BAB I PENDAHULUAN. barang dari kulit dan alas kaki (KBLI 15) yang naik sebesar 1,67 %. Selanjutnya,

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berpaham walfare state, Negara Republik Indonesia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Padang Panjang. Kegiatan di bidang industri kulit, mulai dari sektor bahan baku,

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah singkat Usaha Kecil dan Menengah. pekerjaannya adalah petani penggarap dengan lahan yang sempit.

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami

I. PENDAHULUAN. Sumber :

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan pergerakan utama ekonomi suatu negara. Selain menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha mikro memiliki

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengurangi pengganguran, memerangi kemiskinan dan. pemerataan pendapatan. Oleh karena itu tidak heran jika kebijakan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman telah terjadi transformasi struktur

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. temurun. Sedangkan industri kecil kerajinan barang-barang dari kulit seperti jaket,

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran (marketing) adalah aktivitas, dan proses untuk menciptakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini kita ketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat, baik

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

Gambar 1.1 Struktur Organisasi UMKM GZL Sumber : Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor

BAB 1 BACKGROUND. beragam macam kesenian wayang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Lampiran 1 DOKUMENTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok

Boks 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI RIAU. I. Latar Belakang. Profil Responden

BAB V PENUTUP. Kesimpulan dari penelitian mengenai analisis pengaruh Organizational

BAB I PENDAHULUAN. memandang pentingnya keberadaan UMKM, yaitu (1) kinerja UMKM

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Salah satunya dibuktikan oleh peningkatan jumlah wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia karena sektor industri tumbuh dengan pesat.

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Strategi bertahan yang dilakukan oleh para pengrajin kulit di Manding,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB IV ANALISI STRATEGI PENINGKATAN MUTU PRODUK USAHA SANDAL KULIT DALAM PENINGKATAN JUMLAH PRODUKSI DI KELURAHAN MIJI

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

BAB 1 PENDAHULUAN. tercatat di wilayah Sumatera Utara berjumlah 5,3 juta.

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

Pembinaan Kelompok UPPKS Ibu Berkarya di Kabupaten Serdang Bedagai. Izwar lubis (Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Medan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN RENJA DISKOP.UKM LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perusahaan Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki (sepatu) Jumlah Perusahaan (KBLI 2009) (Unit)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri kecil menengah sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

DEFINISI USAHA MIKRO UU

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah hanya hanya berperan sebagai pembuat kebijakan pembangunan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB V PENUTUP. dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari

Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk.

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sedang menjadi sorotan publik di

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), salah satu industri yang mengalami pertumbuhan produksi positif di tahun 2015 adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (KBLI 15) yang naik sebesar 1,67 %. Selanjutnya, menurut data hasil survei industri mikro dan kecil menurut 2-digit KBLI pada tahun 2011 s.d. 2015 terjadi pertumbuhan positif usaha industri mikro dan kecil di industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki pada tahun 2015 dengan pertumbuhan pada skala mikro sebesar 4,37 % dan pada skala kecil tumbuh sebesar 1, 68 % (Tabel 1.1). Tabel 1.1. Industri Mikro dan Kecil Menurut 2-digit KBLI, 2010-2015 2011 2012 2013 2014 2015 KBLI 2009-2 digit (Deskripsi) Menurut 2-digit KBLI (Unit) Menurut 2-digit KBLI (Unit) Menurut 2- digit KBLI (Unit) Menurut 2- digit KBLI (Unit) Menurut 2- digit KBLI (Unit) Mikro Kecil Mikro Kecil Mikro Kecil Mikro Kecil Mikro Kecil Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 17.690 18.959 37.514 16.417 17.326 22.824 30.789 12.477 32.136 12.686 Sumber: BPS Tambunan (2011) menyatakan bahwa perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia masih memiliki banyak kendala termasuk kendala secara organisasi untuk bertumbuh menjadi usaha skala besar dan menjadi 1

