BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

dokumen-dokumen yang mirip
KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

Bab 1 PENDAHULUAN. Sumpit diciptakan bangsa Tiongkok dan sudah dikenal di Tiongkok sejak

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memerankan Yip Man ini adalah Donnie Yen. Tepatnya pada tanggal 18

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL. Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

Budaya. Oleh: Holy Greata. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PERSIAPAN MENTAL GURU PAUD BERBASIC BUDAYA

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik)

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Upacara minum..., Yuanita Tanuwijaya, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu yang paling populer ialah seni minum teh.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah serangkaian rumusan yang membahas perilaku-perilaku yang

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M

KEBUDAYAAN. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

LEISURE AND CULTURE PARK DI TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

Harmonisasi Cinta Antarbangsa Lewat Budaya (121/M) Oleh : Illi Apriliyadi Selasa, 21 Juni :44

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB II TINJAUAN UMUM KULINER

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. beragam pula yang dilakukan oleh masing masing etnis itu sendiri. Tumbuhantumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan wilayah yang sarat dengan ragam budaya serta di dukung oleh

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lhamdulillahi rabbil alamin, mari kita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NILAI-NILAI PANCASILA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang kini merupakan Provinsi Aceh. Mereka biasa menyebut dirinya Ureueng

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu hasil aktifitas kebudayaan dari suatu masyarakat, sehingga antara

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Selo Soemardjan dalam Simanjuntak (2000:107) Menyatakan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Koentjaraningrat, 1982:9). Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Kebudayaan dapat didefenisikan sebagai suatu sistem, dimana sistem itu terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Hal ini berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun sistem tersendiri dalam kumpulan masyarakat. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa, segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah cultural-determinism. Kehidupan manusia dalam bermasyarakat yang sangat dinamis berubah seiring berjalannya waktu. Begitu pula dengan kebutuhan manusia, namun ada kebutuhan yang semenjak dahulu yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yaitu: makanan dan minuman. Sejak zaman prasejarah pun kedua hal tersebut sering disebut sebagai kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Dalam kajian-kajian ilmu budaya, makanan dan minuman ini selalu disebut juga dengan kuliner. Makanan dan minuman yang dihasilkan oleh sebuah peradaban atau kebudayaan, bagaimanapun mengekspresikan gagasan manusianya. Makanan dan minuman yang dihasilkan juga memperkuat identitas kebudayaan suatu masyarakat. Kuliner ini biasanya dihasilkan sesuai dengan bahan dasar yang dihasilkan oleh kebudayaan tersebut atau lingkungan sekitar wilayah budaya tersebut. Kuliner yang memberikan identitas khas masyarakat penghasilnya, baik kelompok kecil, etnik, atau bangsa dapat kita lihat contoh-contohnya. Mie Aceh adalah makanan yang dihasilkan oleh masyarakat Aceh. Arsik ikan mas adalah khas dihasilkan oleh kebudayaan Batak Toba. Kemudian pecel, getuk lindri, gudeg, dan lainnya adalah makanan yang dihasilkan oleh masyarakat Jawa. Kemudian ada lagi cotto yang dihasilkan masyarakat Makasar dan Bugis. Selain itu ada pula minuman tuak yang dihasilkan kebudayaan Toba. Demikian juga sake yang dihasilkan oleh masyarakat Jepang. Anggur (wine) dan bir adalah minuman yang dihasilkan oleh kebudayaan Barat.

Selain menghasilkan makanan, manusia di seluruh dunia juga menghasilkan peralatan untuk menunjang aktivitas makan. Misalnya untuk menempatkkan kuliner digunakan piring atau mangkuk. Untuk minuman ditempatkan di teko, ceret, guci, dan kemudian dituang ke dalam gelas atau sejenisnya. Kemudian diminum dengan gaya tersendri pula. Di Jepang dan Cina ada pula tradisi minum teh bersama. Di beberapa masyarakat ada pula tradisi minum kopi bersama. Dalam meracik kopi pun ada juga unsur etniknya, misalnya kopi tiam adalah khas dari budaya Tionghoa. Kopi luwak khas berasal dari Jawa. Begitu pula kopi putih awalnya diproduksi di Eropa. Selain itu, dalam tradisi makan makanan pokok, manusia juga membuat peralatan seperti sendok di budaya Eropa dan sumpit dalam kebudayaan Cina. Dari banyak bangsa di dunia, bangsa Cina merupakan bangsa yang menjadikan tradisi makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu hal yang penting. Menurut Dorothy Perkins (1999:104-105), seni makanan dan minuman telah lama dikembangkan secara tinggi di Cina. Hal serupa juga dikemukakan oleh James Danandjaja (2007:417) yang berpendapat bahwa, makanan dan minuman selalu memegang peranan utama dalam adat istiadat, festival, dan seremonial Cina seperti kelahiran, pernikahan, dan pemakaman. Berbicara mengenai makanan, kuai zi (sumpit) adalah alat makan tradisional Cina yang masih digunakan hingga saat ini, tidak hanya oleh bangsa Cina di negaranya sendiri, namun juga digunakan di beberapa negara di dunia. 1 Begitu juga dengan masyarakat 1 Kuai zi memang kuat mengekspresikan identitas kebudayaan Cina. Namun demikian di dunia ini ada pula alat-alat sejenis yang digunakan manusia untuk menyantap makanan. Di dalam kebudayaan Barat, dikenal sendok, garpu, pisau pengiris daging, dan lain-lainnya. Tujuannya secara budaya adalah untuk kesehatan dalam mentransmisikan makanan secara higienis, juga sebagai gaya hidup. Di berbagai kebudayaan lain di dunia makan makanan pokok dan lauknya biasa dilakukan dengan menggunakan jari-jari tangan kanan, namun supaya juga bersih dan higienis, sebelum makan telapak tangan dan jari-jarinya dicuci dengan air. Demikian juga selepas makan dicuci dengan air, ada juga yang menggunakan sabun supaya benar-benar bersih dan menghilangkan bau bekas makanan. Ini semua adalah tatacara makan dalam budaya manusia di dunia ini.

