PERSPEKTIF PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Masih Spiritualitas Bisnis

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MASYARAKAT INDUSTRI DAN PROSES DEHUMANISASI

KEDUDUKAN AGAMA DALAM MASYARAKAT INDUSTRIAL

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

Sosialisme Indonesia

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

KEPERCAYAAN VERSUS PENGETAHUAN

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

KEPEMIMPINAN DALAM PEMODERNAN INDONESIA DAN IMPLIKASI-IMPLIKASI SOSIAL KEAGAMAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

PROPORSI HUBUNGAN ANTARA KEILMUAN DAN KEAGAMAAN

KELUARGA KECIL Oleh Nurcholish Madjid

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAHAN TAYANG MODUL 5

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

EFEK KESEHARIAN TAKWA

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

PERANAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MODERN

SEKULARISASI DITINJAU KEMBALI 1

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Gilang Wiryanu Murti. DO NOT COPY.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. Masalah-masalah konsep pembangunan dan modernisasi. B. Faktor-faktor budaya yang menghambat pembangunan. C. Kebudayaan global dan globalisasi

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

APATISME PEMBICARAAN NEGARA ISLAM 1

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

BAB I PENDAHULUAN. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

PELAKSANAAN PANCASILA DAN DEMOKRASI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN NASIONAL

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

SEKOLAH AGAMA Oleh Nurcholish Madjid

BEBERAPA SEGI AJARAN DALAM AL-QUR AN DAN PEMECAHAN PERSOALAN UMAT MANUSIA DEWASA INI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

PERMASALAHAN UMUM YANG DIHADAPI PESANTREN

Oleh: Budhy Munawar-Rachman

Islam dan Sekularisme

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

PENDIDIKAN PANCASILA

OByEKTIVIKASI SALAM Oleh Nurcholish Madjid

TAKWA DAN IKHLAS Oleh Nurcholish Madjid

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

Modernisasi dan Perubahan Sosial Budaya.

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

Pendidikan Agama Islam ISLAM DAN GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika

Spiritualitas Islam Dalam Pandangan Muhammadiyah. Farah Meidita Firdaus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengalaman Beragama. Pengalaman beragama menurut Glock & Stark (Hayes, 1980) adalah

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENDERITA CACAT (Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 Tanggal 29 Oktober 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sering menjadikan manusia putus asa. Persoalan-persoalan tersebut. dari adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk

SISTEM EKONOMI RANGKAIAN BEBERAPA KOMPONEN YANG SALING PENGARUH MEMPENGARUHI DAN SALING TERGANTUNG DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul The Third Wave

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

AYAT ASAS Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 6 TAHUN 1974 (6/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia karena mendapatkan pendidikan, Tanpa pendidikan Manusia. mulia dengan pendidikan termasuk di Negara Indonesia.

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan selalu menjadi bagian penting dari kehidupan manusia. Jadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

Transkripsi:

PERSPEKTIF PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Bangsa Indonesia sekarang dengan mantap memasuki era pembangunan. Kesadaran akan mutlaknya pembangunan muncul secara meyakinkan sejak tumbuhnya Orde Baru. Sebelumnya orientasi pembangunan belum merupakan kesadaran seluruh rakyat, tetapi hanya merupakan kebijaksanaan kabinet-kabinet tertentu. (Menurut analis H. Feith, di Indonesia terdapat dua jenis pemerintahan, atau kabinet, yang pernah memerintah, yaitu administratif [berorientasi pembangunan] dan solidarity making [berorientasi politik], yang secara kebetulan tercerminkan pada dua kepribadian dalam dwi tunggal, Soekarno-Hatta yang agak kontras). Pada tahap sekarang, pembangunan di bidang ekonomi diprioritaskan. Kita sama-sama mengetahui bahwa prioritas ini dipilih karena desakan untuk mengatasi masalah kemelaratan umum rakyat kita. Jika pembangunan ekonomi ini mencapai sasarannya, dan eksesnya bisa ditekan seminimal mungkin (misal, kian melebarnya jurang antara si kaya dan si miskin), maka kemakmuran akan ber pengaruh lebih luas dan positif bagi pengembangan segi-segi kehidupan non-ekonomi. (Jika kemiskinan mendekatkan seseorang kepada kekafiran, maka seharusnya kebalikannya: kemakmuran mempertinggi mutu iman atau martabat manusia). 1

