BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang merambah di Indonesia sejak tahun 1960 adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan efek halusinasi yang terkenal di kalangan muda-mudi. Jamur

BAB 1 PENDAHULUAN. Jamur ajaib atau magic mushroom yang berasal dari jamur tahi sapi

BAB I PENDAHULUAN. narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya 1. Narkotika adalah zat atau obat

MEDIA MEDIKA MUDA. Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp MMM, Vol. 4 No. 2 April 2015 :

Pengaruh pemberian oral infusa suatu jamur Panaeolus terhadap aktivitas motorik dan rasa ingin tahu mencit jantan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAMUR PSILOCYBE CUBENSIS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP AKTIVITAS MOTORIK MENCIT SWISS WEBSTER DENGAN METODE ROTAROD MANUAL

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAMUR PSILOCYBE CUBENSIS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP RASA INGIN TAHU MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIUKUR

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Medikolegal, Ilmu Kejiwaan, dan Ilmu Farmakologi. Semarang (UNNES) untuk pengandangan hewan coba, ekstraksi bahan, dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa dan negara yang di dalamnya terdapat

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

DETEKSI PSILOCIN URIN PADA MENCIT SWISS WEBSTER TERHADAP PEMBERIAN JAMUR PSILOCYBE CUBENSIS DOSIS BERTINGKAT.

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

NARKOBA PADA SISWA SMK TUGAS OLEH : MUHAMMAD DAUD LATUCONSINA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

Nofri P. Kurama, Widdhi Bodhi, Weny Wiyono Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dikontrol oleh pemerintah maupun aparat penegak hukum.

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAMUR PSILOCYBE CUBENSIS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP AKTIVITAS MOTORIK MENCIT SWISS WEBSTER DENGAN METODE ROTAROD MANUAL

I. PENDAHULUAN. Izin sebagai bukti legalitas untuk menjalankan usaha khususnya perdagangan

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa waktu terakhir, tersebar kabar mengenai jamur yang dijual secara

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghilang rasa sakit pada waktu melakukan operasi. 6. narkotika yang dimaksud dengan narkotika adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh mempunyai nama latin Camellia sinensis. Teh merupakan salah satu

Pencegahan Narkoba Dari Keluarga Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perkembangan teknologi informasi saat ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu, tetapi persepsi itu kini

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

I. PENDAHULUAN. pancasila dan UUD Dalam perjalanannya saat ini, banyak halangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia seperti yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Alkohol adalah zat adiktif yang sering. disalahgunakan di masyarakat. Alkohol banyak terkandung

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. saluran pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah terganggu dan jika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalisasi adalah suatu proses pengancaman suatu perbuatan yang dilarang

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

Zat Adiktif dan Psikotropika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

kesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tanaman obat dan produk-produk alam yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKNA HIDUP PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA. Oleh : Junaiedi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman modern, terapi herbal kembali

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, manusia cenderung untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BRATAWALI (Tinospora crispa (L) Miers) SEBAGAI ANALGETIKA TERHADAP MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

NASKAH AKADEMIK TINJAUAN PELAKSANAAN KETENTUAN PIDANA UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TERHADAP PENYALAHGUNAAN MAGIC MUSHROOM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN MAKSIAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menjadikan narkotika sebagai barang yang ilegal dan tidak dibenarkan untuk disebarluaskan di negara ini. Salah satu masalah yang merambah di Indonesia sejak tahun 1960 adalah berkembangnya penyalahgunaan narkotika dan kenakalan remaja. Ancaman bahaya penyalahgunaan narkotika adalah merupakan ancaman nasional yang perlu ditanggulangi sedini mungkin. Upaya pemerintah untuk menindak tegas bagi penyebar narkotika tidak dapat memberikan efek jera bagi pelaku dan penggunanya. Hal tersebut terlihat dari semakin meningkatnya penggunaan narkotika di Indonesia. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan bahwa penyalahgunaan narkotika di lingkungan pelajar sebesar 4,1% sebagai pengguna narkotika dari total keseluruhan pelajar dan mahasiswa 921.695 orang. 1 Kata narkotika atau narkotics berasal dari kata narcosis yang berarti narkose atau menidurkan zat atau obat-obatan yang membiuskan. Dalam pengertian lain, narkotika adalah zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, karena zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral. 1 Salah satu jenis narkotika yang memberikan efek halusinasi yaitu Psilocybin mushroom. Psilocybin mushroom adalah jamur yang 1

