BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah, seperti kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid dan trigliserida. Kelainan komponen lemak yang utama meliputi peningkatan kadar kolesterol total dan Low-density lipoproteincholesterol (LDL-C) (disebut hiperkolesterolemia), peningkatan kadar trigliserida (disebut hipertrigliseridemia), serta penurunan kadar Highdensity lipoprotein-cholesterol (HDL-C) (Almatsier, 2004). Menurut Tóth et al. (2012), diperkirakan 53% orang dewasa di Amerika Serikat memiliki abnormalitas lipid; 27% memiliki kadar LDL-C yang tinggi 23% memiliki kadar HDL-C yang tinggi dan 30% memiliki kadar trigliserida yang tinggi. Menurut penelitian Sudijanto Kamso et al. (2004), kasus dislipidemia berat di Indonesia dengan kadar kolesterol total 240 mg/dl paling banyak ditemukan di Jakarta dan Padang (>56%) sementara di kota besar lainnya seperti Bandung dan Yogyakarta mencapai 52.2% dan 27.7%. 1
2 Dislipidemia sendiri merupakan faktor risiko untuk terjadinya steatosis hati yang bila tidak ditangani dapat berkembang menjadi sirosis hati (Chalasani et al., 2012). Steatosis hati termasuk dalam kelompok nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD). Selain itu, risiko penyakit kardiovaskular di antara subyek dengan NAFLD juga meningkat (Gaggini et al., 2013). Menurut Gaggini et al. (2013), prevalensi NAFLD di antara orang dewasa Amerika Serikat dan negara Barat lainnya diperkirakan sekitar 30%. Menurut Gaggini et al. (2013), prevalensi NAFLD lebih tinggi di antara subyek dengan obesitas dan juga di pasien dengan diabetes tipe 2 yaitu 57% di subyek dengan obesitas, 70% di subyek dengan diabetes dan 90% di subyek dengan obesitas berat. Terapi yang digunakan pada dislipidemia adalah obat golongan statin, salah satunya simvastatin. Obat ini menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril-koenzim A (HMG-KoA) reduktase di jalur biosintesis kolesterol sehingga dapat menurunkan kolesterol dan LDL. Namun, pengobatan jangka panjang dengan simvastatin memiliki berbagai efek samping. Oleh karena itu, pengobatan alternatif lain yang efek sampingnya lebih rendah akan berguna, salah satunya adalah meniran.
3 Meniran (Phyllanthus niruri) mengandung berbagai senyawa seperti flavonoid, lignin, tannin, alkaloid, saponin dan terpenoid (Murugaiyah, 2008). Kini meniran diketahui memiliki efek anti-tumor (Jia L et al., 2013), anti-diabetik (Okoli et al., 2011) dan hepatoprotektif (Ho WY et al., 2012). Salah satu ekstrak meniran yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan lipid adalah tanin, saponin, alkaloid (Samali et al., 2012; Reddy et al., 2009). Flavonoid dan asam elagiat juga dapat meningkatkan metabolisme kolesterol menjadi asam empedu sehingga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Sudheesh et al., 1999; Sudheesh et al., 1997). Penelitian Khanna et al. (2002) menemukan bahwa herba meniran (Phyllantus niruri L.) mampu menurunkan kadar very low-density lipoprotein (VLDL) dan lowdensity lipoprotein (LDL) darah tikus putih dalam dosis 250 mg/kg BB pada tikus yang secara bersamaan diberi pakan kolesterol (25 mg/kg BB). Hasil penelitian Okoli et al. (2010) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol herba meniran (Phyllantus niruri L.) secara kronis dalam dosis 200 dan 400 mg/kg BB pada tikus diabetik dapat menurunkan kadar kolesterol total secara signifikan. Namun, penelitian-penelitian ini tidak
4 membandingkan efek ekstrak herba meniran dengan simvastatin pada steatosis hati secara histologis. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti perbedaan profil histopatologis hati pada tikus setelah diberi meniran kemudian dibandingkan dengan setelah diberi terapi standard, yaitu simvastatin. I.2 Perumusan Masalah 1. Apakah pemberian ekstrak meniran dapat menurunkan kejadian steatosis hati pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang mengalami dislipidemia? 2. Apakah ekstrak meniran lebih berpotensi dibandingkan dengan simvastatin dalam menurunkan kejadian steatosis hati di tikus putih (Rattus norvegicus) yang mengalami dislipidemia? I.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui efek ekstrak meniran pada steatosis hati. 2. Membandingkan efek ekstrak Phyllanthus niruri dengan simvastatin dalam menurunkan kejadian steatosis hati. I.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah tentang peran dan manfaat Phyllanthus niruri sebagai tanaman yang mampu memperbaiki steatosis hati yang sudah terjadi. Penelitian ini bersifat
5 eksperimental pada hewan coba, sehingga diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi dan landasan bagi penelitian selanjutnya, terutama uji pre-klinik dan klinik, serta dapat menjadi obat alternatif yang memiliki manfaat setara dengan simvastatin tenamun dengan efek samping lebih rendah dan harga yang lebih murah. I.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia dan di berbagai negara adalah sebagai berikut: Peneliti Tahun Penelitian Khana et al. 2002 Meneliti pemberian ekstrak P. niruri di tikus yang juga diberi pakan kolesterol terhadap kadar VLDL dan LDL tikus Chodidjah et al. 2007 Meneliti pengaruh pemberian air rebusan meniran (Phyllantus niruri Linn) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus wistar yang terinduksi CCl 4 Latha et. al 2010 Meneliti variasi profil lipid, perubahan histopatologis hati
6 dan aktivitas enzim hati dalam plasma. Ekstrak daun P. niruri ditemukan dapat melindungi hati tikus Wistar terhadap hiperlipidemia yang diinduksi dengan alkohol dan minyak bunga matahari yang dipanaskan (ΔPUFA) Kahono 2010 Meneliti pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L.) terhadap kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini berbeda dari penelitian Lhata et al. (2010) dan Chodidjah et al. (2007) yang memberi perlakuan dari awal tanpa periode induksi dan tidak menggunakan pakan ADII + lemak babi 10% untuk induksi hiperlipidemia. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Khana et al. (2002) dan Kahono (2010) yang tidak meneliti efek meniran pada histopatologi hati.