BAB I PENDAHULUAN. tiga macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

PELAKSANAAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. (Studi di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Bayuwangi) PENULISAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

RAKA PRAMUDYA BEKTI

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

A B S T R A K S I PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KPI KOPINDO MULTI FINANCE SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing, mendorong pelaku bisnis jasa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

Imma Indra Dewi Windajani

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (STUDI KASUS DI PT. CITRA MANDIRI MULTI FINANCE SEMARANG) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Mengenai kebutuhan manusia dimaksud dapat digolongkan tiga macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus diutamakan pemenuhannya setiap hari dan manusia tidak mungkin dapat mengelaknya. Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan sekunder yang tingkatnya tidak harus dipenuhi setiap hari tetapi manusia perlu memenuhinya. Kemudian kebutuhan tersier merupakan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi cenderung ke arah kemewahan dan biayanya juga mahal. Dengan menghadapi kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia selalu berkeinginan memenuhi seluruhnya karena mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Manusia yang keberadaannya di tengah-tengah masyarakat selalu ingin mempertahankan hidupnya. Untuk itu, mereka harus bekerja atau berusaha supaya memperoleh penghasilan. Penghasilan ini merupakan sebuah modal penting dalam hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut diatas, harus mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluran. Karena seiring berjalannya waktu harga barang-barang selalu mengalami kenaikan. Untuk memenuhi kebutuhan 1 Gatot Supramono.2013.Perjanjian Utang Piutang.Jakarta.Kencana Prenada Media Group.hal 1 1

tersebut, yang banyak terjadi adalah masyarakat tidak membeli barang secara tunai melainkan secara cicilan atau kredit. Di lain pihak, produsen atau pedagang juga menawarkan barang-barang secara kredit bagi konsumen, cara ini tampaknya lebih menguntungkan, karena segera dapat memiliki, dan menikmati barang cicilan yang cukup terjangkau. Oleh karena itu, pada prinsipnya dalam kehidupan seseorang maupun perusahaan tidak terlepas dari transaksi pinjam meminjam, yang dilatarbelakangi untuk pemenuhan suatu kebutuhan. 2 Perkembangan sektor hukum bisnis yang begitu cepat seiring dengan perkembangan zaman sering kali menimbulkan berbagai masalah. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, akan tetapi tidak dapat memiliki kemampuan untuk mengusahakan dana tersebut, dan di sisi lain ada kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan untuk berusaha namun terhambat pada kendala karena hanya memiliki sedikit dana atau tidak dapat memiliki sama sekali. Maka untuk mempertemukan keduanya diperlukan perantara yang akan bertindak selaku kreditur yang akan menyediakan dana bagi debitur yang memerlukan dana. Dari hal inilah kemudian timbul perjanjian utang piutang, atau pemberian kredit. Perjanjian utang piutang termasuk jenis perjanjian pinjam meminjam hal ini sebagaimana diatur dalam Bab ke Tiga Belas Buku ke Tiga KUHPerdata. Dalam pasal 1754 KUHPerdata menyebutkan bahwa pinjam meminjam adalah persetujuan 2 ibid.hal2 2

dengan mana pihak yang satu memberikan pihak yang lain sesuatu jumlah tentang barang-barang atau uang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat pihak yang belakangan ini akan mengembalikan dengan jumlah yang sama dari macam dengan keadaan yang sama pula. 3 Peminjaman tersebut dilakukan dalam kegiatan perbankan melalui bentuk peminjaman, akan tetapi karena lembaga perbankan memerlukan jaminan yang kadang kala tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat yang bersangkutan dan juga banyaknya persyaratan lain, maka diperlukan upaya lain untuk memperoleh barang modal yang prosesnya mudah. Upaya lain tersebut dapat dilakukan dengan melalui suatu jenis badan usaha yang disebut lembaga pembiayaan. Seiring perkembangan ekonomi yang meningkat baik nasional maupun global yang diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kemudahan dalam segala hal, sehingga mendukung tumbuh kembangnya perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan atau finance. Objek perjanjian pinjam meminjam dalam pasal 1754 KUHPerdata tersebut berupa barang-barang yang habis karena pemakaian. Uang yang fungsinya sebagai alat tukar, akan habis karena dipakai berbelanja. Oleh karena itu sangat jelas utang piutang termasuk oerjanjian pinjam meminjam. Kemudian lebih jelas lagi secara yuridis pasal 1756 KUHPerdata 3 Ibid.hal.9 3

