BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas rawat inap dan enam Puskesmas non rawat inap.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. pelaksanaan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas Kota. Semarang setelah berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 19 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI PESISIR SELATAN PROPINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 3 KONDISI UMUM PUSKESMAS DI KOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

M ENULAR DAN GIZI BU RU K

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikannya. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah. adalah adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak 1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

URAIAN PROGRAM PUSKESMAS

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26.A TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 94

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN DANA

BUPATIEMPAT LAWANG PROVINSI SUMATERA SELATAN. PERATURAN BUPATI EMPAT LAWANG NOMOR : 0i\ TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARIF KAPITASI

2016, No perkembangan kebutuhan implementasi penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbang

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.2 TAHUN 2015 TENTANG

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 70 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 37 TAHUN 2014 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

TENTANG BUPATI SERANG,

Transkripsi:

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan disajikan mengenai uraian hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas kota Semarang yang terdiri dari tiga Puskesmas rawat inap dan enam Puskesmas non rawat inap. Puskesmas yang digunakan sebagai obyek penelitian pada tabel II yaitu: Tabel II Daftar Puskesmas sebagai Obyek Penelitian No. Kategori Wilayah Puskesmas Geografis Nama Puskesmas 1. Rawat Inap Semarang Timur Tlogosari Kulon 2. Rawat Inap Semarang Barat Gunung Pati 3. Rawat Inap Semarang Selatan Srondol 4. Non Rawat Inap Semarang Utara Genuk 5. Non Rawat Inap Semarang Timur Tlogosari Wetan 6. Non Rawat Inap Semarang Barat Tambak Aji 7. Non Rawat Inap Semarang Selatan Padangsari 8. Non Rawat Inap Semarang Utara Gayamsari 9. Non Rawat Inap Semarang Tengah Kagok Proses penelitian berlangsung dari bulan Oktober hingga Nopember 2016. Secara umum hasil yang ingin dicapai pada penelitian yaitu mengenai pelaksanaan pemanfaatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Kota Semarang setelah berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Dalam penelitian 51

ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dan data kuantitatif sebagai data pendukung. Gambaran umum tentang obyek penelitian dan hasil wawancara dengan narasumber akan diuraikan dalam bab ini. 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Gambaran umum obyek penelitian dibagi menjadi kelompok Puskesmas rawat inap dan Puskesmas non rawat inap. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Pasal 25 ayat (2) dan (3) disebutkan pengertian tentang Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan dan Puskesmas non rawat inap adalah Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal. a. Puskesmas Rawat Inap 1) Puskesmas Tlogosari Kulon Puskesmas Tlogosari Kulon merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Kecamatan Pedurungan yang memiliki luas wilayah 16.655 Ha yang mempunyai wilayah kerja empat kelurahan yaitu: Kelurahan Tlogosari Kulon, Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kelurahan Kalicari dan Kelurahan Gemah. Dengan batas wilayah kerja sebelah Utara Kelurahan Bangetayu, sebelah Selatan Kelurahan Sendang Guwo, sebelah Timur Kelurahan Gayamsari, sebelah Barat 52

Kelurahan Tlogosari Wetan. Puskesmas Tlogosari Kulon adalah Puskesmas rawat inap yang memiliki sembilan Tempat Tidur. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Tlogosari Kulon dapat dilihat pada tabel III. Tabel III Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tlogosari Kulon No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 3 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 9 4. Bidan 5 5. Apoteker 2 6. Tenaga kesehatan lain 5 Sumber : Data Puskesmas Tlogosari Kulon Tahun 2016 2) Puskesmas Gunungpati Puskesmas Gunungpati Semarang terletak di pinggir jalan raya, berlokasi di Jalan Mr. Puryanto Kelurahan Plalangan RT 4 / RW 1. Letak Puskesmas Gunungpati Semarang ini mudah dijangkau oleh masyarakat Gunungpati Semarang. Puskesmas Gunungpati memiliki 11 (sebelas) kelurahan binaan dari 16 kelurahan yang ada di Kecamatan Gunungpati. Puskesmas Gunungpati adalah Puskesmas rawat inap yang memiliki lima Tempat Tidur. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Gunungpati dapat dilihat pada tabel IV. 53

