PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 07

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 09 PERATURAN WALIKOTA JAMBI

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 10

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 13

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

1. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi; 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan 3. Sub Bagian Keuangan. c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, terdir

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TOBA SAMOSIR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-A TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-O TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENGELOLAAN PASAR WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI LAMPUNG UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-D TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL WALIKOTA SURAKARTA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

- 1 - WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-E TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALIKOTA SURAKARTA,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 43 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 39 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-C TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN WALIKOTA SURAKARTA,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-M TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-F TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI BURU PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI BURU NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-O TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PEKERJAAN UMUM

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BATANG HARI NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI, Mengingat

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-G TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA WALIKOTA SURAKARTA,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI KUTAI KARTANEGARA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAN KEBAKARAN

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA SURAKARTA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN

Transkripsi:

SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG FUNGSI BADAN, SEKRETARIAT, BIDANG DAN RINCIAN TUGAS SUB BAGIAN, SEKSI SERTA TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAN PEMADAM KEBAKARAN KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. b. bahwa dalam melaksanakan ketentuan Pasal 30A Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Jambi, maka dipandang perlu mengatur mengenai fungsi dan rincian tugas serta tata kerja pada Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kota Jambi; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Fungsi Badan, Sekretaris, Bidang dan Rincian Tugas Sub Bagian, Seksi Serta Tata Kerja pada Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kota Jambi. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 20); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 10..Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan; 11..Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 7 Tahun 2008 tentang Penetapan Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Jambi (Lembaran Daerah Kota Jambi Tahun 2008 Nomor 7);

12..Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Jambi (Lembaran Daerah Kota Jambi Tahun 2013 Nomor 3). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG FUNGSI BADAN, SEKRETARIAT, BIDANG DAN RINCIAN TUGAS SUB BAGIAN, SEKSI SERTA TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAN PEMADAM KEBAKARAN KOTA JAMBI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah daerah Kota Jambi. 2. Pemerintah daerah adalah walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Walikota adalah Walikota Jambi. 4. Badan adalah badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi. 5. Kepala badan adalah kepala badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi. 6. Sekretaris adalah kepala sekretariat pada badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi. 7. Kepala bidang adalah kepala bidang pada badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi. 8. Kepala sub bagian adalah kepala sub bagian pada badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi. 9. Kepala seksi adalah kepala seksi pada badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi. 10. UPTB adalah unit pelaksana teknis badan pada badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi. 11. Kepala unit adalah kepala unit pelaksana teknis badan pada badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi. 12. Kepala sub bagian tata usaha adalah kepala bagian tata usaha pada unit pelaksana teknis badan pada badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran Kota Jambi.

13. Jabatan struktural adalah satuan kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi. 14. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II FUNGSI BADAN Pasal 2 Badan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran mempunyai fungsi sebagai berikut : a. perumusan kebijakan teknis dibidang penanggulangan bencana daerah dan pemadam b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang penanggulangan bencana dan pemadam c. penyusunan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan pemadam d. penyusunan dan penetapan peta rawan bencana; e. penyusunan dan penetapan prosedur tetap penanggulangan bencana dan pemadam f. penyelenggaraan pendataan, pencegahan, pengendalian dan pengawasan serta penanggulangan dan penyelamatan dibidang penanggulangan bencana dan pemadam g. pemberian rekomendasi pertimbangan kelaikan bangunan terhadap antisipasi ancaman bencana; h. pengendalian pengumpulan dan penyaluraan bantuan uang dan barang dalam penanggulangan bencana; i. pengkoordinasian hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah, TNI/Polri, lembaga terkait, swasta dan masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan bencana dan pemadam j. pelaporan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada walikota setiap bulan dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan walikota sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

[ BAB III KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Bagian Kesatu Sekretariat Pasal 3 Sekretariat berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Sekretariat dipimpin oleh sekretaris yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan. Sekretaris mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan umum dan kepegawaian, perencanaan dan keuangan serta tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Pasal 4 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan rencana program kerja dan kegiatan sekretariat; b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program kerja dengan bidang-bidang; c. pembinaan administrasi dibidang kesekretariatan; d. pelaksanaan pelayanan administrasi kesekretariatan yang meliputi urusan umum dan kepegawaian, perencanaan dan keuangan; e. penyusunan rencana strategis (RENSTRA), rencana kerja (RENJA), indikator kinerja utama (IKU), penetapan kinerja (TAPKIN), laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD) serta laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP); f. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan serta peningkatan sarana dan prasarana; g. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Pasal 5 Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari : a. Sub bagian umum dan kepegawaian; b. Sub bagian perencanaan; c. Sub bagian keuangan.

