pohon sempurna harus segera dicabut kemudian dibuang karena tanaman tersebut tidak dapat diteruskan untuk dilakukan pemeliharaan. Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2005), daerah yang cukup potensial untuk melakukan budidaya pepaya adalah Pulau Jawa, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara dan Sulawesi. Untuk Pulau Jawa produksi tertinggi dihasilkan oleh Provinsi Jawa Barat. Pada Tahun 2007 Provinsi Jawa Barat yang luas panen hanya sebesar 953 Ha mampu memproduksi 100.188 Ton. Untuk Provinsi Jawa Timur dengan luas panen tertinggi yaitu 1.748 Ha hanya mampu memproduksi 149.107 Ton dan untuk Provinsi Jawa Tengah dengan luas panen yang cukup luas yaitu 1.041 Ha hanya mampu memproduksi sebesar 55.303 Ton. Produksi untuk masing-masing daerah dapat dilihat pada Tabel 4. 4

Tabel 4. Besarnya Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Buah Pepaya Di Beberapa Provinsi Di Pulau Jawa Provinsi Luas Panen (Ha) Hasil per Ha (Ton/Ha) Produksi (Ton) Jawa Timur 1.748 85,30 149.107 Jawa Tengah 1.041 53,12 55.303 Jawa Barat 953 105,13 100.188 D.I Yogyakarta 205 61,55 12.618 Banten 75 48,56 3.642 DKI Jakarta 10 84,80 848 Sumber : Statistik Produksi Hortikultura 2007 1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi pepaya terbesar di Jawa Barat. Seperti terlihat di Tabel 5, tahun 2006 produksi pepaya di Kabupaten Bogor menempati urutan pertama dengan jumlah 319,315 Ton. Tabel 5. Produksi Pepaya Di beberapa Kabupaten Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006 No Kabupaten Produksi (Ton) 1. Bogor 319.315 2. Garut 168.791 3. Sukabumi 146.779 4. Tasikmalaya 72.791 5. Ciamis 57.063 6. Cianjur 57.054 7. Bandung 47.158 8. Majalengka 26.154 9. Kuningan 25.406 10. Sumedang 16.769 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2006 Di Kabupaten Bogor terdapat beberapa daerah yang penduduknya melakukan usaha budidaya pepaya, seperti di Jasinga, Leuwiliang, Ciampea dan Rancabungur. Untuk daerah yang menjadi pusat sentra pepaya yang terbesar terdapat di Kecamatan Jasinga, hal ini dikarenakan produksi yang dihasilkan lebih besar apabila dibandingkan dengan daerah lainnya. 5

Di Kecamatan Jasinga para penduduknya banyak yang melakukan budidaya pepaya dengan jenis pepaya Bangkok dan pepaya California. Pada saat ini para penduduk lebih banyak melakukan usaha budidaya untuk pepaya California. Keadaan iklim yang cocok adalah satu pendukung keberhasilan produksi pepaya California di Kabupaten Bogor. Di Kecamatan Jasinga desa-desa yang penduduknya melakukan budidaya pepaya California antara lain Desa Cikopo Mayak, Desa Pamagersari dan Desa Pangradin. Desa Cikopo Mayak merupakan salah satu sentra penghasil pepaya California di Kecamatan Jasinga dengan jumlah petani yang dimiliki adalah sebanyak 22 orang petani. Para petani tersebut telah melakukan budidaya pepaya California rata-rata antara dua tahun sampai dengan empat tahun. Luas lahan yang digunakan para petani untuk melakukan budidaya pepaya California berada diantara kisaran 0,25-1 Ha dengan status kepemilikan lahan adalah lahan sewa dan milik sendiri. Luas lahan yang berbeda untuk setiap petani berkonsekuensi pada penerimaan hasil produksi yang berbeda pula. Melakukan usaha budidaya pepaya California pada saat ini dapat meningkatkan kesejahteraan para petani, dikarenakan harga jual yang tinggi dan juga permintaan pasar yang juga tinggi. Hal ini dapat dijadikan sebagai suatu peluang usaha bagi para petani untuk terus dapat memenuhi permintaan pasar akan pepaya California. Walau dapat meningkatkan kesejahteraan petani, dalam melakukan budidaya pepaya California terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat usaha budidaya pepaya California tersebut dan akan berimplikasi terhadap penurunan pendapatan yang akan diterima oleh para petani tersebut. Pepaya California dapat dipanen sebanyak dua kali dalam satu minggu. Produktivitas yang dihasilkan para petani setiap luas lahan pada tahun pertama belum dapat mencapai produksi tertinggi, tingkat produksi tertinggi baru bisa dihasilkan pada tahun kedua hingga tahun ketiga selama proses produksi dan pada tahun keempat produksi akan menurun. Produktivitas ideal yang seharusnya dihasilkan oleh petani untuk lahan seluas 1 Ha pada saat umur tanaman dua hingga tiga tahun adalah sebesar 17,5 Kw. Lahan 1 Ha terdiri dari 1.000 tanaman pepaya California dengan viabilitas sebesar 70 persen dan 6