Tabel IV Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Gunungpati No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 6 4. Bidan 7 5. Apoteker 1 6. Tenaga kesehatan lain 5 Sumber : Data Puskesmas Gunungpati Tahun 2016 3) Puskesmas Srondol Puskesmas Srondol terletak di Kelurahan Srondol Kecamatan Banyumanik Semarang Selatan. Puskesmas ini terletak di tepi jalan utama sehingga memudahkan masyarakat untuk berobat. Wilayah kerja Puskesmas ini mencakup kelurahan Srondol Kulon, Srondol Wetan serta Banyumanik. Puskesmas Srondol merupakan Puskesmas Poned (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar) yang mampu memberikan pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir yang datang sendiri maupun yang dirujuk oleh masyarakat (kader, dukun), bidan praktek swasta, bidan di desa dan puskesmas sekitarnya. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Srondol dapat dilihat pada tabel V. 54

Tabel V Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Srondol No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 4 4. Bidan 6 5. Apoteker 1 6. Tenaga kesehatan lain 4 Sumber : Data Puskesmas Srondol Tahun 2016 b. Puskesmas Non Rawat Inap 1) Puskesmas Genuk Puskesmas Genuk terletak di RT /RW : 05 / I Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk dengan wilayah kerja tujuh kelurahan terdiri dari : Kelurahan Genuksari, Banjardowo, Trimulyo, Terboyo wetan, Terboyo Kulon, Gebangsari dan Muktiharjo Lor. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Genuk dapat dilihat pada tabel VI. Tabel VI Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Genuk No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 8 4. Bidan 5 5. Apoteker 1 6. Tenaga kesehatan lain 3 Sumber : Data Puskesmas Genuk Tahun 2016 55

2) Puskesmas Tlogosari Wetan Puskesmas Tlogosari Wetan Semarang merupakan Puskesmas non rawat inap yang terletak di Jalan Soekarno Hatta No.6, Palebon, Pedurungan Semarang Timur, memiliki delapan kelurahan sebagai wilayah kerja atau binaan yaitu Kelurahan Tlogosari wetan, Kelurahan Tlogomulyo, kelurahan Palebon, Kelurahan Pedurungan Kidul, Kelurahan Pedurungan Tengah, Kelurahan Pedurungan Lor, kelurahan Plamongan Sari, dan Kelurahan Penggaron Kidul. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Tlogosari Wetan dapat dilihat pada tabel VII. Tabel VII Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tlogosari Wetan No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 4 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 4 4. Bidan 5 5. Apoteker 2 6. Tenaga kesehatan lain 5 Sumber : Data Puskesmas Tlogosari Wetan Tahun 2016 3) Puskesmas Tambakaji Puskesmas Tambakaji terletak di Kelurahan Tambakaji tepatnya di Jalan Raya Walisongo KM. 9 Semarang, Kecamatan Ngaliyan. Puskesmas Tambakaji memiliki luas wilayah 706.589 56

Ha. PuskesmasTambakaji mempunyai wilayah kerja dua kelurahan yaitu kelurahan Tambakaji dan kelurahan Wonosari. Puskesmas Tambakaji merupakan Puskesmas induk, tidak mempunyai Puskesmas pembantu dan hanya mempunyai satu Puskesmas keliling. Selain itu Puskesmas Tambakaji juga tidak memiliki rawat inap dan Puskesmas pembantu dikarenakan mudahnya akses antara Puskesmas Purwoyoso dan RS.Tugurejo Semarang. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Tambakaji dapat dilihat pada tabel VIII. Tabel VIII Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tambakaji No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 3 4. Bidan 2 5. Apoteker 1 6. Tenaga kesehatan lain 4 Sumber : Data Puskesmas Tambakaji Tahun 2016 4) Puskesmas Padangsari Puskesmas Padangsari berlokasi di jalan Meranti Raya Kota Semarang dan berada di Kelurahan Padangsari dengan wilayah kerja seluas 751,4 Ha. Puskesmas ini dahulu bernama Puskesmas Banyumanik. Puskesmas Padangsari bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah 57

kerjanya yaitu Kecamatan Banyumanik. Batas wilayah kerja Puskesmas Padangsari yaitu bagian utara berbatasan dengan kelurahan Sumurboto, bagian selatan berbatasan dengan kelurahan Gedawang, bagian barat berbatasan dengan kelurahan Srodol Wetan, bagian timur berbatasan dengan kelurahan Kramas Tembalang. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Padangsari dapat dilihat pada tabel IX. Tabel IX Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Padangsari No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 3 4. Bidan 2 5. Apoteker 1 6. Tenaga kesehatan lain 4 Sumber : Data Puskesmas Padangsari Tahun 2016 5) Puskesmas Gayamsari Puskesmas Gayamsari terletak di jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Gayamsari, Kecamatan Gayamsari Semarang. Puskesmas melayani tujuh Kelurahan dengan luas wilayah kerjanya 750.15 ha. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Gayamsari dapat dilihat pada tabel X. 58