mengatur tentang utang yang terjadi karena peminjaman uang diatur dalam Bab ke Tiga Belas KUHPerdata yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan perjanjian pinjam meminjam. Lembaga pembiayaan sebagai suatu badan usaha memiliki produk-produk usaha yang ditujukan untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan selain dengan cara tunai. Produk-produk usaha tersebut antara lain adalah sewa guna usaha (leasing), modal ventura (venture capital), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer finance), kartu kredit (credit card), dan perdagangan surat berharga (securities company). Produk-produk usaha ini akan memudahkan masyarakat untuk memnuhi kebutuhan pribadinya, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan akan kendaraan pribadi, salah satu produk yang paling sering digunakan adalah pembiayaan konsumen. Perjanjian yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan dengan debitur bermula dari kesepakatan untuk melakukan perjanjian tang piutang yaitu perjanjian pembiayaan konsumen (perjanjian pokok). Suatu perjanjian disebut dengan perjanjian dasar atau perjanjian pokok, jika perjanjian tersebut merupakan suatu perjanjian yang berdiri sendiri, dan tidaklah memiliki ketergantungan, baik dalam bentuk pelaksanaan maupun keabsahannya dengan perjanjian lain. Pernjanjian dasar ini adakalanya diikuti dengan perjanjian assesoir atau perjanjian ikutan, yang pelaksanaannya digantungkan pada suatu syarat atau kondisi sebagaimana ditentukan dalam perjanjian dasar tersebut. Dari perjanjian pembiayaan konsumen antara perusahaan 4

pembiaayan dengan debitur kemudian timbul perjanjian fidusia yang merupakan perjanjian tambahan (accesoir). 4 Dalam praktek perjanjian pembiayaan konsumen menggunankan perjanjian baku dan standar, yaitu dituangkan dalam bentuk formulir (legal document). Dari segi biaya dan waktu bentuk perjanjian ini memang lebih hemat, tetapi apabila diamati perjanjian ini akan menguntang pihak kreditur karena isi perjanjiannya ditentukan sepihak, sehingga dalam keadaan demikian pemohon hanya bersikap pasif yaitu tinggal menyatakan menerima atau menolak isi dari perjanjian pembiayaan konsumen tersebut.. Kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat dalam dunia usaha atas tersedianya dana maka perlu diimbangi dengan adanya ketentuan yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga jaminan. Jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan juga memerlukan peraturan perundang-undangan yang lengkap dan komperhensif sehingga dapat memenuhi kebutuhan hukum yang lebih mengacu perkembangan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan dalam jaminan fidusia. Sejak tahun 1999 dibentuk Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia 4 Gunawan Widjaja.2000.Jaminan Fidusia.Jakarta.Raja Grafindo Persada.hal.137 5

merupakan bentuk realisasi peraturan pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang berkepentingan dengan jaminan fidusia. Diharapkan dengan adanya Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, para pihak yang berkepentingan dalam jaminan fidusia lebih memiliki kepastian hukum. Selain Undang-undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang mengatur tentang pelaksanaan jaminan fidusia, Menteri Keuangan telah menetapkan peraturan terkait pembiayaan kendaraan kendaraan bermotor yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomer 130/PMK.010/2012 itu mengatur tentang pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumenuntuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia. Dalam suatu perjanjian adakalanya terdapat debitur yang tidak memenuhi prestasinya atau wanprestasi. Begitu pula perjanjian fidusia, apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada penerima fidusia, walaupun mereka telah diberikan somasi atau peringatan maka penerima fidusia dapat melakukan eksekusi fidusia, dengan melakukan penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hal tersebut diatur dalam pasal 29 Undang-Undang Nomer 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Hal ini merupakan salah satu ciri dari 6

jaminan kebendaan yaitu adanya kemudahan dalam pelaksaan eskekusinya apabila pihak pemberi fidusia cidera janji. Dalam akta fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dicantumkan kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Sehingga akta fidusia memiliki kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, jadi berdasarkan title eksekutorial ini penerima fidusia dapat langsung melaksanakan eksekusi melalui pelelangan umum atas objek jaminan fidusia tanpa melalui pengadilan yang bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan keputusan tersebut. Dalam hal apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji maka akan dilakukan eksekusi terhadap objek jaminan oleh penerima fidusia hal tersebut sesuai dengan pasal 29 Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999, tetapi tidak lepas dari aturan yang telah diatur dalam undang-undang nomer 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia. Dalam hal eksekusi yaitu apabila melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia, hal tersebut diatur dalam pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomer 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. PT WOM Finance adalah salah satu perusahaan pembiayaan yang ada di Indonesia. Yang merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen terutama untuk produk-produk otomotif. Sebagai perusahaan pembiayaan, seperti halnya perusahaan pembiayaan lainnya, PT. WOM Finance 7

