BAB I PENDAHULUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN.

1 Universitas Indonesia

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

KEEFEKTIFAN SIMULASI MANAJEMEN KESIAGAAN BENCANA BIDANG KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PERAWAT DAN BIDAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TERHADAP TANGGAP DARURAT KEBAKARAN PADA SMK NEGERI 7 KOTA SEMARANG

BAB IV METODE PENELITIAN. bersumber dari hasil observasi, wawancara dan data sekunder perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

128 Universitas Indonesia

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency. Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB II LANDASAN TEORI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KONTIJENSI TSUNAMI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

Universitas Indonesia Library >> UI - Disertasi (Membership)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT PADA AVIATION SECURITY TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI TERMINAL BANDARA X

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

ABSTRAK. : Rumah susun, tanggap darurat kebakaran, tingkat pengetahuan, fasilitas, kesiapan

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

DUKUNGAN PENGELOLA PASAR TERHADAP PERAN PEDAGANG DALAM KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI PASAR TRADISIONAL BULU KOTA SEMARANG 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

2018, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

fire disaster such as Hydrant, fire alarm, smoke detector and the direction or directions the evacuation line.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

PROSEDUR PEMADAM KEBAKARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Pedoman Penyusunan Program Kedaruratan PLB3

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

1. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi; 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan 3. Sub Bagian Keuangan. c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, terdir

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN PADA PENGHUNI MESS PT. SANGO INDONESIA SEMARANG TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran masih menjadi masalah serius yang terjadi di Indonesia. Pada umumnya, kebakaran bersifat anthropogenic (kejadian yang tidak alami karena aktifitas manusia) yang tidak diinginkan oleh pihak manapun karena sulit dikendalikan. 1,2 Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk dalam tempat kerja yang menimbulkan dampak korban jiwa dan kerusakan harta benda. 3,4 Kasus kebakaran di Amerika pada tahun 2015 berjumlah 1.345.500 kasus menyebabkan 3.280 orang meninggal, 15.700 orang cedera dan menimbulkan kerugian sebesar $14300000000. 5 Data kasus kebakaran di Indonesia yang dikutip dari Pusat Laboratorium Fisika Forensik Mabes Polri pada tahun 1997-2011 berjumlah 1.121 kasus yang terdiri dari 76,1% kasus di tempat kerja dan 23,9% kasus bukan di tempat kerja. Dari data tersebut diketahui bahwa tempat kerja memiliki potensi lebih besar untuk terjadi kebakaran. Sedangkan data dari BPBD jawa tengah pada tahun 2012, angka kejadian kebakaran di jawa tengah mencapai angka 412 kasus dengan kerugian 33.230.213.000. 6 Keselamatan pekerja di tempat kerja perlu mendapat perhatian lebih karena tingginya risiko kebakaran yang terjadi di tempat kerja. Hal ini sudah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan aturan khusus mengenai penanggulangan kebakaran di tempat kerja yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Kep. 186/MEN/1999. 7,8 Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 huruf b dan d, disebutkan syarat-syarat keselamatan kerja yaitu mencegah, mengurangi, memadamkan kebakaran dan memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya. Faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia, faktor teknis, dan faktor alam. 9 Faktor manusia berupa kesalahan dari pekerja akibat kurangnya kepedulian dan kedisiplinan terhadap bahaya 1