Tabel X Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Gayamsari No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 3 4. Bidan 5 5. Apoteker 1 6. Tenaga kesehatan lain 3 Sumber : Data Puskesmas Gayamsari Tahun 2016 6) Puskesmas Kagok Puskesmas Kagok merupakan salah satu Puskesmas yang berada di tengah-tengah kota di Semarang yang beralamat di jalan Telomoyo nomor 3 Semarang. Wilayah kerja Puskesmas Kagok terdiri dari 4 kelurahan yang terdiri dari kelurahan Wonotinggal, Candi, Kaliwiru, dan Tegal Sari. Sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Gayamsari dapat dilihat pada tabel XI. Tabel XI Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kagok No. Tipe Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Perawat 3 4. Bidan 3 5. Apoteker 1 6. Tenaga kesehatan lain 4 Sumber : Data Puskesmas Kagok Tahun 2016 59

c. Dinas Kesehatan Kota Semarang Dinas Kesehatan Kota Semarang adalah satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Semarang yang memiliki tanggung jawab menjalankan kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam bidang kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Semarang membawahi 37 Puskesmas induk yang tersebar di 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Sebanyak 11 Puskesmas memiliki fasilitas rawat inap, sedangkan 26 lainnya merupakan Puskesmas non inap. Selain itu juga didukung dengan 33 Puskesmas Pembantu. Sesuai dengan strategi Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas di Kota Semarang memiliki enam kegiatan pokok yaitu : a. Upaya promosi kesehatan 1) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 2) Sosialisasi Program Kesehatan 3) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) b. Upaya kesehatan lingkungan 1) Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah 2) Survey Jentik Nyamuk c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga berencana 1) ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana), 60

2) Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun d. Upaya perbaikan gizi masyarakat 1) Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular 1) Surveilens Epidemiologi 2) Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi Menular Seksual), Rabies f. Upaya pengobatan 1) Rawat Jalan Poli Umum 2) Rawat Jalan Poli Gigi 3) Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan 4) Unit Gawat Darurat (UGD) 5) Puskesmas Keliling (Puskel) 2. Hasil Wawancara dengan Narasumber a. Dinas Kesehatan Kota Semarang Wawancara dengan Dinas Kesehatan dilakukan untuk mengetahui pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas Kota Semarang setelah terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah dan fungsi 61

pembinaan serta pengawasan yang dilakukan Dinas Kesehatan kepada Puskesmas dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas. Wawancara dilakukan kepada Bidang Promosi Kesehatan, Pemberdayaan dan Kesehatan Lingkungan (PKPKL), Bidang Pelayanan Kesehatan dan Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang. 1) Bidang Promosi Kesehatan, Pemberdayaan dan Kesehatan Lingkungan (PKPKL) Wawancara kepada Kepala Bidang Promosi Kesehatan, Pemberdayaan dan Kesehatan Lingkungan (PKPKL) Dinas Kesehatan Kota Semarang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2016. Kepala Bidang Promosi Kesehatan, Pemberdayaan dan Kesehatan Lingkungan (PKPKL) menjelaskan bahwa 37 Puskesmas di wilayah Kota Semarang telah melaksanakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah mulai bulan Juni 2016 berdasarkan Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016. Berdasarkan Pasal 9 Peraturan 62

Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016, Dinas Kesehatan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 secara berjenjang sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan. Bidang PKPKL Bidang Pelayanan Kesehatan dan Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang berkoordinasi dalam melakukan pembinaan dan pengawasan penggunaan dana kapitasi di Puskesmas Kota Semarang. Bentuk pembinaan yang dilaksanakan Bidang PKPKL, Bidang Pelayanan Kesehatan dan Subbagian Keuangan adalah melakukan pertemuan dengan seluruh Kepala Puskesmas setiap 2 minggu sekali untuk evaluasi penggunaan dana kapitasi. Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang mengkoordinir pengawasan penggunaan dana kapitasi di Puskesmas. 2) Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang Wawancara kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2016. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang menjelaskan bahwa seluruh Puskesmas di wilayah Kota Semarang sebanyak 37 Puskesmas induk telah melaksanakan Peraturan 63

