Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi Statistika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATERI KULIAH GEOMETRI ANALITIK DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI PONTIANAK

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA SMA NEGERI 10 PONTIANAK

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

Keywords: Mathematical communication, emotional intelligence, quadrilaterals.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA MATERI FUNGSI KUADRAT DI SMA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

KOMUNIKASI MATEMATIKA TERTULIS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB III METODE PENELITIAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH GEOMETRI ANALITIKA BIDANG

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat memang tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan. Matematika sebagai ilmu dasar, sekarang

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

PENGGUNAAN TUGAS MIND MIND SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KUADRAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS TERTULIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA SISWA KELAS XI MIPA 1 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**), Mulia Suryani**).

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DI SMP AL INAYAH PURWOSARI PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Putri Hidayati, 2013

ISSN: X 9 KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Universitas Sebelas Maret 23 Dosen Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Universitas Sebelas Maret

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI KALKULUS INTEGRAL

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATERI GEOMETRI SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. Informasi itu ada yang baik dan mungkin ada yang kurang baik. Agar seseorang

Aisyah*, Amrina Rosyada** Dosen Pend. Matematika*, Alumni** Universitas Batanghari Jambi *

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COMPLETE SENTENCE DAN TEAM QUIZ

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Sejalan dengan itu Jujun (Prasetya, 2010: 2) mengatakan, dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

BANGUN RUANG SISI DATAR ANALISIS KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

Elli Kusumawati, Manopo

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.1, Februari 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

IDENTIFIKASI KREATIVITAS SISWA DITINJAU DARI PERBEDAAN KEPRIBADIAN DAN KEMAMPUAN PADA MATERI BILANGAN

PEMANFAATAN DIAGRAM DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 6 PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

Transkripsi:

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 WAJO PADA MATERI STATISTIKA COMMUNICATION ABILITY OF MATHEMATICS BASED ON DIFFERENCES STUDENTS LEARNIG STYLES CLASS X SMA NEGERI 6 WAJO ON STATISTICS SUBJECT Ika Puspita Sari Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar ikapuspitasari695@gmail.com Abstract This study aims to determine the ability of students' mathematical communication with visual, auditorial, and kinesthetic learning styles on statistics subject. The subjects of the study were six students of grade X SMA Negeri 6 Wajo selected purposively based on difference of learning styles. Data collection used questionnaires to classify students based on their learning styles, written tests, and interviews to determine students' mathematical communication skills. The results showed (1) the test results of mathematical communication skills vary in each student with different learning styles; (2) subjects with visual learning styles capable in four indicators of mathematical communication (IMC) ability ie at IMC 1, IMC 3, IMC 4 and IMC 5; (3) subject with auditorial learning style capable in five indicators of mathematical communication ability ie at IMC 1, IMC 2, IMC 3, IMC 4 and IMC 5; (4) subjects with kinesthetic learning styles are capable in three indicators of mathematical communication ability, ie on IMC 1, IMC 3 and IMC 5. Keywords: Learning styles, Mathematical communication, Statistics subject Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik pada materi statistika. Subjek penelitian berjumlah enam orang siswa kelas X SMA Negeri 6 Wajo yang dipilih secara purposive berdasarkan perbedaan gaya belajar. Pengumpulan data menggunakan metode angket untuk mengelompokkan siswa berdasarkan gaya belajarnya, tes tertulis, serta wawancara untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan (1) hasil tes kemampuan komunikasi matematika berbeda-beda pada masing-masing siswa dengan gaya belajar berbeda; (2) subjek dengan gaya belajar visual mampu dalam empat indikator kemampuan komunikasi (IDK) matematika yakni pada IDK 1, IDK 3, IDK 4 dan IDK 5; (3) subjek dengan gaya belajar auditorial mampu dalam lima indikator kemampuan komunikasi matematika yakni pada IDK 1, IDK 2, IDK 3, IDK 4 dan IDK 5; (4) subjek dengan gaya belajar kinestetik mampu dalam tiga indikator kemampuan komunikasi matematika, yaitu pada IDK 1, IDK 3 dan IDK 5. Kata Kunci : Gaya belajar, Komunikasi matematika, Materi PENDAHULUAN Menurut Referensi [1], matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Peranan matematika sebagai alat bagi ilmu lainnya didukung dengan adanya bahasa universal dalam matematika yang dikenal dengan bahasa simbolik. Bahasa simbolik digunakan dalam mengomunikasikan ide atau gagasan matematika yang memungkinkan setiap orang dapat memahami makna dari suatu pernyataan sehingga terwujud komunikasi yang cermat dan tepat. Komunikasi Halaman [527]

