HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

dokumen-dokumen yang mirip
KOSALA JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR PADA MAHASISWA TINGKAT II DI AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA SURAKARTA. Abstract

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN TERJADINYA KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA KRISTEN 1 TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PAUD DENGAN KEIKUTSERTAAN ANAK PADA PAUD DI DESA KARANGBANGUN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh : Ratna Indriati 1,Wiga Ami Widyanto 2,Anindya Dwi Pratiwi 3. Abstrak

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERSEDIAAN SUMBER ATAU FASILITAS DENGAN

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

KARYA TULIS ILMIAH. PERILAKU REMAJA PUTRI DALAM PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI Di Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak Kabupaten Ponorogo

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja Putri tentang Flour Albus di SMP Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 15 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERMAINAN EDUKATIF DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PADA IBU-IBU DESA PEPE KELURAHAN LANGENHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH DENGAN POLA KONSUMSI AIR MINUM PADA MAHASISWA TINGKAT I AKPER PANTI KOSALA SURAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

INTISARI PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI SMK FARMASI ISFI BANJARMASIN FARMASI YANG MENGALAMI KEPUTIHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG AKDR DENGAN MINAT SKRINING KANKER SERVIKS ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI DESA BRAJAN MOJOSONGO BOYOLALI. Abstract

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAP SIDOKERTO KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMK NUSA BHAKTI KOTA SEMARANG

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN VAGINAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PATOLOGIS PADA SISWI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) MODEL 1 MANADO

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PERAWATAN VULVA HYGIENE PADA WANITA DI LAPAS SEMARANG TAHUN 2014

Oleh : Endang Dwi Ningsih 1, Tunjung Sri Yulianti 2 Staf Pengajar Akademi Keperawatan Panti Kosala Surakarta. Abstract

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE (GENITALIA) REMAJA PUTRI DALAM MENCEGAH KEPUTIHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE OF FEMALE TEENAGERSON REPRODUCTIVE HEALTH AND THE INCIDENCE OF FLUOR ALBUS AT SMPN 2 BANGLI BALI

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN DENGAN PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI PADA RMAJA PUTRI DI SMP NEGERI SATAP BUKIT ASRI KABUPATEN BUTON TAHUN

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PERILAKU SADARI

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE DI DESA NGABEYAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI Oleh : Ratna Indriati 1 Endang Dwi Ningsih 2 Eni Novita Sari 3 Abstract The background One problem adolescent reproductive health, especially of ladies often complained is whitish.one factor affecting the whiteness is the lack of knowledge about clean genetalia who holds an important role in preventing infection can cause a whitish.at the beginning the research gained 10 students performed interview seven students know about cleaning genetalia and three other students lack knowledge about clean genetalia.of 10 students are known 4 students ever had that experience whitish and most of them are students who lack knowledge about clean genetalia. The aim of this research is to find the knowledge about clean genetalia relations with whitish in the students of class XI IPA at SMA 1 Tawangsari. The design of the correlation with a method of cross sectional. Responden is 92 students of class XIIPA in SMA 1 tawangsari with a random sample taking a simple sampling.data obtained by this method a questionnaire to know the level of knowledge about clean genetalia and the whiteness of the respondents.which have collected data and analysis by the chi square with p =0.05 The results show the high level of as many as 81 people ( 88,04 % ) and medium category 11 people ( 11,96 % ), whiteness category is 38 people ( 41,3 % ), and not to whiteness 54 people ( 58,7 % ).Analysis of the results obtained using chi square p = 0.004 so p < 0.05, and value which means Ho rejected and Ha accepted. The Conclusion of the research was there is relationship of the knowledge about clean genetalia with whitish in the students of class XI IPA at SMA 1 Tawangsari. Keywords: Level of Knowledge, Health genetalia, whitish PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan. (Kusmiran, 2012) Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja khususnya wanita, yang sering dikeluhkan adalah keputihan. Sering kali keputihan dapat mengganggu hingga menyebabkan ketidak nyamanan dalam aktifitas seharihari. (Pudiastuti, 2010) Sebanyak 75% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan sekali dalam hidupnya. Data poli kebidanan RSUD A. Yani Metro bulan Januari-April tahun 2008 terdapat 39 kasus keputihan. Remaja putri merupakan salah satu bagian dari populasi yang berisiko terkena keputihan dan perlu 7