2 mengandung alkaloid indol psikoaktif. Ada beberapa istilah lain untuk jamur psilocybin, istilah yang paling sering digunakan adalah Magic mushroom atau jamur tahi sapi. Ada sekitar 190 spesies jamur psilocybin dan sebagian besar berasal dari genus Psilocybe. Efek jamur psilocybin berasal dari psilocybin dan psilocin. Psilocybin dan psilocin menciptakan suatu peningkatan toleransi jangka pendek bagi penggunanya. Ketika jamur ditelan dan dicerna, psilocybin akan dicerna sehingga memproduksi psilocin yang akan menyebabkan efek psychedelic. 2 Efek dari jamur psilocybin bersifat subyektif dan berbeda-beda pada masing-masing penggunanya. Efek halusinasi psilocybin yang berasal dari jamur biasanya dapat berlangsung selama 3 8 jam. Lama waktu dari efek yang ditimbulkan tergantung dari bagaimana dosis yang diberikan, pengolahan jamur, dan metabolisme dari pengguna itu sendiri. 3 Perkembangan efek psilocybin dari Magic mushroom di Indonesia telah banyak disalahgunakan. Padahal senyawa psilocybin ini dapat memberikan efek halusinasi berat bila dikonsumsi dengan dosis yang berlebihan. Salah satu kasus penyalahgunaan jamur Magic Mushroom yang baru saja terjadi di semarang baru-baru ini pada tanggal 17 november 2012. Seorang mahasiswa Teknik Industri dari salah satu Universitas Negeri di Semarang diduga mengkonsumsi Magic mushroom sehingga menyebabkan hilang kendali dan merusak perabotan kamar kostnya hingga lengan tangannya terkena pecahan kaca. Pemuda tersebut akhirnya tewas dikarenakan kehilangan banyak darah akibat luka yang ditimbulkan.

3 Penelitian Soemardji, Andreanus dan Soepardja mengemukakan bahwa Magic mushroom di Bali masih sering diperdagangkan dalam bentuk berbagai hidangan makanan, misalnya special ommelate. Mereka memperoleh argument tersebut berdasarkan hasil wawancara/survai di Bali (Kuta, Sanur, dan sekitarnya) tentang penggunaan jamur Panaeolus ini (Magic mushroom) dalam hidangan special ommelet. 4 Padahal, di Indonesia Magic mushroom dikategorikan sebagai narkotika sehingga peredaran jamur tersebut diawasi ketat oleh pemerintah karena tingkat ilegalitasnya. Senyawa Psilocybin merupakan senyawa yang memberikan efek halusinogen yang kuat. Apabila seseorang mengkonsumsi jamur yang mengandung senyawa tersebut dapat memberikan efek yang bersifat merubah sensasi pendengaran serta penglihatan. Selain itu, kedua sensasi tersebut bisa saling bersilangan, misalnya mendengarkan musik bisa menyebabkan munculnya warna-warna yang akan bergerak seiring dengan irama musik. 5 Bahaya dari pemakaian obat halusinogenik adalah efek psikis dan gangguan penilaian, yang bisa menyebabkan kecelakaan atau pengambilan keputusan yang salah sehingga dapat menimbulkan bahaya yang paling besar yaitu kematian. Misalnya, seorang pemakai halusinogen bisa berfikir bahwa ia dapat terbang, bahkan sampai melompat dari jendela untuk membuktikannya, sehingga terjadilah cedera berat hingga menyebabkan kematian. Halusinogen juga dapat merangsang otak. Efek yang ditimbulkan tergantung kepada suasana hati dan tempat pemakai mengkonsumsi

4 halusinogen. Misalnya, pemakai yang sebelum menelan obat halusinogen telah mengalami depresi, cenderung akan merasa lebih sedih setelah menelan obat tersebut. 5 Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai efek yang ditimbulkan dari salah satu spesies jamur Psilocybin yaitu Psilocybe cubensis. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah pengaruh pemberian ekstrak jamur Psilocybe cubensis dengan dosis bertingkat terhadap tingkat keingintahuan pada mencit jantan Swiss Webster dengan metode Manual Hole Board Test. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan berikut ini, yaitu : 1. Bagaimana pemberian ekstrak jamur Psilocybe cubensis dengan dosis bertingkat dapat berpengaruh pada tingkat keingintahuan pada mencit jantan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian ekstrak jamur Psilocybe cubensis dengan dosis bertingkat pada tingkat keingintahuan pada mencit jantan. 1.4. Manfaat Penelitian Kegunaan dilakukannya penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :

5 1. Bagi penulis, guna menambah pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian dan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S,Ked di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Dipenorogo, Semarang. 2. Bagi ilmu kedokteran forensik, sebagai salah satu referensi tentang narkotika, khusunya mengenai penyalahgunaan Psilocybin cubensis. 3. Bagi pemerintah, sebagai bahan referensi dalam menentukan kebijakan tentang penyalahgunaan Psilocybin cubensis. 4. Bagi peneliti lainnya, sebagai salah satu referensi dan pengetahuan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama. 5. Bagi pembaca, guna menambah pengetahuan mengenai topik penelitian ini.

6 1.5. Keaslian Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Soemardji A. Andreanus- Case Control Penelitian dengan sampel Supradja IG.N.A. (2003) mencit/tikus jantan tentang Pengaruh menghasilkan kesimpulan pada Pemberian Oral Infusa Suatu Jamur Panaeolus aktivitas motorik: kelompok uji (infusa jamur 0,5g/kg/bb), terhadap Aktivitas terjadi penurunan aktivitas Motorik dan Rasa Ingin Tahu Mencit Jantan motorik mencit tertinggi dibandingkan kontrol (p<0,05) sebesar 38,2%. Kelompok uji dosis 1,0 dan 2,0 g/kg/bb penurunan 1 Menit pertama 25,3% dan 53,8%. Sedangkan hasil penelitian terhadap rasa ingin tahu : pada kelompok uji 0,5 g/kg/bb mengalami penurunan dalam 5 menit 30,2 %. Uji 1,0 g dosis/kg/bb dalam 3 menit 31,0% dan dosis 2,0 g/kg/bb dalam kurun 2 menit 48,2%.