matematika merupakan salah satu jantung dalam pembelajaran matematika karena menjadi satu dari lima kemampuan dasar matematika yang merupakan standar dalam pembelajaran matematika [2]. Komunikasi matematika menjadi bagian penting dalam pembelajaran matematika karena melalui komunikasi peserta didik mampu mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir matematisnya, serta mampu mengeskplorasi ide-ide matematika. Hal tersebut sejalan dengan tujuan mata pelajaran matematika yang tertuang dalam Lampiran III Permendikbud No. 58 Tahun 2014 yaitu mengomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Selain itu, komunikasi matematika menjadi penting karena merupakan bahasa simbol yang terlukis dalam proses simbolisasi dan formulasi yaitu mengubah pernyataan ke dalam bentuk rumus, simbol atau gambar [3]. Baroody dalam Referensi [4] juga mengemukakan dua alasan komunikasi perlu ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran matematika. Pertama, matematika merupakan bahasa yang esensial bagi matematika itu sendiri. Matematika bukan hanya alat berpikir yang membantu peserta didik untuk menemukan pola, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan, tetapi juga alat untuk mengomunikasikan pikiran peserta didik tentang ide dengan jelas, tepat, dan ringkas. Kedua, pembelajaran matematika merupakan aktivitas sosial yang menjadi wahana interaksi dan alat komunikasi yang melibatkan sedikitnya dua pihak yaitu guru dan siswa. Di sisi lain, Greenes dan Schulman dalam Referensi [5] mengatakan bahwa komunikasi matematika merupakan (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai serta mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain. Salah satu faktor yang dapat menunjang kemampuan komunikasi matematika diantaranya gaya belajar. Beberapa data penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan gayanya akan memiliki lebih baik. Hal tersebut diperkuat oleh Referensi [6] bahwa kunci menuju keberhasilan dalam belajar adalah mengetahui gaya belajar yang unik dari setiap orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika akan mampu ditingkatkan ketika siswa belajar dengan gaya belajarnya dan perbedaan gaya belajar akan berpengaruh dengan kemampuan komunikasi matematika. Baroody dalam Referensi [7] mengemukakan bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengomunikasikan ide matematika melalui 5 (lima) aspek komunikasi yaitu representasi (representing), mendengar (listening), membaca (reading), diskusi (discussion), dan menulis (writing). Indikator kemampuan komunikasi matematika yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak lima, yaitu: 1. Mengeskpresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan. 2. Menyatakan ide-ide atau permasalahan grafik, diagram atau tabel. 3. Menggunakan istilah-istilah, notasinotasi, dan simbol matematika dalam menyajikan ide matematika 4. Menginterpretasikan ide-ide atau permasalahan matematika dengan bahasa sendiri. 5. Menarik kesimpulan dari pernyataan matematika. Halaman [528]