Sub bagian sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai unsur pembantu sekretaris dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sub bagian sebagaimana dimaksud pada ayat dipimpin oleh kepala sub bagian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada sekretaris. Pasal 6 Sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas membantu sekretaris dalam melaksanakan urusan umum dan kepegawaian, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bagian umum dan kepegawaian; b. melaksanakan pelayanan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan dan keprotokolan; c. melaksanakan analisis kebutuhan barang serta sarana dan prasarana; d. melaksanakan pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan dan penatausahaan barang inventaris serta sarana dan prasarana; e. melaksanakan administrasi perjalanan dinas; f. melaksanakan administrasi dan surat menyurat kendaraan dinas; g. mempersiapkan penyelenggaraan rapat-rapat dan penerimaan tamu; h. melaksanakan kebersihan, keindahan serta keamanan dan ketertiban dilingkungan kantor; i. menyiapkan dan memproses usulan kenaikan pangkat, gaji berkala, pensiun, pemberian sanksi disiplin, pemberian tanda penghargaan/tanda jasa; j. menyiapkan dan memproses permohonan izin dan cuti, tugas belajar, perpindahan (mutasi), perkawinan dan perceraian; k. mengusulkan penerbitan kartu pegawai, kartu isteri/suami, kartu tabungan asuransi pensiun (Taspen), Bapertarum dan kartu asuransi kesehatan (Askes); l. merencanakan dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan pelatihan, calon peserta pendidikan dan pelatihan / penjenjangan serta calon peserta ujian dinas pegawai; m. mengelola absensi atau daftar hadir pegawai; n. menyusun daftar urut kepangkatan (DUK); o. menyiapkan dan memproses daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai (DP3) dan laporan pajak-pajak pribadi (LP2P); p. melaksanakan pengelolaan kesejahteraan pegawai; q. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; r. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya.

Pasal 7 Sub bagian perencanaan mempunyai tugas membantu sekretaris dalam melaksanakan urusan perencanaan, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bagian perencanaan. b. menghimpun bahan dan menyusun rencana strategis (RENSTRA), rencana kerja (RENJA), indikator kinerja utama (IKU), penetapan kinerja (TAPKIN), laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD) serta laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP); c. menghimpun dan mengolah usulan program kerja dan kegiatan dari sekretariat dan bidang-bidang; d. menyiapkan pusat-pusat komando operasi penanggulangan dan penyelamatan bencana dan pemadam e. menyiapkan bahan laporan penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran ; f. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 8 Sub bagian keuangan mempunyai tugas membantu sekretaris dalam melaksanakan urusan administrasi keuangan, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bagian keuangan; b. melaksanakan penatausahaan keuangan yang meliputi penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari APBD, dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan; c. melaksanakan pembayaran gaji dan honorarium pegawai; d. melaksanakan pembukuan, perbendaharaan dan pertanggungjawaban keuangan; e. menyiapkan usulan perencanaan anggaran dan verifikasi pelaksanaan anggaran; f. menyiapkan pengajuan surat permintaan pembayaran; g. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; h. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Bagian Kedua Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Pasal 9 Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan melalui sekretaris.

Kepala bidang pencegahan dan kesiapsiagaan mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan pencegahan dan kesiapsiagaan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Pasal 10 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat bidang pencegahan dan kesiapsiagaan mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan rencana program kerja dan kegiatan bidang pencegahan dan kesiapsiagaan; b. penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis bidang pencegahan dan kesiapsiagaan pada prabencana; c. pengkoordinasian kegiatan pencegahan dan kesiapsiagaan; d. penyusunan dan penginformasian peta rawan bencana; e. penyusunan prosedur tetap (Protap) penanganan bencana; f. penyusunan standar operasi prosedur (SOP) penanggulangan bencana; g. penyusunan sistem informasi, pendataan dan inventarisasi proteksi penanggulangan bencana; h. pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan dan kesiapsiagaan pada tahap prabencana; i. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi dan lembaga terkait; j. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi personil dan masyarakat dalam menghadapi bencana; k. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Pasal 11 Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari : a. Seksi Pencegahan; b. Seksi Kesiapsiagaan. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala bidang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat dipimpin oleh kepala seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang. Pasal 12 Seksi pencegahan mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan urusan pencegahan, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja seksi pencegahan;