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah mulai bulan Juni 2016 berdasarkan Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016. Pada Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 diatur bahwa alokasi dana kapitasi ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan kesehatan dan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Alokasi dana kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan selanjutnya ditetapkan untuk obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai minimal sebesar 10% (sepuluh persen) dan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen). Penentuan penggunaan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan untuk obat, alat kesehatan dan bahan medis hasbi pakai minimal sebesar 10% (sepuluh persen) ditetapkan karena Dinas Kesehatan Kota Semarang telah memiliki stok obat-obatan melalui pengadaan yang dilakukan Dinas Kesehatan sehingga untuk 64

tahun 2016 masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan Puskesmas apabila terdapat kekurangan obat di Puskesmas wilayah Kota Semarang atau kebutuhan obat-obatan melebihi 10% dari alokasi dana dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Bentuk pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan adalah Bidang Pelayanan Kesehatan, Bidang PKPKL dan Subbagian keuangan melakukan pertemuan dengan seluruh Kepala Puskesmas setiap dua minggu sekali untuk evaluasi penggunaan dana kapitasi. Selain itu Bidang Pelayanan Kesehatan melakukan pembinaan dalam bentuk pelatihan kepada petugas Puskesmas dalam pembelian obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai melalui e-purchasing dan melakukan persetujuan terhadap permohonan pembelian obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (diluar pengadaan obat oleh Dinas Kesehatan) diluar daftar e-catalog. Bentuk pengawasan yang dilakukan adalah evaluasi penyerapan penggunaan dana kapitasi setiap bulan. 3) Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang Wawancara kepada Kepala Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2016. Kepala Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang menjelaskan bahwa seluruh Puskesmas di 65

wilayah Kota Semarang sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) Puskesmas induk telah melaksanakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah mulai bulan Juni 2016 berdasarkan Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016 dengan alokasi dana kapitasi ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan kesehatan dan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Sub-bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan pengawasan penggunaan dana kapitasi melalui monitoring penyerapan dana kapitasi di seluruh Puskesmas di Kota Semarang dan memberikan umpan balik setiap enam bulan sekali. Bentuk pembinaan dilakukan oleh Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang melalui rekonsiliasi (pencocokan) data penyerapan dana kapitasi dengan Bendahara Kapitasi di Puskesmas setiap bulan. 66

Penggunaan dana kapitasi sebesar 60% untuk jasa pelayanan kesehatan sudah optimal dilaksanakan. Sedangkan dana kapitasi sebesar 40% untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan belum optimal mengingat pembelian obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai melalui e- purchasing yang relatif lama pengadaannya dan terdapat jenis obat yang kosong persediaannya dari pabrik obat tersebut. b. Kepala Puskesmas Wawancara dengan sembilan Kepala Puskesmas yang menjadi obyek penelitian dilaksanakan pada minggu keempat bulan Oktober 2016 sampai dengan minggu kedua bulan Nopember 2016. Wawancara dengan Kepala Puskesmas dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan penggunaan dana kapitasi JKN, peran kepemimpinan Kepala Puskesmas dalam pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas. Uraian wawancara kepada Kepala Puskesmas dibedakan menjadi kelompok Puskesmas rawat inap dan Puskesmas non rawat inap sebagai berikut : 1) Puskesmas Rawat Inap Kepala Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati dan Srondol seluruhnya dipimpin oleh dokter umum. Semua Kepala Puskesmas menjelaskan bahwa pelaksanaan Peraturan Menteri 67

Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 dilaksanakan di Puskesmas mulai bulan Juni 2016 sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Penggunaan dana kapitasi JKN ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan kesehatan dan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Alokasi dana kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan selanjutnya ditetapkan untuk obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai minimal sebesar 10% (sepuluh persen) dan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen). Tidak ada kebijakan internal dari Kepala Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati dan Srondol tentang penggunaan dana kapitasi JKN. Kepala Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati dan Srondol selalu melibatkan Bendahara Kapitasi JKN dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas, membahas permasalahan dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas khususnya penggunaan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Semarang secara aktif dan berkala melakukan pembinaan 68

kepada Puskesmas dalam bentuk pertemuan rutin setiap dua minggu sekali dengan seluruh Kepala Puskesmas se Kota Semarang yang salah satunya membahas tentang penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas, evaluasi penyerapan dana kapitasi JKN di Puskesmas yang dilakukan Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang setiap bulan, pelatihan petugas Puskesmas dalam pengadaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai melalui e-purchasing. Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan telah digunakan oleh Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati dan Srondol untuk meningkatkan sarana prasarana di Puskesmas dan pembelian obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas antara lain dijelaskan oleh Kepala Puskesmas Tlogosari Kulon dan Srondol bahwa ada obat dan alat kesehatan yang tidak tersedia di Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan pembelian melalui e-purchasing lama. Kepala Puskesmas Gunungpati menjelaskan tidak ada kendala dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas. 69