Gaya belajar adalah kecenderungan cara yang dipilih dan disenangi seseorang dalam berpikir, menerima, dan memproses informasi untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Banyak ilmuan yang menggolongkan gaya belajar menjadi beberapa macam, namun yang paling sering digunakan adalah penggolongan menurut Bandler & Grinder, dan Messick yang diacu dalam Referensi [8] yang membagi gaya belajar menjadi tiga gaya belajar berdasarkan modalitas/prefensi sensori yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul Kemampuan Komunikasi Matematika. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk (1) mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA Negeri 6 Wajo yang memiliki gaya belajar visual pada materi statistika; (2) mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA Negeri 6 Wajo yang memiliki gaya belajar auditorial pada materi statistika; dan (3) mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA Negeri 6 Wajo yang memiliki gaya belajar kinestetik pada materi statistika. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian secara holistik. Referensi [9] mengungkapkan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Wajo pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 dalam waktu 3 bulan. Teknik penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pemilihan sumber data dengan pertimbangan tertentu [10]. Hal yang menjadi pertimbangan ialah kategori gaya belajar dari subjek penelitian yang dipilih. Subjek penelitian sebanyak enam orang yang dipilih masing-masing dua dari tiap tipe gaya belajar. Pada penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen kunci atau instrumen utama dalam mengumpulkan data yang dibantu dengan instrumen pendukung yaitu: (1) instrumen penggolongan gaya belajar, (2) instrumen tes kemampuan komunikasi matematika, serta (3) instrumen pedoman wawancara. Instrumen penggolongan gaya belajar berupa angket yang diadopsi dari Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan untuk memperoleh data penggolongan gaya belajar. Data kemampuan komunikasi matematika diperoleh dengan tes tertulis dan wawancara melalui instrumen tes kemampuan komunikasi matematika dan instrumen pedoman wawancara. Instrumen tes kemampuan komunikasi matematika dan instrumen pedoman wawancara disusun sendiri oleh penulis dengan terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen sebelum digunakan. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis untuk menarik kesimpulan. Penentuan kecenderungan gaya belajar berdasarkan pada kriteria berikut: a. Jika skor gaya belajar visual paling besar dari 2 gaya belajar lain, maka ditetapkan siswa tergolong dalam gaya belajar visual. b. Jika skor gaya belajar auditori paling besar dari 2 gaya belajar lain, maka ditetapkan siswa tergolong dalam gaya belajar auditorial. c. Jika skor gaya belajar kinestetik paling besar dari 2 gaya belajar lain, maka ditetapkan siswa tergolong dalam gaya belajar kinestetik. Selanjutnya dalam menentukan enam orang siswa sebagai subjek penelitian dipilih dua orang siswa dengan skor tertinggi pada Halaman [529]