Tionghoa atau etnik keturunan Cina yang berada di Medan. Etnik Tionghoa merupakan etnik yang masih tetap kuat melestarikan budayanya. Salah satu budaya yang masih dilestarikan tersebut adalah tradisi makan menggunakan sumpit. Sumpit tidak hanya digunakan di Cina, tetapi juga di Jepang, Korea dan Vietnam, termasuk orang Indonesia. Dikarenakan kegemaran penduduk dari negara-negara tersebut terhadap mie, hingga membuatnya menjadi alat makan nomor dua yang paling banyak dipakai setelah pasangan sendok dan garpu. Cina sendiri merupakan negara dengan populasi penduduk yang sangat tinggi dan merupakan bangsa yang paling banyak tersebar di seluruh dunia. Walaupun tersebar di seluruh dunia, mereka selalu membawa dan melestarikan budaya mereka di mana pun mereka berada. Salah satu contohnya adalah, bahwa dalam kebanyakan keluarga Cina saat ini, orangtua masih mengajarkan kepada anaknya untuk makan menggunakan sumpit. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Cina masih tetap kuat mempertahankan budayanya, sehingga hal ini menjadi salah satu alasan yang membuat budaya Cina masih bertahan disaat kebudayaan bangsa-bangsa lain mulai punah dan menghilang. Pada awalnya, menurut para ahli sejarah, sumpit diciptakan hanya sebagai alat masak orang Cina. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dan nilai sumpit berkembang. Sumpit pun kemudian menjadi alat makan. Kini, orang tidak hanya melihat sumpit sebagai seperangkat alat makan, namun juga menghargai keberadaannya sebagai suatu benda yang dapat dijadikan koleksi atau hiasan. Hal ini disebabkan oleh motif-motif dan warna-warna yang unik dan menarik pada sumpit. Keindahan sumpit tersebut membuatnya mempunyai satu fungsi baru, yakni sebagai seni.

Sumpit pada umumnya terbuat dari sepasang bilah bambu yang sama panjang. Namun saat ini sumpit juga bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading, dan plastik yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapis dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus. Di sisi lain, sumpit tidak hanya mempunyai makna tersendiri di dalam kehidupan bangsa Cina sehari-hari, sumpit juga dapat merepresentasikan Cina. Dengan kata lain, dengan melihat sepasang sumpit orang akan berpikir bahwa sumpit tersebut merupakan bagian dari budaya Cina yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Cina. Tidak hanya itu, tata cara pemakaian sumpit yang membutuhkan kesabaran, keterampilan dan pengalaman juga merupakan seni. Sebagai suatu karya seni, sumpit dapat dianggap sebagai hasil seni. Pandangan orang terhadap sumpit yang memiliki nilai seni pun diwujudkan dengan dibuatnya galeri sumpit. Erik Wegweiser, yang berasal dari Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, memilki sebuah galeri sumpit. Galeri tersebut tercipta atas dasar hobinya dalam mengoleksi sumpit. Menurut Erik, sumpit yang indah sulit untuk didapatkan dan jarang ditemui. Hal inilah yang membuatnya tertarik untuk mengoleksi sumpit dan akhirnya mendirikan galeri untuk menjual koleksi-koleksinya tersebut (Wegweiser, Erik. Erik s Chopsticks Gallery. http://www.ichizencom/chopsticks/ ) Menggunakan sumpit secara tidak langsung juga dapat membantu dan melatih kita dalam mengatur koordinasi pergerakan bahu, lengan, pergelangan tangan, dan jari-jari agar dapat saling bekerja dan berfungsi dengan baik, sama seperti saat sedang menulis guratan atau karakter Cina. Lebih lanjut, disebutkan bahwa orang yang ahli dalam menggunakan sumpit, pada umumnya dapat menuliskan guratan Cina menggunakan tinta dengan indah. Tangan