2) Puskesmas Non Rawat Inap Kepala Puskesmas Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari seluruhnya dipimpin oleh dokter umum, Kepala Puskesmas Tambakaji dipimpin oleh dokter gigi dan Puskesmas Kagok dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Semua Kepala Puskesmas menjelaskan bahwa pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 dilaksanakan di Puskesmas mulai bulan Juni 2016 sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah dan Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016. Penggunaan dana kapitasi JKN ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan kesehatan dan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan telah digunakan oleh Puskesmas Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok untuk meningkatkan sarana prasarana di Puskesmas dan pembelian obat, alat 70

kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas. Tidak ada kebijakan internal dari Kepala Puskesmas Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas. Dalam penggunaan dana kapitasi, Kepala Puskesmas selalu melibatkan Bendahara Kapitasi JKN untuk memberikan masukan pemanfaatan dana kapitasi agar sesuai dengan kebutuhan di Puskesmas. Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan pembinaan kepada seluruh Puskesmas setiap dua minggu sekali melalui pertemuan Kepala Puskesmas, dimana salah satunya membahas tentang penggunaan dana kapitasi JKN. Pembinaan dilakukan oleh Bidang PKPKL, Bidang Pelayanan Kesehatan dan Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan pengawasan penyerapan anggaran dana kapitasi JKN di Puskesmas setiap bulan melalui kegiatan rekonsiliasi (pencocokan) data dan evaluasi penyerapan dana kapitasi JKN. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas antara lain dijelaskan oleh Kepala Puskesmas Tlogosari Wetan, Padangsari, Tambakaji dan Gayamsari dengan sistem pembelian obat dan alat kesehatan melalui e-purchasing membutuhkan waktu lama. Kepala 71

Puskesmas Genuk menjelaskan kendalanya adalah adanya aturan penggunaan dana kapitasi 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan dan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan operasional pelayanan kesehatan menjadi kurang fleksibel dalam penggunaan dana, penyerapan dana kurang optimal, belanja barang secara online melalui e-purchasing membutuhkan waktu yang lama (barang lama datang). Kepala Puskesmas Kagok menjelaskan kendalanya pada aturan administrasinya. c. Bendahara Kapitasi JKN di Puskesmas Wawancara dengan Bendahara Kapitasi JKN di Puskesmas dilaksanakan pada minggu keempat bulan Oktober 2016 sampai dengan minggu kedua bulan Nopember 2016. Wawancara dengan Bendahara Kapitasi JKN dilaksanakan untuk mengetahui teknis penggunaan dana kapitasi dan permasalahan dalam pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas. Uraian wawancara kepada bendahara Kapitasi JKN di Puskesmas dibedakan menjadi kelompok Puskesmas rawat inap dan Puskesmas non rawat inap sebagai berikut : 72

1) Puskesmas Rawat Inap Bendahara kapitasi Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati dan Srondol menjelaskan bahwa pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 dilaksanakan di Puskesmas mulai bulan Juni 2016 sesuai dengan ketentuan pada Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016 yang merupakan peraturan teknis dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Penggunaan dana kapitasi JKN ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan kesehatan dan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Bendahara kapitasi JKN selalu dilibatkan dalam menentukan penggunaan dana kapitasi JKN sesuai kebutuhan Puskesmas. Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan telah digunakan oleh Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati dan Srondol untuk meningkatkan sarana prasarana di Puskesmas, pembelian bahan cetak dan alat tulis kantor serta 73

pembelian obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Namun kendalanya adalah pembelian obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai melalui e-purchasing lama dan terdapat obat serta alat kesehatan yang tidak tersedia di Pedagang Besar Farmasi (PBF). Bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Semarang terhadap penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas berupa evaluasi penyerapan dana kapitasi JKN di Puskesmas yang dilakukan Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang setiap bulan, pelatihan petugas Puskesmas dalam pengadaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai melalui e-purchasing. 2) Puskesmas Non Rawat Inap Bendahara Kapitasi Puskesmas Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok menjelaskan bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 mulai dilaksanakan bulan Juni 2016 sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah dan Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan 74

Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016. Penggunaan dana kapitasi JKN ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan kesehatan dan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Sub-bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan pengawasan penyerapan anggaran dana kapitasi JKN di Puskesmas setiap bulan melalui kegiatan rekonsiliasi (pencocokan) data dengan Bendahara Kapitasi dan evaluasi penyerapan dana kapitasi JKN di Puskesmas. Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan telah digunakan oleh Puskesmas untuk meningkatkan sarana prasarana di Puskesmas dan pembelian obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan masingmasing Puskesmas. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas antara lain dijelaskan oleh Bendahara Kapitasi Puskesmas Tlogosari Wetan, Padangsari, Tambakaji, Genuk, Kagok dan Gayamsari bahwa dengan sistem pembelian obat dan alat kesehatan melalui e-purchasing membutuhkan waktu lama. 75

B. Pembahasan Dalam pembahasan akan diuraikan mengenai pengaturan, pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas Kota Semarang setelah berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Pembahasan disampaikan berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dan hasil temuan di lapangan yang kemudian dianalisa dengan ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan pokok permasalahan. Adapun pembahasan sebagai berikut: 1. Pengaturan Penggunaan Dana Kapitasi JKN di Puskesmas Setelah Berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan dana kapitasi JKN di sembilan Puskesmas Kota Semarang setelah berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah, maka ada beberapa pengaturan perundang-undangan sebagai berikut: 76

a. Dasar Hukum Penggunaan Dana Kapitasi JKN di Puskesmas Kota Semarang setelah berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016. Puskesmas dalam menggunakan dana kapitasi JKN didasari oleh ketentuan hukum yang dijadikan sebagai pedoman dalam menggunakan dana kapitasi di Puskesmas. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas antara lain : 1) Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Dasar 1945 menjadi salah satu dasar hukum tentang penggunaan dana kapitasi JKN pada Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah. Hal ini nunjukkan bahwa dengan diundangkannya Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN terdapat pada Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Pada Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dijelaskan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan Pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 merupakan salah 77

satu bentuk pelaksanaan atribusi presiden pada Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah merupakan bentuk amanat dari ketentuan Pasal 12 ayat (5) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014. Perlunya ketentuan hukum dalam penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas agar penggunaan dana kapitasi efektif, efisien dan dapat memenuhi kebutuhan implementasi program JKN. 2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Pasal 19 ayat (2) menyebutkan bahwa jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Dana kapitasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) digunakan agar peserta mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan di dokter praktek, klinik maupun Puskesmas sehingga dapat terpenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 juga mengatur bahwa manfaat 78

jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan Badan Penelenggara Jaminan Sosial yakni salah satunya Puskesmas. Pada Pasal 24 ayat (1) diatur pula tentang sistem pembayaran yakni besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. 3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merupakan salah satu dasar hukum pelaksanaan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni Puskesmas. Pada Pasal 30 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 diatur tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang menurut jenisnya dibedakan atas pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari : pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Pada Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 diatur pula fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat dilaksanakan oleh 79

pihak Pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan primer pada program JKN. 4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Pasal 11 huruf d diatur tentang salah satu kewenangan BPJS dalam pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah. BPJS Kesehatan membayar Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta JKN dengan sistem kapitasi sesuai dengan tarif kapitasi yang ditetapkan melalui peraturan menteri kesehatan. 5) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Pada Pasal 39 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan dijelaskan bahwa BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama secara praupaya berdasarkan kapitasi atas jumlah Peserta yang terdaftar di fasilitas 80

kesehatan tingkat pertama. Pada Pasal 39 ayat (2) diatur apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, maka BPJS Kesehatan diberikan kewenangan untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan saat ini telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan, dimana pada Pasal 38 diatur tentang BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat tanggal 15 (lima belas) setiap bulan berjalan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menggunakan cara pembayaran praupaya berdasarkan kapitasi. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran kapitasi, BPJS Kesehatan wajib membayar ganti rugi kepada Fasilitas Kesehatan sebesar 1% (satu persen) dari jumlah yang harus dibayarkan untuk setiap 1 (satu) bulan keterlambatan. Adanya ganti rugi atas keterlambatan pembayaran kapitasi dari BPJS Kesehatan kepada Puskesmas dapat mendorong adanya tertib pembayaran kapitasi sehingga Puskesmas dapat menggunakan secara tepat waktu dan sesuai kebutuhan 81