satu tanaman pepaya minimal menghasilkan 2 kg per tanaman, sehingga dalam 1 Ha dalam satu kali panen produktivitas yang ideal sebesar 17,5 kw (Kalie MB, 2008). Pada saat umur tanaman empat tahun produktivitas yang dihasilkan menurun hingga mencapai 6 kw setiap panen, hal ini dikarenakan tanaman pepaya sudah tidak produktif lagi. Berdasarkan hasil wawancara produksi yang dihasilkan oleh petani luas lahan 1 ha pada tahun kedua hingga ketiga hanya mencapai 4-6 kw. Hal ini sangat jauh dari produksi yang seharusnya dihasilkan oleh para petani dengan luas lahan 1 ha pada umur tanaman dua hingga tiga tahun. Bila dibandingkan dengan petani luas lahan 0,5 ha yang menghasilkan 2-3,5 kw setiap panen pada saat umur tanaman dua hingga tiga tahun, maka diasumsikan bahwa petani luas 0,5 ha memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pada umur tanaman yang sama jika petani luas lahan 0,5 ha mengkonversi lahannya menjadi 1 ha maka produksi yang akan dihasilkan lebih tinggi dari petani dengan luas lahan 1 ha tersebut. Jumlah produksi yang jauh dari target produksi minimal disebabkan oleh kualitas bibit yang ditanam oleh para petani. Bibit-bibit yang ditanam oleh para petani mereka beli di sebuah toko pertanian di Kota Bogor yang menjual berbagai macam bibit buah-buahan. Tetapi ternyata bibit-bibit yang ditanam tidak seutuhnya bibit asli pepaya California, menurut para petani kesulitan dalam mendapatkan bibit pepaya California yang benar-benar memiliki kualitas yang bagus membuat para penjual bibit pepaya California mencampur dengan bibit pepaya California yang memiliki kualitas yang rendah, sehingga pada saat penanaman bibit-bibit yang berkualitas rendah tersebut pertumbuhannya lambat dan cepat mati. Hal ini dapat dilihat pada bibit yang berkualitas rendah memiliki daya tahan tumbuh yang rendah yakni hanya sebesar 40 persen. Bibit-bibit tersebut hanya dapat bertahan selama empat bulan dari waktu tanam pertama. Dilain pihak para petani tersebut tidak memiliki cadangan bibit yang lain sehingga ketika ada bibit yang mati para petani tersebut tidak bisa menggantinya dengan bibit yang baru, yang kemudian hal ini akan berpengaruh pada produksi yang akan dihasilkan oleh para petani tersebut. Selanjutnya hal ini akan berdampak pada penurunan pendapatan yang akan diterima oleh para petani. Selain 7

