BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupannya. Angka statistik yang tinggi ini meminta perhatian untuk

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. antara gram), dan berat badan lebih (berat lahir 4000 gram). Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. Menurut WHO (World Health Organisation) pada tahun 2010 AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di kawasan ASEAN, salah satunya penyebab kematian ibu adalah infeksi pada kehamilan yang hampir 50%. Penyakit infeksi yang terjadi pada ibu hamil juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kelahiran preterm, berat badan lahir rendah (BBLR) dan terjadinya ketuban pecah dini (KPD). (KeMenKes, 2012 hlm 107). Menurut WHO (World Health Organisation) pada tahun 2010 tercatat ada satu dari enam kelahiran dilahirkan prematur atau tidak cukup bulan, di Indonesia sendiri kejadian persalinan preterm berkisar antara 10-20% dan lebih dari 50% kasus persalinan preterm dan ketuban pecah dini disebabkan oleh infeksi lokal seperti infeksi pada alat genital maupun infeksi sistemik dan persalinan preterm dapat menyebabkan 36% kematian neonates. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKB di Indonesia adalah 34/1000 kelahiran hidup (KH). Apabila dibandingkan dengan target dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di Indonesia masih sangat tinggi bila dibandingkan 1

dengan negara-negara di Asia Tenggara (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu adalah dengan mencegah terjadinya kelahiran premature pada bayi dan mengurangi terjadinya penyakit infeksi pada masa kehamilan. Masa kehamilan adalah saat-saat yang rentan baik bagi ibu hamil maupun bagi janinnya. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan agar ibu hamil bisa melewati masa kehamilannya dengan baik dan dapat melahirkan bayi yang sehat, salah satunya adalah memastikan tubuh bebas dari infeksi dan penyakit yang dapat membahayakan janin. Penyakit infeksi yang terjadi pada ibu hamil dapat disebabkan oleh bakteri, parasit ataupun jamur. Infeksi pada daerah vagina yang dapat terjadi pada ibu hamil antara lain bacterial vaginosis 10-25% terjadi pada wanita hamil, 30-35% herpes genital terjadi pada ibu hamil dan 2-12% terjadi infeksi saluran kemih (ISK) pada ibu hamil (Depkes.RI,2010). Angka kejadian infeksi pada vagina tertinggi sekitar 75% adalah pada ibu hamil yang menggunakan vaginal douches dan kebersihan daerah genital (vulva hygiene) yang tidak baik. (Khawaja T Mahmood et al, 2011). Indonesia merupakan negara tropis yang selalu panas sepanjang waktu, secara otomatis membuat tubuh sering berkeringat. Kondisi inilah yang menambah kadar kelembaban tubuh, terutama di organ reproduksi yang tertutup dan berlipat. Kondisi ini menyebabkan bakteri mudah berkembang biak dan secara umum menyebabkan terjadinya gangguan pada vagina, baik berupa bau tidak sedap maupun infeksi pada ibu hamil (Wulandari,2011). 2

Melihat kondisi tersebut, menjaga kesehatan dan kebersihan alat genital (vulva hygiene) menjadi bagian yang sangat penting yang harus dilakukan oleh ibu hamil. Hygienes pada ibu hamil sangat dibutuhkan agar bayi yang dikandungnya terlahir sehat dan ibu sendiri terjaga kesehatannya. Salah satu bagian tubuh ibu yang paling penting dijaga hygenitasnya adalah daerah vulva dan sekitarnya. Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) dan sekitarnya yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu,2010). Banyak faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu hamil dalam melakukan vulva hygiene di antaranya yaitu pengetahuan ibu hamil itu sendiri mengenai apa itu vulva hygiene, cara melakukan vulva hygiene, tujuan dari vulva hygiene dan dampak yang dapat ditimbulkan jika vulva hygiene pada ibu hamil tidak dilakukan dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian Farah (2009) tentang Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Vulva Hygiene terhadap kejadian keputihan pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Jepara didapatkan dari 80 responden terdapat 44 (62,5%) mengalami keputihan. Sebanyak 36 (52,5%) yang mengalami keputihan karena tidak tahu cara vulva hygiene dengan baik dan benar. Dari penelitian Donatila (2011) tentang Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Genital pada Siswi SMA Negeri 4 Semarang didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswi SMA Negeri 4 Semarang memiliki pengetahuan buruk dalam hal menjaga kebersihan genitalia eksterna, yaitu sebanyak 53 responden (82,8%), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 responden (17,2%). 3