Puskesmas. Ketentuan pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama milik Pemerintah Daerah (Puskesmas) ditetapkan dalam bentuk peraturan presiden untuk mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah di Puskesmas yakni tentang pembayaran dana kapitasi oleh BPJS Kesehatan kepada Puskesmas. 6) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah merupakan bentuk tindak lanjut pemerintah dalam rangka tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah terkait dengan pembayaran dana kapitasi oleh BPJS Kesehatan kepada Puskesmas sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013. Pada Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 mengatur tentang pengelolaan dana kapitasi JKN yaitu BPJS Kesehatan melakukan pembayaran dana kapitasi kepada FKTP milik Pemerintah Daerah didasarkan pada 82

jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai data dari BPJS Kesehatan dan kapitasi dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan kepada Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP. Pemanfaatan dana kapitasi JKN diatur pada Pasal 12 ayat (1) yakni dana kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan di FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) dari total penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. 7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (5) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah maka ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. 83

Ketentuan tentang penggunaan dana kapitasi JKN untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pada Puskesmas sebelumnya telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Namun ketentuan atau pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 belum dapat menampung perkembangan kebutuhan implementasi penyelenggaraan JKN sehingga diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016. Pada Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa penggunaan dana kapitasi yang diterima oleh Puskesmas dari BPJS Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Pada Pasal 3 ayat (2) dijelaskan bahwa alokasi untuk pembayaran 84

jasa pelayanan kesehatan untuk setiap Puskesmas ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) dari penerimaan dana kapitasi. Sedangkan pada Pasal 3 ayat (3) dijelaskan bahwa alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan ditetapkan sebesar selisih dari besar dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan seperti yang diatur pada Pasal 3 ayat (2). Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dana kapitasi di sembilan Puskesmas yang dijadikan sebagai obyek penelitian (Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati, Srondol, Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok) telah sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 yakni dana kapitasi yang diterima sembilan Puskesmas di Kota Semarang dari BPJS Kesehatan digunakan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan kesehatan dan sisanya sebesar 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Pada Pasal 5 ayat (1) dijelaskan bahwa alokasi dana kapitasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan dimanfaatkan untuk dua hal yakni biaya 85

obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, alokasi dana kapitasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan sebesar 40% (empat puluh persen) digunakan untuk pembelian obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai minimal sebesar 10% (sepuluh persen) dan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen), sehingga penggunaan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Puskesmas menurut ketentuan perundang-undangan diberikan kewenangan untuk mengelola / menggunakan dana kapitasi JKN sehingga pelaksanaan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan tersebut. 86

b. Bentuk Pengaturan Penggunaan Dana Kapitasi JKN di Puskesmas Kota Semarang Setelah Berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016. Bentuk pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas Kota Semarang setelah berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah dituangkan dalam Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016. Penjelasan mengenai bentuk pengaturannya yaitu : 1) Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah, Walikota Semarang menetapkan alokasi dana kapitasi JKN di Puskesmas Kota Semarang yang diatur dalam Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 tentang Alokasi Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional 87

Pada Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2016. Keputusan Walikota Semarang tersebut merupakan peraturan kebijaksanaan/enunsiatif atau peraturan teknis yang dibuat untuk melaksanakan Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016. Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 menjelaskan bahwa besaran alokasi dana kapitasi ditetapkan setiap tahun dengan Keputusan Kepala Daerah atas usulan Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan tiga hal antara lain : tunjangan yang telah diterima dari Pemerintah Daerah, kegiatan operasional pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai target kinerja di bidang pelayanan kesehatan dan kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pada diktum kedua Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 mengatur alokasi dana kapitasi sebesar 60% (enam puluh persen) untuk jasa pelayanan kesehatan dan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Ketentuan pada diktum kedua tersebut telah sesuai dengan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 dimana diatur alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan 88

untuk setiap Puskesmas ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) dari penerimaan dana kapitasi. Pengaturan penggunaan 40% (empat puluh persen) untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan pada diktum kedua Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 telah sesuai dengan Pasal 3 ayat (3) yakni alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan ditetapkan sebesar selisih dari besar dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan. Pada diktum ketiga Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 mengatur alokasi dana kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan selanjutnya ditetapkan minimal sebesar 10% (sepuluh persen) untuk obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan untuk kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen). Diktum ketiga Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 telah sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian, Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati, Srondol, Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok telah 89