melakukan perjanjian dengan debitur dengan penyerahan hak milik benda jaminan debitur atas dasar kepercayaan. Dalam perjanjian tersebut terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh debitur, selain itu ada pasal-pasal yang harus dipatuhi oleh debitur yang terterah dalam Ketentuan dan Syarat Pembiayaan Dalam hal ini penulis memilih tempat PT. WOM Finance cabang Kabupaten Banyuwangi sebagai studi penelitian tentang bagaiamana pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia apabila debitur atau pemberi fidusia wanprestasi dan bagaiamana hak-hak dari debitur Jika dalam hal kelalaian/cidera janji/wanprestasi diberlakukan hal-hal tersebut yang telah dijelaskan diatas. Alasan penulis memilih PT. WOM Finance sebagai tempat penelitian karena dalam prakteknya khusussnya dalam hal pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia tidak sesuai dengan Undang-Undang yang terkait yaitu Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, khusunya dalam hal hak-hak debitur pada saat eksekusi. Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang jaminan Fidusia merupakan Undang-Undang utntuk mengatur ketentuan mengenai fidusia, sehingga diharapkan dengan adanya undang-undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dapat menjamin kepastian hukum serta perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yakni pihak debitur dan kreditur dan kedua belah pihak yang berkepentingan diharapkan melaksanakan perjanjian tersebut sesuai dengan undangundang yang bersangkutan yaitu Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 8

Berdasarkaan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PELAKSANAAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi) B. Rumusan Masalah Sesuai latar belakang diatas maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah yang akan dibahas didalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi menurut Undang-Unang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Jo Peraturan Menteri Keuangan Nomer 130/PMK.010/2012 mengatur tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia? 2. Bagaimana pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia apabila debitur atau pemberi jaminan melakukan wanprestasi di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi menurut Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Jo Peraturan Menteri Keuangan Nomer 130/PMK.010/2012 mengatur tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan 9

yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia? 3. Apakah hak-hak dari debitur dalam hal eksekusi jaminan fidusia dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi telah sesuai dengan ketentuan hak-hak debitur dalam Undang- Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, antara lain yaitu : 1. Untuk mengetahui pelaksanan Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi menurut Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Jo Peraturan Menteri Keuangan Nomer 130/PMK.010/2012 mengatur tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia apabila debitur atau pemberi jaminan melakukan wanprestasi di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi menurut Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Jo Peraturan Menteri Keuangan Nomer 130/PMK.010/2012 mengatur tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi 10

Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. 3. Untuk mengetahui hak-hak dari debitur dalam hal eksekusi jaminan fidusia dalam pembiayaan konsumen di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi telah sesuai dengan ketentuan hak-hak debitur dalam Undang- Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan di bidang ilmu hukum yaitu memberikan kontribusi dalam kulia hukum jaminan khususnya tentang eksekusi jaminan fidusia. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Penulis Sebagai syarat untuk penulisan tugas akhir dan menyelesaikan studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah malang. b. Manfaat Bagi Masyarakat Untuk memberikan wawasan atau pengetahuan kepada masyarakat luas, khususnya bagi para debitur tentang pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dalam perjanjian pembiayaan kuonsumen. c. Manfaat Bagi PT. WOM Finance 11

Agar PT. WOM Finance dapat melaksanankan eksekusi jaminan fidusia dalam perjanjian pembiayaan konsumen sesuai dengan peraturan yang terkait yaitu Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu yuridis sosiologis yaitu unsure pendekatan ilmu hukum dan ilmu sosiologis yang ditempuh melalui penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasarkan suatu kerangka pembuktian untuk memastikan, memperluas, dan menggali atau mendapatkan data secara langsung dari lapangan termasuk objek yang diteliti, baik data primer sebagai data utama, dan data sekunder sebagai data pendukung atau pelengkap. 5 Dari segi yuridis memandang hukum sebagai gejala social yang terjadi dalam masyarakat yang sesuai dengan norma-norma yang ada sebagaimana tertuang dalam perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengkaji berlakunya aturan hukum yang tertuang dalam perundang-undangan ketika diterapkan dimasyarakat atau melihat reality yang terjadi di masyarakat. 5 Bambang Waluyo.2002.Penelitan Hukum dalam Praktik.Jakarta.Sinar Grafika.hal.16 12

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Yuridis Sosiologis (empiris) yaitu menjelaskan dan melihat hukum sebagai landasan dari Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia apabila Debitur atau Pemberi Fidusia Wanprestasi di PT. WOM Fianance cabang Kabupaten Banyuwangi apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1990 tentang jaminan Fidusia. Dengan metode ini penulis berusaha untuk memahami apa yang mengakibatkan atau ada fenomena apa yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara peraturan dengan pelaksanaanya dalam hal Eksekusi Jaminan Fidusia. Dengan melihat kenyataan atau fakta yang ada di masyarakat terkait eksekusi jaminan fidusia di PT. WOM Finance cabang Kabupaten Banyuwangi tidak sesuai dengan Undang-Undang nomer 42 tahun 1990 tentang jaminan Fidusia, seharusnya hukum yang sudah ditetapkan tersebut dapat dijadikan sebagai landasan perilaku pelaku usaha dalam hal penyelenggaraan eksekusi jaminan fidusia. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan kasus yang diangkat dalam penulisan hukum ini, yaitu dalam 13

pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia debitur tidak mendapatkan hak-haknya, hal tersebut diketahui oleh penulis dari observasi sementara. 3. Sumber Data Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data sekunder : a. Data Primer : Data yang diperoleh langsung dari sumber utamanya yang dijadikan sebagai obyek penelitian dalam hal ini adalah ccc b. Data sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, dalam hal ini penulis menggunakan Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012. Tentang Pendaftaran jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan leh penulis yaitu teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) dimana penulis memilih anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan sesuai 14

dengan maksud dan tujuan penulis. Sampel yang diambil dalam penelitian sebagai pertimbangan efisiensi dan mengarah pada sentralisasi permasalahan dengan memfokuskan pada sebagian dari populasi sebagai objek penelitian penulisan hukum. 6 a. Interview (wawancara) yaitu metode pengumpulan data dengan tanya jawab secara lisan kepada pihak yang berwenang di bidangnya, untuk memberikan keterangan yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti. Dalam penelitian ini interview (wawancara) langsung dengan Branch Manager PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi, Credit head, debitur yang mengalami eksekusi. Dalam hal ini penulis melakukan interview langsung dengan : 1. Rahmad Hidayat SE, Branch Manager PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi 2. Sagung Ayu Asteka SE, Credit Head PT. WOM Fiance Cabang Kabupaten Banyuwangi 3. M. Arifin, dept collector PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi 6 Bahder Johan Nasution.2008.Metode Penelitian Hukum.Bandung.Mandar Maju.hal.148 15

4. Sukardi, debitur yang mengalami eksekusi 5. Joko Purnomo, debitur yang mengalami eksekusi 6. Rismiyati, debitur yang mengalami eksekusi 7. Firman, debitur yang mengalami eksekusi 8. Muslim, debitur yang mengalami eksekusi 9. Nur Suud, debitur yang mengalami eksekusi 10. Trio Woko Satrio, debitur yang mengalami eksekusi 11. Khozin, debitur yang mengalami eksekusi 12. Rudi, debitur yang mengalami eksekusi b. Dokumentasi yaitu melakukan pengumpulan data dengan mencatat secara langsung atau tidak lansung dari data-data resmi, perundangundangan, keputusan yang menjadi subjek penelitian berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Yang nantinya dikelola sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini yaitu Undang-Undang Nomer 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012. Tentang Pendaftaran jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen 16

Untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia dan dokumen-dokumen yang diperoleh di lokasi penelitian. c. Studi kepustakaan yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas, serta diterbitkan dalam penelitian. Kepustakaan yang dimaksud dalam penulisan ini berupa buku-buku ilmu hukum yang berkenaan dengan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dalam perjanjian pembiayaan konsumen. 5. Teknis Analisa Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknis analisis data untuk menemukan analisa data yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari subjek itu sendiri. 7 Dalam penulisan hukum ini penulis menggunakan analisis deskriptif dengan cara pengumpulan data-data yang diperoleh kemudian disusun secara sitematis sehingga dapat tersimpulkan masalah yang ada untuk dianalisis dan mendapatkan cara penyelesaian yang sesusia dengan peraturan perundangundangan. 7 Usman.2003.Metode Penelitian Sosial.Jakarta.Bumi Aksara.hal.13 17

Sebagaiama dengan hal tersebut diatas, maka penulis mengamati permasalahan yang terjadi pada saat pelaksanan eksekusi jaminan fidusia sesuai atau tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan ini agar memudahkan dalam mempelajari serta memenuhi materi atau isi dari tulisan ini, maka penulis akan menuangkan secara garis besar sistematika bab demi bab sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis terlebih dahulu mengemukakan tentang hal-hal yang bersangkutan, dengan judul antara lain, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian. Sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka tentang doktrin atau pendapat sarjana, pendapat para ahli serta kajian yuridis terkait dengan permasalahan yang akan dijadikan penulisan hukum. BAB III : PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 18

Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang merupakan subsub atas permasalahan yang diajukan dan penulis melakukan analisis atas hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan yang berkenaan pada permasalahan yang berdasar pada teori atau kajian pustaka. Permasalahan penulis yaitu mengenai masalah hukum eksekusi jaminan fidusia di PT. WOM Finance Cabang Kabupaten Banyuwangi. BAB IV : PENUTUP Sebagai penutup dari pembahasan skripsi ini maka penulis akan menyimpulkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya kemudian mencoba untuk mengemukakan saran-saran dalam usaha menyelesaikan masalah yang timbul. 19