Menurut penelitian Oktaviana dan Purba (2010), mengungkapkan bahwa pengetahuan seseorang berkaitan dengan tingkat pendidikan. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya akan cenderung lebih baik, dan hal ini akan mendorong seseorang untuk berperilaku lebih baik pula. Pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya (Nurjanah,2011). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harijati (2012) tentang Gambaran Perilaku Ibu Nifas tentang Vulva Hygiene di RB Harijati Ponorogo dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (86,67%) berperilaku positif tentang vulva hygiene, hal ini dipengaruhi oleh umur yang matang, tingkat pendidikan dan informasi yang didapat. Menurut notoatmojo (2007), mengungkapkan bahwa pekerjaan mempunyai pengaruh pada pekerjaan seseorang, orang yang menekuni suatu bidang pekerjaan akan memiliki pengetahuan mengenai segala sesuatu yang dikerjakannya. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Djoko Wijono,2005). Semakin tinggi kepedulian tenaga kesehatan, terutama dalam berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang vulva hygiene yang baik pada ibu hamil, maka kemungkinan akan diterapkan oleh ibu hamil selama masa kehamilannya. Sebaliknya bila tenaga kesehatan kurang memberikan pendidikan dan informasi mengenai vulva hygiene yang harus dilakukan selama masa 4

kehamilan maka ibu hamil banyak yang tidak mengetahui cara melakukan vulva hygiene yang baik pada saat hamil. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2011) dilihat dari perilaku vulva hygiene pada ibu hamil, cakupan tentang perilaku menjaga organ genetalia eksterna pada ibu hamil menunjukkan bahwa 54,2% ibu hamil memiliki perilaku baik tentang cara membersihkan daerah sekitar vagina, 62,5% memiliki perilaku baik tentang cara mengeringkan daerah sekitar vagina, 62,5% memiliki perilaku baik tentang pemakaian celana dalam, 54,2% memiliki perilaku baik tentang perilaku perawatan organ genetalia eksterna. Keadaan ini mengambarkan bahwa perilaku vulva hygiene pada ibu hamil masih perlu mendapatkan perhatian khususnya dari tenaga kesehatan, agar dampak negatif yang mungkin terjadi pada ibu hamil dapat diminimalisir sehingga dapat menekan angka kejadian infeksi yang dapat mengakibatkan terjadinya kelahiran premature pada bayi (Depkes RI, 2012). Puskesmas Kamal 2 merupakan puskesmas yang berada di wilayah Rt.07/Rw 03, Kampung Belakang kelurahan Kamal kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Puskesmas ini terdiri dari tiga Unit Pelayanan yaitu unit BPU (Balai Pengobatan Umum), Unit Farmasi/Apotik dan unit KIA. Pada Unit KIA data ibu hamil yang melakukan ANC setiap bulannya rata-rata berkisar 60-80 orang, Puskesmas inipun bertanggung jawab terhadap praktek beberapa BPM (Bidan Praktek Mandiri) di wilayah kerjanya, dimana setiap bulannya semua BPM harus mengirimkan laporan data pelayanan KIA yang dilakukan ditempat prakteknya kepada puskesmas tersebut. Puskesmas dan BPM merupakan fasilitas pelayanan 5

KIA dan memiliki peran yang cukup penting dalam memberikan promosi serta konseling kesehatan kepada ibu hamil mengenai pentingnya menjaga kebersihan organ kewanitaannya (vulva hygiene) agar ibu hamil dapat menjaga kesehatan tubuhnya dan dapat melahirkan bayi yang sehat. Dari data Sudinkes bagian KIA Jakarta Barat tahun 2011, ibu hamil yang memiliki perilaku vulva hygiene yang baik selama kehamilan yaitu sebesar 54,2 % namun hal ini masih dibawah target nasional yang diharapkan yaitu sebesar 80 %. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2015 dan wawancara pada 10 ibu hamil yang memeriksa kehamilan di Puskesmas Kamal 2, didapatkan hasil 3 orang (30%) dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang bagaimana cara melakukan vulva hygiene yang baik selama kehamilan dan mempunyai perilaku benar tentang vulva hygiene pada saat hamil disebabkan mereka mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan dan dari teman kerja, sedangkan 7 orang (70%) belum menjawab dengan benar dan perilakunya masih salah dalam melakukan vulva hygiene pada masa kehamilan, hal tersebut disebabkan salah satunya adalah karena belum ada informasi yang didapatkan baik dari tenaga kesehatan maupun program penyuluhan kesehatan di masyarakat. Pada masa kehamilan terjadi perubahan penurunan system kekebalan tubuh dan terjadi perubahan hormon yang membuat cairan/lendir vagina meningkat, hal ini yang membuat ibu hamil memiliki resiko yang lebih besar untuk terjadinya infeksi pada alat genital apabila tidak menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksinya tersebut. 6