kebakaran dengan berperilaku tidak aman, seperti menempatkan barang yang mudah terbakar dan membuang puntung rokok di sembarang tempat. Faktor teknis disebabkan oleh kondisi tidak aman dan membahayakan, dan faktor alam disebabkan oleh bencana alam seperti sambaran petir. 9,10 Hasil penelitian di PT. Sango Indonesia tahun 2015 menyebutkan bahwa kebakaran dapat terjadi akibat perilaku tidak aman. 11 Salah satu tempat kerja yang memiliki risiko kebakaran tinggi yaitu galangan kapal (Shipyard). Galangan kapal merupakan sebuah tempat baik di darat maupun di perairan yang di gunakan untuk melakukan proses pembangunan atau perbaikan (repair) dan perawatan (maintenance) kapal. 12 PT. Yasa Wahana Tirta Samudera (PT. YWTS) merupakan salah satu galangan kapal di kota Semarang dengan aktivitas kerja yang berpotensi untuk terjadi ledakan dan kebakaran yang dapat mengancam kesalamatan seluruh tenaga kerja di perusahaan. Dari hasil wawancara dengan 4 orang pekerja dijelaskan bahwa kejadian kebakaran selalu terjadi setiap tahunnya. Kebakaran kecil sering terjadi di perusahaan dengan jumlah 8 kasus setiap tahunnya dan penanganan kebakaran ini dilakukan oleh tim pemadam dari perusahaan. Sedangkan kebakaran besar pernah terjadi pada tahun 2015 hingga menimbulkan kerugian materi dan menyebabkan satu pekerja meninggal. Penanganan kebakaran besar dilakukan oleh pemadam kebakaran. Upaya yang telah dilakukan PT. YWTS terkait penanggulangan kebakaran yaitu adanya SOP (Standar Operasional Prosedur) penanggulangan kebakaran, adanya tim tanggap darurat kebakaran di perusahaan, pengadaan simulasi kebakaran, pemeliharaan sistem proteksi kebakaran seperti alarm kebakaran dan APAR serta sarana penyelamatan diri seperti jalur evakuasi, safety sign, dan titik berkumpul. Pengadaan pelatihan untuk tim pemadam, dan pelaksanaan simulasi kebakaran secara berkala 1 tahun sekali untuk pekerja. Berdasarkan hasil pengamatan PT. YWTS berpotensi tinggi terhadap bencana kebakaran yang dapat terjadi setiap saat di karenakan aktivitas kerja serta peralatan kerja yang mudah terbakar, sehingga pekerja perlu memiliki yang cukup tentang upaya tanggap darurat saat kebakaran. 2

Hasil penelitian di PT. Sango Indonesia tahun 2015 menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran diantaranya yaitu dan sikap. 11 Hasil penelitian di Semarang tahun 2011 pada penghuni gedung Universitas Dian Nuswantoro menyatakan bahwa sikap penghuni gedung berpengaruh terhadap kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran. 13 Menurut teori tentang faktor yang mempengaruhi dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, kebudayaan dan informasi. 14 Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan tingkat Pengetahuan dan Sikap Pekerja tentang Tanggap Darurat Kebakaran berdasarkan karakteristik, divisi pekerjaan, keikutsertaan simulasi kebakaran, dan pengalaman menghadapi kebakaran di PT. YWTS Semarang untuk memperoleh deskripsi seberapa besar dan sikap pekerja dalam kesiapannya menghadapi keadaan darurat kebakaran. B. Perumusan Masalah 1. Pertanyaan Umum Bagaimana perbedaan tingkat dan sikap pekerja tentang tanggap darurat kebakaran berdasarkan karakteristik, divisi pekerjaan, dan pengalaman menghadapi kebakaran di PT. YWTS? 2. Pertanyaan Khusus a. Bagamana gambaran karakteristik pekerja yang meliputi usia dan pendidikan pekerja? b. Bagaimana gambaran divisi pekerjaan? c. Bagaimana gambaran keikutsertaan simulasi kebakaran pada pekerja? d. Bagaimana gambaran pengalaman pekerja dalam menghadapi kebakaran? e. Bagaimana gambaran tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja? 3

f. Bagaimana gambaran sikap darurat kebakaran pada pekerja? g. Bagaimana perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan usia pekerja? h. Bagaimana perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan pendidikan pekerja? i. Bagaimana perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan divisi pekerjaan di PT. YWTS, yaitu divisi kantor dan divisi lapangan? j. Bagaimana perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan keikutsertaan simulasi kebakaran? k. Bagaimana perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan pengalaman pekerja dalam menghadapi kebakaran? l. Bagaimana perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan usia pekerja? m. Bagaimana perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan pendidikan pekerja? n. Bagaimana perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan divisi pekerjaan di PT. YWTS, yaitu divisi kantor dan divisi lapangan? o. Bagaimana perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan keikutsertaan simulasi kebakaran? p. Bagaimana perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan pengalaman pekerja dalam menghadapi kebakaran? 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis perbedaan tingkat dan sikap pekerja tentang tanggap darurat kebakaran berdasarkan karakteristik, divisi pekerjaan, dan pengalaman menghadapi kebakaran di PT. YWTS. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik pekerja yang meliputi usia dan pendidikan. b. Mendeskripsikan divisi pekerjaan. c. Mendeskripsikan keikutsertaan simulasi kebakaran pada pekerja. d. Mendeskripsikan pengalaman pekerja pernah tidaknya menghadapi kebakaran. e. Mendeskripsikan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja. f. Mendeskripsikan sikap darurat kebakaran pada pekerja. g. Menganalisis perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan usia pekerja. h. Menganalisis perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan pendidikan pekerja. i. Menganalisis perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan divisi pekerjaan di PT. YWTS, yaitu divisi kantor dan divisi lapangan. j. Menganalisis perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan keikutsertaan simulasi kebakaran. k. Menganalisis perbedaan tingkat tentang tanggap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan pengalaman pekerja dalam menghadapi kebakaran. l. Menganalisis perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan usia pekerja. 5