b. melaksanakan pencegahan penanggulangan bencana meliputi pendataan, pemetaan, pemeriksaan, pengawasan dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana; c. menyusun dan menginformasikan peta rawan bencana; d. menyusun prosedur tetap (Protap) penanganan bencana; e. menyusun standar operasi prosedur (SOP) penanggulangan bencana dan pemadam f. menyusun sistem informasi, pendataan dan inventarisasi proteksi penanggulangan bencana dan pemadam g. melaksanakan tindakan mengurangi dampak bencana (mitigasi) pada bangunan; h. menyiapkan bahan rekomendasi teknis untuk mengantisipasi dalam menghadapi bencana; i. memberikan peringatan dini kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat secara langsung atau melalui media cetak maupun elektronik; j. melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan dan mitigasi pada tahap prabencana; k. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait dalam pencegahan dan mitigasi pada prabencana; l. menyiapkan bahan penyusunan standar teknis pencegahan dan mitigasi bencana; m. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; n. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 13 Seksi kesiapsiagaan mempunyai tugas membantu kepala bidang pencegahan dan kesiapsiagaan dalam melaksanakan urusan kesiapsiagaan, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja seksi kesiapsiagaan; b. melaksanakan kesiapsiagaan penanggulangan bencana meliputi sosialisasi, penyuluhan, pengorganisasian; c. melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam rangka kesiapsiagaan pada tahap prabencana; d. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait dalam rangka kesiapsiagaan pada prabencana; e. menyusun standar teknis kesiapsiagaan; f. melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pembinaan personil dalam menghadapi bencana; g. melaksanakan pelatihan pemadam kebakaran kepada instansi pemerintah, swasta dan masyarakat; h. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; i. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

Bagian Ketiga Bidang Kedaruratan dan Logistik Pasal 14 Bidang kedaruratan dan logistik berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Bidang kedaruratan dan logistik dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan melalui sekretaris. Kepala bidang kedaruratan dan logistik mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan tanggap darurat, logistik dan perlengkapan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Pasal 15 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat bidang kedaruratan dan logistik, mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan program kerja dan kegiatan bidang kedaruratan dan logistik; b. penyusunan standar tanggap darurat dan penyaluran logistik pada saat terjadi bencana; c. pengkoordinasian dengan instansi dan lembaga terkait serta pengerahan sumber daya manusia, peralatan dan logistik pada saat terjadinya bencana; d. pembentukan tim reaksi cepat (TRC) tanggap darurat penanggulangan bencana; e. pengendalian, pengumpulan dan penyaluran uang dan barang dalam penanggulangan bencana; f. pelaporan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada walikota setiap bulan dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; g. pemberian bantuan penanganan tanggap darurat di luar wilayah kerja (eksternal) dalam penanggulangan bencana; h. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Pasal 16 Bidang kedaruratan dan logistik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 terdiri dari : a. seksi tanggap darurat; b. seksi logistik dan perlengkapan. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala bidang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

[[ Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat dipimpin oleh kepala seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang. Pasal 17 Seksi tanggap darurat mempunyai tugas membantu kepala bidang kedaruratan dan logistik dalam melaksanakan urusan tanggap darurat, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja seksi tanggap darurat; b. menyiapkan bahan penyusunan standar teknis tanggap darurat; c. menyiapkan pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat pada saat terjadi bencana; d. melaksanakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat yang meliputi penanganan pengungsi, evakuasi korban, penyelamatan nyawa dan harta; e. menyiapkan bahan pertimbangan kepada kepala daerah dalam menentukan status keadaan darurat sesuai dengan tingkatan bencana; f. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait pada saat tanggap darurat terjadinya bencana; g. menyiapkan laporan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada walikota setiap bulan dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; h. membantu penanganan tanggap darurat di luar wilayah kerja (eksternal) dalam penanggulangan bencana; i. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; j. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 18 Seksi logistik dan perlengkapan mempunyai tugas membantu kepala bidang kedaruratan dan logistik dalam melaksanakan urusan logistik dan perlengkapan, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja seksi logistik dan perlengkapan; b. menginventarisir kebutuhan logistik, peralatan dan perlengkapan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi; c. melaksanakan pengendalian, pengumpulan dan penyaluran uang dan barang pada saat terjadi bencana; d. melaksanakan pemenuhan kebutuhan dasar bagi para pengungsi pada saat terjadi bencana; e. melaksanakan pendistribusian logistik dan perlengkapan dari instansi dan lembaga terkait serta masyarakat ke lokasi bencana; f. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait dalam penyediaan logistik dan perlengkapan pada saat terjadinya bencana;

g. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; h. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Bagian Keempat Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasal 19 Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan melalui sekretaris. Kepala bidang rehabilitasi dan rekonstruksi mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan rehabilitasi dan rekonstruksi pada pasca bencana serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Pasal 20 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat bidang rehabilitasi dan rekonstruksi mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan program kerja dan kegiatan bidang rehabilitasi dan rekonstruksi; b. penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pada pasca bencana; c. pelaksanaan penanganan rehabilitasi fasilitas publik dan masyarakat pada pasca bencana; d. pelaksanaan penanganan rekonstruksi sarana dan prasarana fasilitas publik dan masyarakat pada pasca bencana; e. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait serta masyarakat dalam penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pada pasca bencana; f. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Pasal 21 Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 terdiri dari : a. seksi rehabilitasi; b. seksi rekonstruksi. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala bidang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat dipimpin oleh kepala seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang. Pasal 22 Seksi rehabilitasi mempunyai tugas membantu kepala bidang rehabilitasi dan rekonstruksi dalam melaksanakan urusan rehabilitasi, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja seksi rehabilitasi; b. menyiapkan bahan kebijakan dan petunjuk teknis rehabilitasi pada pasca bencana; c. menginventarisir kebutuhan rehabilitasi pelayanan publik dan masyarakat pada pasca bencana; d. menentukan skala prioritas pelaksanaan rehabilitasi berdasarkan pada analisis kemanfaatan, kerusakan dan kerugian akibat bencana; e. melaksanakan rehabilitasi pelayanan publik dan masyarakat pada pasca bencana dengan normalisasi aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat; f. melaksanakan koordinasi pelayanan kesehatan; g. melaksanakan koordinasi pemulihan sosial psikologi masyarakat; h. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait dalam pelaksanaan rehabilitasi pada pasca bencana; i. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; j. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 23 Seksi rekonstruksi mempunyai tugas membantu kepala bidang rehabilitasi dan rekonstruksi dalam melaksanakan urusan rekonstruksi, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kegiatan seksi rekonstruksi; b. menyiapkan bahan kebijakan dan petunjuk teknis rekonstruksi pada pasca bencana; c. menginventarisir kebutuhan rekonstruksi pasca bencana dengan memperhatikan standar konstruksi bangunan; d. menentukan skala prioritas pelaksanaan rekonstruksi berdasarkan pada analisis kemanfaatan, kerusakan dan kerugian akibat bencana; e. melaksanakan rekonstruksi pelayanan publik dan masyarakat pada pasca bencana dengan normalisasi aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat; f. melaksanakan koordinasi peningkatan sosial ekonomi masyarakat; g. melaksanakan koordinasi peningkatan sosial budaya masyarakat; h. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait dalam pelaksanaan rekonstruksi pada pasca bencana;

i. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; j. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Bagian Kelima Bidang Operasi Kebakaran Pasal 24 Bidang operasi kebakaran berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Bidang operasi kebakaran dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan melalui sekretaris. Kepala bidang operasi kebakaran mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan rencana operasi dan pengendalian kebakaran serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Pasal 25 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat bidang operasi kebakaran mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan program kerja dan kegiatan bidang operasi b. penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis bidang operasi c. penyusunan dan penetapan prosedur tetap (Protap) operasi pemadam d. penyusunan standar operasi prosedur (SOP) operasi pemadam e. penyusunan sistem informasi, pendataan dan inventarisasi proteksi operasi pemadam f. pelaksanaan pembinaan satuan tugas pemadam dan penyelamatan g. pelaksanaan inventarisasi peralatan operasional penanggulangan dan penyelamatan h. pengusulan penempatan satuan tugas penanggulangan dan penyelamatan i. pengkoordinasian penanggulangan dan penyelamatan kebakaran dengan instansi dan lembaga terkait; j. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Pasal 26 Bidang operasi kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 terdiri dari : a. seksi rencana operasi; b. seksi pengendalian kebakaran. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala bidang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat dipimpin oleh kepala seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang. Pasal 27 Seksi rencana operasi mempunyai tugas membantu kepala bidang operasi kebakaran dalam melaksanakan urusan rencana operasi kebakaran, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja seksi rencana operasi; b. menginventarisasi dan mengusulkan peralatan operasional penanggulangan dan penyelamatan c. menyusun prosedur tetap (Protap) operasi pemadam d. menyusun standar operasi prosedur (SOP) operasi pemadam e. menyusun sistem informasi, pendataan dan inventarisasi proteksi operasi pemadam f. melaksanakan pemeriksaan hydrant kota untuk operasional g. menyiapkan bahan pengusulan penempatan satuan tugas penanggulangan dan penyelamatan h. melaksanakan pembinaan personil satuan tugas penanggulangan dan penyelamatan i. melaksanakan pembentukan Barisan Sukarelawan Kebakaran (BALAKAR); j. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; k. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 28 Seksi pengendalian kebakaran mempunyai tugas membantu kepala bidang operasi kebakaran dalam melaksanakan urusan pengendalian kebakaran, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kegiatan seksi pengendalian b. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis pelaksanaan pengendalian, penanggulangan dan penyelamatan

c. melaksanakan pengelolaan pusat komando operasi penanggulangan dan penyelamatan d. mengatur dan mengendalikan jalur komunikasi operasi e. menyiapkan bahan koordinasi antar lintas satuan kerja perangkat daerah (SKPD) didalam/luar wilayah Kota Jambi, swasta dan masyarakat untuk pelaksanaan penanggulangan dan penyelamatan f. menyiapkan pembentukan tim penyelamat dan investigasi g. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; h. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Bagian Keenam Unit Pelaksana Teknis Badan Pasal 29 Pada badan dapat dibentuk UPTB. UPTB sebagaimana dimaksud pada ayat dibentuk untuk melaksanakan sebagian tugas teknis operasional dan/atau teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja pada satu atau beberapa kecamatan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan rincian tugas UPTB ditetapkan dengan peraturan walikota. (4) (5) Bagian Ketujuh Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 30 Kelompok jabatan fungsional berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat dikoordinir oleh seorang tenaga fungsional senior selaku ketua kelompok yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan. Tenaga fungsional senior sebagaimana dimaksud pada ayat berdasarkan kepangkatan. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan, beban kerja dan kemampuan keuangan daerah. Tenaga fungsional dalam menyelenggarakan tugasnya diatur dengan peraturan walikota.

(4) (5) (6) (4) BAB IV TATA KERJA Pasal 33 Kepala badan dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjawab kepala walikota melalui sekretaris daerah. Sekretariat dipimpin oleh sekretaris dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan. Bidang dipimpin oleh kepala bidang dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan. Sub bagian dipimpin oleh kepala sub bagian dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjawab kepada sekretaris. Seksi dipimpin oleh kepala seksi dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang. Hubungan antara kepala badan dengan bawahan atau sebaliknya secara administrasi dilaksanakan melalui sekretaris. Pasal 34 Kepala badan berkewajiban mengkoodinasikan seluruh kegiatan badan. Kepala badan berkewajiban melaksanakan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi baik dalam lingkungan badan maupun dengan instansi lain yang terkait. Sekretaris, kepala bidang, kepala sub bagian, kepala seksi berkewajiban melaksanakan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi sesuai dengan bidangnya. Kepala badan, sekretaris, kepala sub bagian, kepala seksi bertanggungjawab memberikan bimbingan atau pembinaan kepada bawahan serta melapor hasil pelaksanaan tugas menurut jenjang jabatan masingmasing.

BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, maka Peraturan Walikota Jambi Nomor 17 Tahun 2009 tentang Fungsi Dinas, Sekretariat, Bidang dan Rincian Tugas Sub Bagian, Seksi, UPTD serta Tata Kerja pada Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi (Berita Daerah Kota Jambi Tahun 2009 Nomor 17), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 36 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Jambi. Ditetapkan di Jambi pada tanggal 8 Februari 2013 WALIKOTA JAMBI, R. BAMBANG PRIYANTO Diundangkan di Jambi Pada tanggal 8 Februari 2013 SEKRETARIS DAERAH KOTA JAMBI DARU PRATOMO BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2013 NOMOR