perusahaan besar yang lebih efisien. Kendala-kendala yang dihadapi mungkin berbeda antara satu regional dengan regional lainnya, antara pedesaan dan area perkotaan, antara beberapa sektor dan subsektor, atau antara perusahaan perorangan dalam satu sektor, sub-sektor atau regional yang sama dengan hambatan-hambatan umum yang dihadapi seluruh UKM di Indonesia (Tabel 1.2), yaitu kekurangan dana untuk membiayai suatu pekerjaan dan modal investasi, pengeloaan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan ketrampilan tinggi, teknologi maju, terbaru, dan informasi yang komprehensif, kesulitan persediaan bahan baku dan input lainnya, pemasaran dan distribusi, biaya tinggi dalam transportasi, permasalahan yang disebabkan ketidakpraktisan dan biaya birokrasi tinggi khususnya untuk mendapatkan izin, serta kondisi politik dan regulasi yang dapat menciptakan distorsi pasar. Tabel 1.2. Prosentase Kendala-kendala Utama UKM di Indonesia, 2005 Usaha Kecil Usaha Mikro Tidak memiliki hambatan serius 19.48% 25.21% Memiliki hambatan serius: 80.52% 74.79% - Kekurangan/ tingginya harga bahan baku 10.60% 21.53% - Permasalahan pemasaran 40.18% 29.65% - Kekurangan modal 36.96% 34.56% - Hambatan transportasi/ distribusi 2.62% 2.68% - Tingginya harga/ rendahnya persediaan energi 2.40% 2.73% - Tingginya biaya tenaga kerja 1.22% 0.77% - Kendala-kendala utama lainnya 6.03% 8.09% Total 100.00% 100.00% Sumber: Tambunan (2008), diolah Peneliti melakukan studi lapangan terhadap latar belakang penelitian, mencari data, dan informasi tentang kendala-kendala yang muncul dalam UMKM khususnya UMKM kerajinan kulit Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 2

Menurut Bapak Aries selaku pengusaha dan pengrajin kulit di Manding dalam wawancara pada tanggal 15 Juni 2016 menyatakan: kendala utama itu, bahan baku kulitnya, masalah aksesoris, sol luar. Kita mau inovasi, tapi ndak mendukung toh mas, jadi yah..sol-nya itu saja, yang ada ditoko, kita nyari ada, ya adanya seperti itu, kalau kita maunya seperti di majalah, tapi toko kan nanti, katakanlah sudah dibeli mau diganti lagi rugi toh mas, jadi ini laku dulu nah baru beli lagi... (lampiran 1, baris 189-196) Menurut Bapak Tukijan selaku ketua paguyuban kerajinan wayang kulit di Pucung dari wawancara pada tanggal 15 Juni 2016 menyatakan: itu cuma kalau ada stok itu, biasanya stoknya itu sampai 1 tahun, nanti habis 1 tahun, nyari lagi. (lampiran 2 baris 5-6) Menurut Bapak Sujadi Ketua ketua paguyuban kerajinan kulit di Keparakan Kidul dalam wawancara pada tanggal 16 Juni 2016 menyatakan:.kalau ini di order atau tidak buat sepanjang tahun, jadi ini membutuhkan bahan yang banyak sekali. Nah itu yang kurang-kurang itu.. kekurangan bahan itu sampai 1 juta feet setahun (lampiran 3, baris 131-135) jadi masalah utama di sini, pesanan banyak, bahan baku kurang.(lampiran 3, baris 142-143) Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada tahun 2016 dengan ketua paguyuban dan pengusaha UMKM kerajinan kulit DIY daerah Manding, Pucung, dan Keparakan dapat disimpulkan bahwa kondisi saat ini ketiga sentra diatas sedang menghadapi kendala dalam pengelolaan persediaan bahan baku. Pengelolaan persediaan dengan baik dan benar sangat krusial bagi operasional usaha. Dalam satu sisi, perusahaan dapat menurunkan biaya dengan 3

mengurangi persediaan akan tetapi di lain sisi akan mengakibatkan produksi dapat berhenti dan konsumen tidak terpuaskan. tidak dapat mencapai strategi biaya rendah tanpa pengelolaan persediaan dengan baik dan benar. Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi, baik dalam perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Kesalahan menentukan besarnya investasi dalam mengendalikan persedian bahan baku akan mempengaruhi keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah pembiayaan (beban bunga, biaya pemeliharaan, dan penyimpanan dalam gudang, serta kemungkinan terjadinya penyusutan dan penurunan kualitas) sehingga semuanya secara keseluruhan akan mengurangi keuntungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan mengakibatkan kendala dalam produksi, dan pada ahirnya perusahaan akan mengalami kerugian. Pada umumnya manajemen UMKM kerajinan kulit DIY masih bersifat tradisional sebagai satu komponen yang berdiri sendiri berkonsentrasi pada pencapaian tujuan lokal tanpa memperhatikan efek pada komponen yang lain. Pendekatan ini mengakibatkan konflik antara fungsi, tidak terjawab tujuan secara menyeluruh, dan ketergantungan pada sistem biaya karena manajemen dirancang untuk meminimalkan biaya lokal. 4