m. Menganalisis perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan pendidikan pekerja. n. Menganalisis perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan divisi pekerjaan di PT. YWTS, yaitu divisi kantor dan divisi lapangan. o. Menganalisis perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan keikutsertaan simulasi kebakaran. p. Menganalisis perbedaan sikap darurat kebakaran pada pekerja berdasarkan pengalaman pekerja dalam menghadapi kebakaran. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi perusahaan mengenai pekerja tentang kebakaran. b. Sebagai bahan informasi bagi pekerja mengenai gambaran umum tanggap darurat kebakaran sehingga dapat memacu pekerja untuk menggali lebih mendalam. 2. Manfaat Teoritis dan Metodologis a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengembangan ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya bidang K3 tentang tanggap darurat kebakaran. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu bagi peneliti selanjutnya di bidang K3 tentang tanggap darurat kebakaran. E. Keaslian Penelitian No. Peneliti (th) 1. Dwina, Suroto, Ida Wahyuni (2016) 15 Judul Analisis Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Tanggap Darurat Kebakaran Pada Smk Negeri 7 Kota Semarang Jenis Penelitian Kualitataif Cross sectional Variabel bebas dan terikat a. Tanggap Darurat Kebakaran b. Pengetahuan siswa Hasil Dari hasil wawancara mendalam tentang tanggap darurat kebakaran diketahui 6

No. Peneliti (th) Judul Jenis Penelitian Variabel bebas dan terikat Hasil bahwa responden belum mengetahui secara mendalam mengenai tanggap darurat kebakaran 2. Anas Septiadi (2012) 16 Perbedaan Sistem Dan Pengetahuan Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pelatihan Pada Gedung Sekolah Dasar Sang Timur Semarang Quasi Experiment a. Pelatihan a. Sistem dan tanggap darurat kebakaran Terdapat kenaikan tingkat dan sikap guru dan karyawan sebelum dan sesudah pemberian materi tanggap darurat. Dengan hasil pre test buruk 70% dan baik 30%, Sedangkan kelompok post test buruk 33,3% dan baik 66,7%. 3. Sudiro, Addi Mardi Harnanto (2014) 17 Keefektifan Simulasi Manajemen Kesiagaan Bencana Bidang Kesehatan Terhadap Peningkatan Kemampuan Perawat Dan Bidan Comparatif Experimental Study a. Simulasi manajemen kesiagaan bencana b. Peningkatan kemampuan Hasil analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan 7

No. Peneliti (th) Judul RSUD Simo Boyolali Jenis Penelitian Variabel bebas dan terikat Hasil Ho ditolak yang berarti simulasi kesiagaan bencana efektif terhadap peningkatan kemampuan perawat dan bidan RSUD Simo Kabupaten Boyolali. Perbedaan antara penelitian yang menjadi rujukan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tempat Kedua penelitian dilakukan di sekolah dan satu penelitian dilakukan di rumah sakit, sedangkan penelitian yang akan diteliti dilakukan di galangan kapal. 2. Subjek Kedua penelitian menggunakan subjek anak sekolah dan satu penelitian menggunakan subjek perawat dan bidan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan subjeknya adalah pekerja. 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian dari kempat penelitian yang menjadi rujukan yaitu Kualitataif, Quasi Experiment, dan Comparatif Experiment, sedangkan jenis penelitian yang akan dilakukan adalah analitik. 4. Variabel Terdapat perbedaan variabel pada penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan penambahan variabel sikap. 8