perhatian khusus. Salah satu faktor yang memegang peranan penting untuk menghindari terjadinya infeksi yang dapat menyebabkan keputihan adalah dengan melakukan personal hygiene terutama dengan membersihkan area genetalia eksterna. (Yuliawati dan Katharini, 2009) Untuk bisa melakukan perawatan genetalia dengan benar maka diperlukan pemahaman yang benar tentang perawatan genetalia. Menurut Notoatmodjo (2011), domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang adalah pengetahuan. Dari hasil wawancara terhadap 10 siswi di SMA Negeri 1 Tawangsari didapatkan bahwa 7 siswi mengetahui tentang kebersihan genetalia dan 3 siswi lainnya kurang mengetahui tentang kebersihan genetalia. Dari 10 siswi tersebut diketahui 4 siswi yang pernah mengalami keputihan dan kebanyakan yang mengalami keputihan adalah siswi yang kurang mengetahui tentang kebersihan genetalia. Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kebersihan Genetalia Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari METODE PENELITIAN Pada penelitian ini peneliti menggunakan rancangan penelitian korelasi dengan pendekatan metode cross sectional. Penelitian korelasi bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. (Hidayat, 2008) Dalam rancangan penelitian ini peneliti melibatkan dua variabel, yaitu tingkat pengetahuan siswi SMA kelas XI IPA tentang kebersihan genetalia sebagai variabel bebas dan keputihan sebagai variabel terikat. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari sejumlah 120 orang, dengan jumlah sampel 92 orang yang ditentukan berdasarkan rumus: n = n = n = n = 92. Keterangan : n : Jumlah sampel N: Besarnya populasi e : Tingkat penyimpangan yang diinginkan Tehnik sampling penelitian yang digunakan adalah simple random sampling dengan sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu siswi SMA kelas XI IPA yang bersedia menjadi responden dan kriteria eksklusi yaitu siswi yang sedang dalam pengobatan Ca serviks dan infeksi organ genetalia. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan pada tanggal 7 Januari 2014 di SMA Negeri 1 Tawangsari dengan jumlah responden sebanyak 92 siswi kelas XI IPA. Penelitian dilakukan di kelas XI IPA yang terdiri dari 5 kelas dengan metode pengumpulan data survei menggunakan kuesioner atau angket. 1. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan Variabel tingkat pengetahuan terbagi dalam tiga kategori yaitu tingkat pengetahuan tinggi, tingkat pengetahuan sedang dan tingkat pengetahuan rendah. 8

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, dari 92 responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 81 orang (88,04%), responden dengan tingkat pengetahuan sedang adalah 11 orang (11,96%) dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah (0%). Hasil analisa univariat didapatkan nilai mean 17,21 yang menunjukkan secara umum tingkat pengetahuan responden berada pada kategori tingkat pengetahuan tinggi, dengan median 18,00 dan modus 18,00 pada tingkat pengetahuan tinggi. 2. Distribusi frekuensi kejadian keputihan Variabel kejadian keputihan terbagi dalam dua kategori yaitu tidak mengalami keputihan dan mengalami keputihan. Berdasarkan hasil penelitian, dari 92 responden menunjukkan lebih banyak responden yang tidak mengalami keputihan yaitu 54 orang (58,7%) dibandingkan dengan responden yang mengalami keputihan yaitu 38 orang (41,3%). 3. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan genetalia dengan kejadian keputihan Dari hasil uji Chi-Square program SPSS versi 18.0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh p sebesar 0.004 sehingga nilai p < 0.05, yang berarti H o ditolak dan H a diterima sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan genetalia dengan kejadian keputihan pada siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari. PEMBAHASAN 1. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Fitriani, 2011) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). (Notoatmodjo, 2011) Tingkat pengetahuan siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari tentang kebersihan genetalia meliputi pengertian dan cara pemeliharaannya. Dengan menggunakan tes kognitif berupa kuesioner didapatkan hasil responden dengan tingkat pengetahuan tinggi dengan skor 14-20 sebanyak 81 orang (88,04%), tingkat pengetahuan sedang dengan skor 7-13 sebanyak 11 orang (11,96%) dan tingkat pengetahuan rendah dengan skor 0-6 tidak ada, hal ini berarti tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah (0%). Sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 81 orang (88,04%). Demikian pula dari hasil uji statistik tingkat pengetahuan tentang kebersihan genetalia pada siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari menunjukkan bahwa hasil ratarata (mean) 17,21, nilai tengah (median) 18,00 dan nilai yang paling banyak muncul (modus) 18. Sehingga dapat diketahui bahwa mean, median dan modus tingkat pengetahuan responden berada pada kategori tingkat pengetahuan tinggi. Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal 9