gaya belajar visual, dua orang siswa dengan skor tertinggi pada gaya belajar auditorial serta dua orang siswa dengan skor tertinggi pada gaya belajar kinestetik. Langkah-langkah analisis data hasil tes dilakukan ialah: (1) menganalisis dan memberikan skor hasil tes siswa sesuai dengan pedoman penskoran tes yang telah disusun, serta menentukan tingkat skor hasil tes yang mengacu pada penskoran skala 5 dalam Referensi [11], (2) mendeskripsikan dan menginterpretasi kemampuan komunikasi matematika subjek melalui paparan data hasil tes dan transkrip wawancara, (3) menentukan dan mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematika yang mengacu pada pedoman pengkategorian kemampuan komunikasi matematika pada setiap indikator, (4) menentukan kategori kemampuan komunikasi matematika berdasarkan ketercapaian indikator kemampuan komunikasi matematika. Data yang diperoleh dari wawancara dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa secara lisan yang meliputi beberapa tahap yaitu transkripsi data, validasi data, reduksi, data serta penyajian data. Dalam memenuhi keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu membandingkan data yang diperoleh dari informan/subjek penelitian dalam hal ini membandingkan data dari dua informan/subjek pada masing-masing gaya belajar dan selanjutnya dideskripsikan. Adapun triangulasi teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu membandingkan data yang diperoleh dari tes yang diberikan dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan. HASIL PENELITIAN a. Hasil Penggolongan Gaya Belajar dan Pemilihan Subjek. Berdasarkan hasil analisis angket diperoleh bahwa gaya belajar siswa kelas X SMA Negeri 6 Wajo terbagi dalam berbagai jenis gaya belajar. 12 orang siswa memiliki gaya belajar visual, 4 orang siswa memiliki gaya belajar auditorial, 9 orang siswa memiliki gaya belajar kinestetik, dan juga terdapat siswa yang memiliki gaya belajar kombinasi visual dan kinestetik sebanyak 7 orang. Berdasarkan hasil penggolongan gaya belajar tersebut, dipilih siswa sebagai subjek penelitian sebanyak 6 orang siswa dengan kode S07V1 dan S26V2 mewakili gaya belajar visual, siswa dengan kode A03A1 dan E12A2 mewakili gaya belajar auditorial, serta siswa dengan kode R23K1 dan F14K2 mewakili gaya belajar kinestetik. b. Hasil Tes dan Analisis Statistik Deskriptif. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan, diperoleh bahwa hasil tes siswa kelas X berada pada kategori sangat tinggi dengan skor rata-rata sebesar 80,93. Hasil tes siswa dengan gaya belajar visual berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata sebesar 79,93. Siswa dengan gaya belajar auditorial memperoleh hasil tes yang berada pada kategori sangat tinggi dengan skor rata-rata sebesar 88. Sedangkan hasil tes siswa dengan gaya belajar kinestetik berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata sebesar 79,75. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil tes siswa dengan gaya belajar auditorial lebih tinggi dibanding hasil tes siswa dengan gaya belajar visual dan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Hasil tes siswa dengan gaya belajar visual lebih tinggi dari hasil tes siswa dengan gaya belajar kinestetik tetapi dengan perbedaan skor rata-rata yang tidak jauh berbeda. Halaman [530]

c. Kemampuan Komunikasi Matematika Subjek dengan Gaya Belajar Visual dan Interpretasi. Subjek pertama dengan gaya belajar visual (subjek B07V1) memiliki kemampuan komunikasi matematika yang sangat baik dalam indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi, dan simbol matematika dalam menyajikan ide matematika dan indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri. Subjek ini juga memiliki baik pada indikator mengekspresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan dan indikator menarik kesimpulan dari pernyataan matematika. Akan tetapi, memiliki kemampuan komunikasi matematika yang kurang pada indikator menyatakan ide-ide atau permasalahan grafik, diagram atau tabel. Subjek kedua dengan gaya belajar visual (subjek S26V2) memiliki kemampuan komunikasi matematika yang sangat baik pada indikator mengekspresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan. Subjek kedua juga memiliki kemampuan komunikasi matematika yang sangat baik pada indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi, dan simbol matematika dalam menyajikan ide matematika dan indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri. Serta memiliki kemampuan komunikasi matematika yang baik pada indikator menyatakan ide-ide atau permasalahan matematika secara visual dalam bentuk grafik, diagram atau tabel dan pernyataan matematika. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa subjek dengan gaya belajar visual mampu mencapai empat indikator kemampuan komunikasi matematika. Kemampuan tersebut mencakup indikator matematika, indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri, serta pernyataan matematika. d. Kemampuan Komunikasi Matematika Subjek dengan Gaya Belajar Auditorial dan Interpretasi. Subjek pertama dengan gaya belajar auditorial (subjek A03A1) memiliki sangat baik pada setiap indikator kemampuan komunikasi matematika. Sedangkan subjek kedua dengan gaya belajar auditorial (subjek E12A2) memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik pada indikator mengekspresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan, indikator menyatakan ide-ide atau permasalahan matematika secara visual dalam bentuk grafik, diagram atau tabel, indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi dan simbol matematika dalam menyajikan ide matematika dan pada pernyataan matematika. Serta kemampuan komunikasi matematika yang baik pada indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa subjek dengan gaya belajar auditorial mampu mencapai lima indikator kemampuan komunikasi matematika yaitu indikator mengekspresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan, indikator menyajikan ide-ide atau permasalahan matematika secara visual dalam bentuk grafik, diagram atau tabel, indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi dan simbol matematika dalam meyajikan ide matematika, indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri serta indikator menarik kesimpulan dari pernyataan matematika. e. Kemampuan Komunikasi Matematika Subjek dengan Gaya Belajar Kinestetik dan Interpretasi Subjek pertama dengan gaya belajar kinestetik (subjek R23K1) memiliki Halaman [531]