melaksanakan ketentuan yang tercantum Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016, meskipun dalam pelaksanaannya masih menemui kendala misalnya dalam penggunaan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan yakni pembelian obat melalui e-purchasing yang lama maupun ketersediaan obat dan alat kesehatan terkadang kosong di pabrik sehingga dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan di Puskesmas. Tujuan pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas Kota Semarang melalui Keputusan Walikota Semarang Nomor : 440/196/2016 adalah memberikan kepastian hukum bagi Puskesmas dalam menggunakan dana kapitasi JKN, untuk memenuhi kebutuhan Puskesmas akan dana operasional pelayanan kesehatan serta untuk mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah tentang pembayaran dana kapitasi kepada Puskesmas sehingga penggunaan dana kapitasi dapat efektif dan efisien sesuai kebutuhan Puskesmas serta diharapkan Puskesmas dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada peserta JKN. 90

2. Pelaksanaan Penggunaan Dana Kapitasi JKN di Puskesmas Kota Semarang setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 Dari hasil penelitian di Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati, Srondol, Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok dapat diketahui pelaksanaan penggunaan dana kapitasi JKN yang dibahas dari beberapa aspek antara lain pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. a. Pembayaran Jasa Pelayanan Kesehatan Penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati, Srondol, Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 diatur bahwa alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan untuk tiap FKTP (Puskesmas) ditetapkan sekurangkurangnya 60% (enam puluh persen) dari penerimaan dana kapitasi. Pada Pasal 4 diatur bahwa alokasi dana kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan tersebut dimanfaatkan 91

untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang melakukan pelayanan pada Puskesmas. Tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan meliputi Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, dan pegawai tidak tetap, yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPJS Kesehatan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas karena Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan. Dana kapitasi yang diterima oleh Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati, Srondol, Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok digunakan sebesar 60% dari total dana kapitasi yang diterima untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan. Pembayaran jasa pelayanan kesehatan diberikan kepada tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, tenaga kesehatan lainnya serta tenaga non kesehatan yang bekerja di masing-masing Puskesmas. Hal ini menunjukkan sembilan Puskesmas di Kota Semarang telah mengimplementasikan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 sesuai dengan ketentuan. 92

Pembayaran jasa pelayanan kesehatan mempertimbangkan jenis ketenagaan dan/atau jabatan dan kehadiran. Ketentuan tersebut diatur pada Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 yang menjelaskan bahwa pembagian jasa pelayanan kesehatan kepada tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan ditetapkan dengan mempertimbangkan variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan dan kehadiran. Teknis penghitungan pembayaran jasa pelayanan kesehatan tenaga kesehatan dan non kesehatan di Puskesmas diatur pada Pasal 4 ayat (4), (5), (6), (7), (8), (9) dan (10) yang mempertimbangkan beban kerja yakni bagi yang merangkap tugas administratif dan penanggungjawab program diberikan tambahan nilai sesuai jenis ketenagaannya. Selain mempertimbangkan beban kerja, penghitungan pembayaran jasa pelayanan kesehatan juga mempertimbangkan masa kerja dari masing-masing pegawai. Untuk variabel kehadiran, diberikan sanksi yakni apabila terlambat hadir atau pulang sebelum waktunya maka akan dikurangi satu poin dalam perhitungan pembayaran jasa pelayanan kesehatan. Penghitungan pembayaran jasa pelayanan kesehatan di Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati, Srondol, Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok telah melakukan penghitungan pembagian jasa pelayanan kesehatan berdasarkan ketentuan 93

Pasal 4 ayat (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9) dan (10) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 dan Dinas Kesehatan Kota Semarang (Subbagian Keuangan) melakukan pengawasan penggunaan dana kapitasi melalui monitoring penyerapan dana kapitasi dengan pencocokan (rekonsialiasi) data setiap bulan dan memberikan umpan balik setiap enam bulan sekali. Pembinaan dan pengawasan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang melalui pertemuan rutin Kepala Puskesmas setiap dua minggu sekali. b. Pembayaran Dukungan Biaya Operasional Pelayanan Kesehatan Pada Pasal 3 ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 diatur alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan sebesar selisih dari besar dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Puskesmas Tlogosari Kulon, Gunungpati, Srondol, Tlogosari Wetan, Gayamsari, Genuk, Padangsari, Tambakaji dan Kagok menggunakan dana kapitasi yang diterima dari BPJS Kesehatan untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan sebesar 40% (empat puluh persen). Mengingat penggunaan dana kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan digunakan sebesar 60% (enam puluh persen), maka 94