Dengan melihat fenomena dan pentingnya perawatan Vulva Hygiene pada ibu hamil serta dampak yang dapat ditimbulkan jika perilaku vulva hygiene pada ibu hamil yang buruk, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene pada ibu hamil di Unit KIA Puskesmas Kamal 2 Jakarta Barat Tahun 2015. 2.1. Identifikasi Masalah Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan Perilaku Vulva Hygiene pada ibu hamil diantaranya adalah : 1) Pendidikan Tingkat pendidikan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kamal 2 masih rendah dimana sebagian besar memiliki pendidikan tamatan SD dan masih terdapat beberapa ibu hamil yang tidak sekolah. Tingkat Pendidikan dapat menunjukan tingkat bermakna terhadap perilaku vulva hygiene pada ibu hamil, bila tingkat pendidikan rendah maka pengetahuan cara memelihara kesehatan daerah genitalnya belum dipahami dengan baik. 2) Pekerjaan Salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku vulva hygiene ibu hamil adalah pekerjaan. Ibu hamil yang bekerja mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan informasi dari proses bertukar pengalaman diantara rekan sekerja dan akan lebih mudah untuk dapat mengakses informasi dari berbagai media seperti informasi yang didapatkan dari internet mengenai kebutuhan personal hygiene ibu hamil termasuk 7

didalamnya yaitu cara merawat kebersihan alat genital (vulva hygiene) selama masa kehamilannya. 3) Pengetahuan Pengetahuan merupakan salah satu indikator yang memungkinkan ibu hamil untuk dapat melakukan vulva hygiene yang baik selama masa kehamilannya. Perilaku vulva hygiene ibu hamil di wilayah kerja Pukesmas Kamal 2 masih tergolong kurang baik hal ini disebabkan salah satunya adalah pengetahuan ibu hamil yang masih rendah tentang pentingnya perilaku vulva hygiene selama masa kehamilan yang dapat disebabkan kurangnya informasi atau penyuluhan yang didapat dari tenaga kesehatan. 1.3. Pembatasan Masalah Perilaku vulva hygiene pada ibu hamil dipengaruhi oleh banyak faktor. Karena keterbatasan waktu, biaya, tempat dan peralatan yang dimiliki peneliti, maka pada penelitian ini hanya diambil sebagian kecil dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene pada ibu hamil yaitu faktor pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan yang dapat mempengaruhi perilaku vulva hygiene pada ibu hamil di Unit KIA Puskesmas Kamal 2. 1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene pada ibu hamil Di Unit KIA Puskesmas Kamal 2 Jakarta Barat Tahun 2015?. 8

1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene pada Ibu hamil Di Unit KIA Puskesmas Kamal 2 Jakarta Barat Tahun 2015. 1.5.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene yaitu pendidikan dan pekerjaan. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene yaitu pengetahuan ibu hamil di Unit KIA Puskesmas Kamal 2 Jakarta Barat Tahun 2015. 3. Mengidentifikasi perilaku vulva hygiene ibu hamil di Unit KIA Puskesmas Kamal 2 Jakarta Barat Tahun 2015. 4. Menganalisa hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan ibu hamil di Unit KIA Puskesmas Kamal 2 Jakarta Barat Tahun 2015. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan wawasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene pada Ibu hamil. 9

1.6.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti a. Memberikan manfaat terhadap perbaikan perilaku vulva hygiene pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kamal 2. b. Dapat memperdalam pengetahuan tentang faktor-faktor mempengaruhi perilaku Vulva Hygiene pada Ibu hamil. 2. Bagi ibu hamil Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi ibu hamil mengenai bagaimana cara yang baik dalam menjaga kebersihan daerah genitalnya (vulva hygiene) yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada masa kehamilan yang dapat membahayakan kesehatan diri dan janin yang dikandungnya. 3. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya yang bekerja di Unit KIA puskesmas dalam memberikan promosi dan penyuluhan kesehatan terkait dengan perilaku vulva hygiene yang baik yang dapat dilakukan oleh ibu hamil sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada masa kehamilan. 4. Bagi Program Study Kesehatan Masyarakat Dapat menambah dan melengkapi kepustakaan khususnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Vulva Hygiene pada Ibu hamil. 10