membeli dari toko pertanian ada beberapa petani yang membeli bibit di petani yang telah terlebih dahulu melakukan usahatani pepaya California yang terletak di desa lain. Petani tidak mengetahui bagaimana kualitas yang dimiliki oleh bibit tersebut. Para petani mau membeli di petani tersebut karena melihat dari keberhasilan yang telah dicapai oleh petani tersebut. Padahal menurut salah seorang petani, bibit yang mereka beli bukan lagi bibit asli dari F1 melainkan bibit F3 yang kualitasnya jauh dari bibit F1, dengan adanya hal tersebut maka akan sangat mempengaruhi produktivitas yang akan dihasilkan. Dalam melakukan budidaya pepaya California sangat penting untuk memperhatikan jadwal tanam terlebih dahulu, sehingga diharapkan tanaman pepaya dapat berbuah pada musim kering dan agar buah yang dihasilkan dapat lebih manis. Dalam melakukan budidaya tanaman pepaya California masalah utama yang dihadapi para petani adalah serangan hama dan penyakit. Pepaya merupakan buah yang sangat rentan untuk terserang hama dan penyakit. Apabila tanaman pepaya California terserang hama dan penyakit akan berdampak pada produktivitas dan selanjutnya akan mempengaruhi pendapatan petani. Adapun jenis-jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman pepaya adalah : Hama tungau, Kutu Aphis gossipii Glov, Penyakit busuk buah antraknosa dan Penyakit karena bakteri dan virus. Jenis-jenis hama dan penyakit tersebut selalu menyerang tanaman pepaya California milik para petani, menurut hasil wawancara dengan para petani dalam satu tahun intensitas serangan hama dan penyakit sebanyak empat kali. Serangan yang paling parah adalah serangan dari penyakit karena bakteri dan virus. Intensitas serangan penyakit dapat mencapai 70 persen karena menyerang hampir seluruh tanaman pepaya California milik para petani yang mengharuskan para petani mengganti semua tanaman tersebut dengan yang baru. Apabila tanaman pepaya telah terserang hama dan penyakit para petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk menanggulanginya karena penanganannya harus ditangani secara terpadu dan hatihati dan implikasinya akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya pengeluaran petani. 8

Sejak Tahun 2006 hingga saat ini populasi petani pepaya California di Desa Cikopo Mayak semakin bertambah, hal ini dikarenakan para petani melihat adanya peluang usaha yang cukup menjanjikan dari usaha budidaya pepaya California. Alasan para petani di Desa Cikopo Mayak memilih melakukan usaha budidaya pepaya California adalah tingginya harga jual dari pepaya California tersebut. Untuk pepaya California para petani menerima harga sebesar Rp 3.000 per kg untuk pepaya California. Harga ini jauh dari harga yang mereka terima ketika melakukan budidaya pepaya jenis Bangkok yakni hanya berkisar Rp 2.000 per Kg. Dengan adanya permasalahan-peermasalahan yang dihadapi oleh para petani papaya California di Desa Cikopo Mayak, maka perlu diadakannya suatu penelitian mengenai analisis Usahatani pepaya California yang bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani, efisiensi usaha dari kegiatan usahatani papaya California tersebut. Dengan dilakukannya analisis usahatani dapat diketahui apakah usahatani papaya California yang dilakukan oleh para petani di Desa Cikopo Mayak menguntungkan atau tidak dan masih dapat diteruskan atau tidak. Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh harga jual pepaya California terhadap peningkatan jumlah petani pepaya California di Desa Cikopo Mayak, Kecamatan Jasinga? 2. Bagaiman keragaan usahatani pepaya California di Desa Cikopo Mayak, Kecamatan Jasinga? 3. Bagaimana pendapatan dan efisiensi usahatani yang dihasilkan dari usahatani pepaya California? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh harga jual pepaya California terhadap peningkatan jumlah petani pepaya California di Desa Cikopo Mayak, Kecamatan Jasinga 9

2. Melihat keragaan usahatani pepaya California di Desa Cikopo Mayak, Kecamatan Jasinga 3. Menganalisis pendapatan dan efisiensi usahatani pepaya California di Desa Cikopo Mayak 4. Menganalisis rekomendasi kebijakan bagi usahatani pepaya California di Desa Cikopo Mayak 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini bagi peneliti adalah sebagai penerapan teori yang selama ini telah diperoleh peneliti dibangku kuliah tehadap permasalahan yang ada, serta dapat memberikan informasi mengenai sistem usahatani kepada para petani pepaya California, sehingga dapat menjadi bahan masukan yang kedepannya diharapkan bisa meningkatkan pendapatan para petani tersebut. Selain itu dapat sebagai bahan masukan bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak lain yang memerlukan informasi mengenai pepaya California. 10