orang Cina yang sudah terlatih dengan baik karena sering menggunakan sumpit, secara tidak langsung juga membuat orang Cina ahli dan terampil dalam membuat kerajinan tangan, dan hal ini membuat orang Barat merasa kagum. China On Your Mind. Chopsticks. Chinese Articles of Everyday Use, 2008 (Lihat lebih jauh pada http://www.chinaonyourmind.com/chinese%20culture/chinese%20daily%20use.htm). Salah satu bukti orang Barat ikut mempopulerkan kebiasaan orang Cina dalam menggunakan sumpit dapat dilihat pada program pembelajaran mengenai budaya Cina untuk siswa tingkat dua, di Sekolah Dasar Vermont (Vermont Elementary School), Amerika Serikat. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan Cina kepada anak-anak dengan mempelajari bahasa Cina, tulisan Cina, menceritakan dongeng rakyat Cina, serta mempelajari dan berlatih menggunakan sumpit untuk makan. Sumpit masih tetap digunakan meskipun pembuatan sumpit kadang tidak aman, dilihat dari segi kesehatan. Konon proses pembuatan sumpit dinilai asal-asalan dan tidak aman, serta tidak sehat bagi tubuh karena mengandung bahan kimia, sebab dalam proses pembuatannya, sumpit menggunakan zat pemutih. Hikaruyuki, Kontroversi Sumpit-Hati-Hati bagi yang Sering Makan dengan Sumpit, 2007 (http://www.hikaruyuki.com/blog/2007/10/05/kontroversi-sumpit-hati-hati-bagi-yang-seringmakan-dengan-sumpit.phpx). Sumpit masih tetap digunakan meskipun keberadaannya dinilai dapat merusak lingkungan karena China setiap tahun membuang 45 miliar pasang sumpit atau sekitar 130 juta pasang sumpit per hari. Dengan kata lain,untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus tersedia 100 are lahan pohon bambu yg harus diperbaharui setiap harinya. Joni Prayoga,

Sejarah dan Kontroversi Sumpit, 2010 (http://lovenroll.wordpress.com/2010/08/23/sejarahdan-kontroversi-sumpit/). Topik tulisan ini adalah fungsi dan makna sumpit bagi masyarakat Tionghoa yang terdiri dari sejarah atau awal munculnya sumpit, bentuk dan ukuran sumpit, cara pemakaian sumpit, etika penggunaan sumpit, estetika penataan sumpit dalam hidangan Cina serta kebiasaan menggunakan sumpit pada masyarakat Tionghoa di Medan atau etnik keturunan Cina, yang dihubungkan dengan keeratan hubungannya dengan kebudayaan masyarakat Cina. Penggunaan sumpit dalam masyarakat Cina memiliki banyak sekali hal-hal yang menarik yang mengemukakan bahwa tradisi penggunaan sumpit memiliki nilai-nilai budaya yang sangat tinggi dan juga memiliki hubungan erat dengan kehidupan masyarakat Cina itu sendiri. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk memilih topik ini. Untuk mengetahui lebih dalam, penulis berniat untuk melakukan suatu penelitian ilmiah yang memfokuskan tulisan ini pada fungsi dan makna sumpit bagi masyarakat Tionghoa di Medan. Berdasar pada latar belakang di atas, maka saya tertarik untuk membuat penelitian ini kedalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul Analisis Fungsi dan Makna Kuai Zi (Sumpit) Pada Masyarakat Tionghoa di Medan. 1.2 Batasan Masalah Untuk menghindari batasan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan tulisan penelitian, maka penulis mencoba membatasi ruang lingkup penelitian pada kajian fungsi dan makna sumpit pada masyarakat Tionghoa terhadap penggunaan sumpit dalam tradisi kuliner Cina saat ini.

I.3 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah untuk memfokuskan pembahasan masalah tersebut, penulis merumuskan pokok-pokok permasalahan penelitian yang berpedoman pada manfaat dan kegunaan dari masalah tersebut serta kemampuan penulis untuk memecahkannya. Atas dasar tersebut maka permasalahan penelitian yang akan penulis kaji tertuang dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah fungsi kuai zi (sumpit) bagi masyarakat Tionghoa? 2. Bagaimanakah makna kuai zi (sumpit) bagi masyarakat Tionghoa? I.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui bagaimanakah fungsi kuai zi (sumpit) bagi masyarakat Tionghoa. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah makna kuai zi (sumpit) bagi masyarakat Tionghoa. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap fungsi dan makna sumpit pada masyarakat Tionghoa adalah:

1. Memberi informasi kepada masyarakat luas, bahwa sumpit adalah alat makan tradisional cina yang masih digunakan hingga kini karena penggunaan sumpit memiliki berbagai macam makna dalam kehidupan sehari-hari masyarakat cina maupun etnis Tionghoa atau etnis keturunan cina. 2. Menjadi sumber rujukan bagi peneliti berikutnya dalam mengungkapkan penelitian ilmu pengetahuan tentang budaya dengan fokus objek yang sama. 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian fungsi dan makna sumpit pada masyarakat Tionghoa secara praktis sebagai salah satu bahan perbandingan dalam kajian budaya tradisi masyarakat Tionghoa yang berkaitan dengan tradisi penggunaan sumpit. Selain itu, penelitian ini juga akan bermanfaat untuk memberikan gambaran umum kedudukan kuai zi (sumpit) dalam kebudayaan Tionghoa.