Tabel 1.3. Karekteristik UMKM Kerajinan Kulit DIY di Manding, Pucung, dan Keparakan Kidul, 2016 1 Sentra kerajinan kulit di Keparakan Kidul 2 Sentra kerajinan kulit Pucung 3 Sentra kerajinan kulit Manding Sumber: data primer Letak Produksi Bahan baku Bahan baku lain usaha Letak Produksi Bahan baku Bahan baku lain usaha Letak Produksi Bahan baku Bahan baku lain usaha Kel. Keparakan, Kec. Mergangsan, Kota Yogyakarta, DIY Tas, sandal, sepatu, dan dompet. Kulit sapi dan kerbau Pewarna, vinyl Menengah: 5 unit Kecil: 20 unit Mikro: 20 unit Dusun Karangasem, Desa Wukirsari, Kec. Imogiri, Kab.Bantul, DIY Wayang, souvenir, hiasan dinding, pembatas buku, tempat tisu, tempat lilin, kipas, gantungan kunci, dll. Kulit perkamen sapi dan kerbau Pewarna, gampit Menengah: 6 unit Kecil: 30 unit Mikro: 20 unit Desa Sabdodadi,Manding, Kab. Bantul, DIY Sepatu, sandal, dompet, jaket, ikat pinggang, tas, kipas, dll. Kulit sapi, domba, dan kambing Serat alam pandan, mendong, eceng gondok, dan lidi Menengah: 3 unit Kecil: 15 unit Mikro: 28 unit Karekteristik UMKM Kerajinan Kulit di DIY (Tabel 1.3.) dikelompokan menjadi satu famili produk sebagai penghasil kerajinan kulit. Pengelompokan tersebut dapat dilakukan dengan melihat kesamaan proses, bentuk, dan bahan baku dari produk. Sentra kerajinan kulit di Keparakan Kidul mewakili golongan pokok produksi alas kaki kulit, sentra kerajinan kulit di Manding mewakili 5

golongan pokok produksi barang jadi dari kulit, dan sentra kerajinan kulit di Pucung mewakili golongan pokok produksi aneka kerajinan dari kulit. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan bahwa perkembangan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki di Indonesia pada tahun 2015 dalam usaha skala mikro dan kecil mengalami pertumbuhan positif dan UMKM di Indonesia salah satunya adalah UMKM kerajinan kulit DIY. Sentra kerajinan kulit di Keparakan Kidul, sentra kerajinan kulit di Manding, dan sentra kerajinan kulit di Pucung merupakan bagian dari UMKM kerajinan kulit DIY. Saat ini, ketiga sentra tersebut sedang menghadapi berbagai kendala usaha, terutama kendala pada persediaan bahan baku melalui analisa pengelolaan persediaan bahan baku di masing-masing sentra kerajinan kulit memungkinkan penggunaan bahan baku secara optimal. 1.3. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini bersifat analisa studi kasus yang menginvestigasi pengelolaan persediaan bahan baku di UMKM kerajinan kulit di DIY, maka penelitian ini diarahkan pada persoalan: 1. Apakah ada perbedaan model pengelolaan persediaan bahan baku di UMKM kerajinan kulit Manding, Pucung, dan Keparakan Kidul? 2. Bagaimana kinerja persediaan bahan baku di UMKM kerajinan kulit Manding, Pucung, dan Keparakan Kidul? 6

1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah disusun, penelitian ini berfokus pada pengelolaan persediaan bahan baku di UMKM kerajinan kulit di DIY, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi model pengelolaan persediaan bahan baku di UMKM kerajinan kulit Manding, Pucung, dan Keparakan Kidul 2. Menganalisa kinerja pengelolaan persediaan bahan baku di UMKM kerajinan kulit Manding, Pucung, dan Keparakan Kidul 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pelaku usaha Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan, dan rekomendasi mengenai kinerja pengelolaan persediaan bahan baku di UMKM kerajinan kulit DIY. 2. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk melakukan penelitian serupa terkait pengelolaan sumber daya dalam organisasi atau perusahaan. 7

1.6. Batasan Penelitian Batasan penelitian ini berfokus pada analisa kinerja pengelolaan persediaan bahan baku di UMKM kerajinan kulit di DIY daerah Pucung, Manding, dan Keparakan Kidul dengan waktu penelitian tahun 2016. 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penelitian adalah susunan secara sistematis yang memberikan gambaran secara umum materi dari penelitian dengan tahapan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Dalam bab pertama memuat uraian awal dari penelitian yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori Dalam bab kedua memuat uraian berbagai macam landasan teori maupun konsep-konsep yang relevan terkait dengan penelitian sebagai dasar, bahan acuan, maupun referensi dalam melakukan analisis data. Bab III: Metode Penelitian Dalam bab ketiga memuat uraian tentang metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian mencakup desain penelitian, strategi analisa, populasi dan sampling, alat analisis dan instrumen penelitian, sumber data dan metode pengumpulan data, metode analisa data. Bab IV: Analisa dan Pembahasan 8

Dalam bab keempat memuat uraian tentang deskripsi data, dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan data maupun informasi yang telah terkumpul untuk mendapatkan hasil terkait permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Bab V: Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Dalam bab kelima memberikan hasil dari penelitian berupa simpulan, keterbatasan, dan implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan maupun rekomendasi bagi pelaku kerajinan kulit di UMKM kerajinan kulit di DIY. 9