sangat baik pada indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi, dan simbol matematika dalam menyajikan ide matematika. Subjek juga memiliki baik pada indikator mengekspresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan. Subjek memiliki kemampuan komunikasi matematika yang cukup pada indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri dan pada pernyataan matematika dan memiliki kurang pada indikator menyatakan ide-ide atau permasalahan matematika secara visual dalam bentuk grafik, diagram atau tabel. Subjek kedua dengan gaya belajar kinestetik (subjek F14K2) memiliki sangat baik pada indikator mengekspresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan dan indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi dan simbol matematika dalam menyajikan ide matematika. Subjek juga memiliki baik pada indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri. Subjek memiliki kemampuan komunikasi matematika yang cukup pada indikator menyatakan ide-ide atau permasalahan grafik, diagram atau tabel dan pada indikator menarik kesimpulan dari pernyataan matematika. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa subjek dengan gaya belajar visual mampu mencapai tiga indikator kemampuan komunikasi matematika yaitu yaitu indikator matematika serta indikator menarik kesimpulan dari pernyataan matematika KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh bahwa hasil belajar siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik memiliki perbedaan. Hasil tes siswa dengan gaya belajar auditorial lebih tinggi dibanding hasil tes siswa dengan gaya belajar visual, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Hasil tes siswa dengan gaya belajar visual lebih tinggi dari hasil tes siswa dengan gaya belajar kinestetik tetapi dengan perbedaan skor rata-rata yang tidak jauh berbeda. Subjek yang memiliki gaya belajar visual mampu dalam empat indikator kemampuan komunikasi matematika, yaitu indikator matematika, indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri serta pernyataan matematika. Subjek yang memiliki gaya belajar auditorial mampu dalam lima indikator kemampuan komunikasi matematika, yaitu indikator menyatakan ide-ide atau permasalahan grafik, diagram atau tabel, indikator matematika, indikator menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri serta pernyataan matematika. Subjek yang memiliki gaya belajar kinestetik mampu dalam tiga indikator kemampuan komunikasi matematika yaitu indikator menggunakan istilah, notasi dan simbol matematika dalam meyajikan ide matematika serta indikator menarik kesimpulan dari pernyataan matematika Halaman [532]

DAFTAR PUSTAKA [1]. BSNP. 2006. Permendiknas RI No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. [2]. NCTM. 2010. Principles and Standards for School Mathematics. http://www.nctm.org/standards-and- Positions/Principles-and-Standards/ Principles,-Standards,-and- Expectations/. Diakses pada 28 Oktober 2016. [3]. Gordah, E.K. & Nurmaningsih. 2015. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa pada Materi Kuliah Geometri Analitik di Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Pontianak. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol. 4 (2). [8]. DePorter, B. 2005. Quantum Teaching Mempratikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa. [9]. Moleong, L.J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. [10]. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta. [11]. Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. [4]. Husna., Ikhsan, M., dan Fatima, S. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang. Vol. 1 (2). [5]. Umar, W. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1 (1). http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/ index.php/infinity/article/view/2/1 diakses pada 19 September 2016. [6]. Prashign, B. 2007. The Power of Learning Styles: Memicu Anak Melejitkan Prestasi dengan Mengenali Gaya Belajarnya, Terj. Nina Fauziah, Bandung: Kaifa. [7]. Qohar, A. 2007. Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematika untuk Siswa SMP. Lomba dan Seminar Matematika XIX. ISBN 978-979-17763-3-2. Halaman [533]