yaitu pendidikan yang diterima baik dari lingkungan sekolah maupun keluarga, melalui berbagai media informasi seperti buku, internet serta pengalaman dan usia yang semakin bertambah juga mempengaruhi pola pikir yang semakin berkembang dengan bertambahnya pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Erfandi (2009), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah pendidikan, media, lingkungan, pengalaman, usia, sosial budaya dan ekonomi. Dalam penelitian ini sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai kebersihan genetalia, hal ini dimungkinkan karena pendidikan responden pada tingkat SMA yaitu kelas XI yang didukung dengan pembelajaran di program studi IPA khususnya mata ajar biologi, responden mendapatkan materi tentang organ reproduksi beserta dengan fungsinya. Dengan mengetahui fungsi dari organ reproduksi maka dapat mempengaruhi siswi untuk berusaha atau mencari tahu bagaimana cara menjaga kebersihan organ genetalia. Untuk memenuhi rasa keingin tahuannya responden bisa menggunakan berbagai media informasi seperti membaca buku, browsing internet serta pengalaman-pengalaman yang didapat dari lingkungan sekolah maupun keluarga sehingga tingkat pengetahuan responden tentang kebersihan genetalia berada pada kategori tinggi. 2. Keputihan Keputihan (flour albus) merupakan gejala keluarnya getah atau cairan vagina yang berlebihan. Penyebab kebanyakan dari keputihan adalah infeksi, baik di vagina (vaginitis) maupun di leher rahim (cervisitis). (Pudiastuti, 2010) Sedangkan menurut Kusmiran (2012), keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak serta disertai rasa gatal setempat. Kejadian keputihan yang dialami oleh siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari dengan 92 responden menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang tidak mengalami keputihan yaitu 54 orang (58,7%) dibanding dengan responden yang mengalami keputihan yaitu 38 orang (41,3%). Demikian juga dari hasil uji stastistik untuk kejadian keputihan menunjukan bahwa modus adalah 2 yang berarti kejadian yang paling sering muncul adalah kategori tidak mengalami keputihan. Seseorang dapat mengalami keputihan bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor hormonal, adanya infeksi di organ genetalia dan penggunaan alat kontrasepsi khususnya IUD (Intra Uterine Device). Untuk faktor infeksi sebagai salah satu penyebab dari keputihan, bisa dialami oleh siswi SMA apabila tidak menjaga kebersihan genetalia. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kusmiran (2012), bahwa keputihan yang abnormal bisa disebabkan oleh infeksi atau peradangan yang terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis dan adanya benda asing dalam vagina. 10

Responden dalam penelitian ini lebih banyak yang tidak mengalami keputihan, hal ini mungkin disebabkan perilaku responden dalam menjaga kebersihan genetalia sudah sesuai dengan cara memelihara organ reproduksi, karena dilihat dari jawaban responden mengenai penggunaan celana dalam dari bahan katun ada 95,65% responden membenarkan tindakan tersebut, seluruh responden (100%) membenarkan juga bahwa membersihkan genetalia sesudah buang air besar dan kecil dapat mencegah infeksi dan ada 66,3% responden membenarkan bahwa cara membasuh alat genetalia yang benar dari depan ke belakang. 3. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan genetalia dengan keputihan Dari hasil uji Chi-Square program SPSS versi 18.0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh p sebesar 0.004 sehingga nilai p < 0.05, yang berarti H o ditolak dan H a diterima sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan genetalia dengan kejadian keputihan pada siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari.Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan responden tentang kebersihan genetalia maka semakin rendah tingkat kejadian keputihan dan sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan tentang kebersihan genetalia maka semakin banyak tingkat kejadian keputihan. Hal tersebut dapat terjadi karena responden yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang kebersihan genetalia memungkinkan akan bersikap untuk menjaga dan memelihara organ reproduksi dalam bentuk tindakan sehari-hari melakukan kebersihan genetalia. Hal ini sesuai dengan proses adopsi perilaku yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), bahwa proses adopsi perilaku dimulai dari seseorang menyadari arti dari sebuah stimulus (objek), mulai tertarik kepada stimulus dan mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, lalu mulai mencoba perilaku baru dan akhirnya berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Hasil penelitian ini juga telah dibuktikan oleh Suminar (2010), pada penelitiannya yang berjudul Hubungan antara Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Sumber atau Fasilitas dengan Perilaku Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Organ Genetalia untuk Mencegah Keputihan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan ketersediaan sumber atau fasilitas dengan perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah keputihan (p value 0,05). Demikian juga pada responden dalam penelitian ini, dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang kebersihan genetalia maka memungkinkan responden untuk berperilaku menjaga kebersihan genetalia sehingga tidak mengalami keputihan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kebersihan Genetalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA kelas XI 11

IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari dapat diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Sebagian besar siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 81 orang (88,04%). 2. Lebih banyak responden yang tidak mengalami keputihan yaitu 54 orang (58,7%) dibanding dengan responden yang mengalami keputihan yaitu 38 orang (41,3%). 3. Dari hasil uji Chi-Square program SPSS versi 18.0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh p sebesar 0.004 sehingga nilai p < 0.05, yang berarti H o ditolak dan H a diterima sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan genetalia dengan kejadian keputihan pada siswi SMA kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tawangsari. SARAN 1. Bagi Siswi Agar lebih meningkatkan lagi pengetahuan tentang bagaimana menjaga kebersihan genetalia untuk mencegah kejadian keputihan. 2. Bagi Sekolah Untuk tetap memberikan materi tentang kesehatan reproduksi dan pentingnya menjaga kebersihan genetalia kepada siswa SMA agar terhindar dari kejadian keputihan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Setelah melihat hasil penelitian ini, peneliti berharap agar pihak Akademi dapat mendalami bahan kajian dalam pengajaran mata kuliah keperawatan maternitas terkait dengan kejadian keputihan pada wanita. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kebersihan genetalia dan kejadian keputihan sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Fitriani, Sinta. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Hidayat A. Azis Alimul.Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika, 2008. Kusmiran, Eny. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika, 2012. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Pudiastuti, Ratna Dewi. Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta: PT Indeks, 2010. Handoko. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama, 2009. 1 2 3 Dosen AKPER Panti Kosala Surakarta Dosen AKPER Panti Kosala Surakarta Mahasiswa AKPER Panti Kosala Surakarta 12