NURCHOLISH MADJID Sikap-sikap Pembebasan Dengan pembangunan, masa depan bangsa kita secara sederhana dapat digambarkan sebagai masyarakat yang berubah dari pola-pola agraris ke pola-pola industrial. Bahkan secara universal, bentuk ma sa depan manusia ditentukan oleh penguasaan teknologi, pengem bangan ekonomi, automation of production, dan campur tangan ilmu pengetahuan dalam perikehidupan sehari-hari. Hal itu pasti berpengaruh pada pandangan hidup manusia, termasuk pada doktrin-doktrin yang disodorkan oleh masyarakat keagamaan. Jadi, perubahan sosial tak mungkin bisa dihindarkan. Masalahnya ialah apakah perubahan sosial akan kita biarkan terjadi karena desakan sejarah dan tekanannya (accidental), atau kita menyongsongnya dengan persiapan-persiapan yang semestinya, kemudian ikut serta mengarahkan secara sadar (deleberated). Oleh karena yang pertama akan tak terkendalikan, dan mungkin menimbulkan kecelakaan-kecelakaan sosial (social disasters), maka yang kedua harus dipilih. Kita harus menyiapkan diri bagi perubahan itu, dan mengarahkannya. Agama Islam, bagi kita, merupakan keyakinan. Bagi bangsa Indonesia, secara empiris atau kenyataan, Islam merupakan agama bagian terbesar rakyat. Karena itu, sikap-sikap yang diterbitkan atau disangka diterbitkan oleh agama Islam, akan mempunyai pengaruh besar sekali bagi proses perubahan sosial. Bagi perubahan sosial, peranan Islam akan diwujudkan dalam dua sikap: menopang atau merintangi. Hal ini bergantung pada para pengikutnya. Guna menopang, menyertai, bahkan melakukan sendiri dan meng arahkan perubahan sosial tersebut, kita harus mampu melepaskan diri dari sikap-sikap yang tidak kondusif bagi pembangunan dan modernisasi, yang dihasilkan oleh cetakan lingkungan agraris kita. Secara positif, kita harus menciptakan sikap mental baru yang ilmiah. Bila dikonkretkan dengan melihat latar belakang yang ada maka pada saat ini, perlu sekali mengadakan liberalisasi (pem bebasan dari nilai tradisional yang bersifat menghambat), 2

sekularisasi (pembebasan masalah-masalah dan urusan-urusan duniawi dari belenggu-belenggu keagamaan yang tidak pada tempatnya), serta bentuk-bentuk sikap pembebasan (liberating attitude) lainnya (semua ini telah dibicarakan sejak beberapa waktu yang lalu, dan kiranya dapat dianggap pengetahuan yang sudah umum). Yang erat sekali hubungannya dengan masalah ini ialah keharusan kita orang-orang Islam untuk mengembalikan agama Islam sebagai agama perseorangan, di mana tak terdapat lembaga kependetaan dengan suatu wewenang keagamaan (lā rahbāniyat-a fī al-islām). Perspektif kemakmuran ekonomi tersebut, dan pencabanganpencabangannya yang dekat, masih berada dalam lingkungan peng garapan ilmu pengetahuan. Tapi sesudah itu, ilmu akan tidak berdaya menjawab masalah-masalah asasi kemanusiaan. Menurut Ivan Svitak, masalah kesejahteraan manusia tidak mungkin disederhanakan begitu saja menjadi sekadar data empiris ilmu pengetahuan, sebab ia akan juga berurusan dengan masalah-masalah nilai-nilai dan pandangan tentang tujuan hidup manusia. Sebab, nilai-nilai menetapkan arah tujuan kegiatan sosial dan sekaligus merupakan sumber motivasi serta pendorong bagi aktivitas-aktivitas tersebut. Karena nilai merupakan masalah keyakinan, maka di sini dituntut adanya peranan mutlak agama. Di sini nilai-nilai keagamaan hendaknya diwujudkan menjadi kemanusiaan yang aktif, menjiwai kegiatan-kegiatan praktis manusia, guna mewujudkan apa yang sering kita sebut masyarakat adil dan makmur (dunia [sekular] dan ilmiah) yang mendapatkan rida TuhanYang Mahaesa (ukhrawi atau religius dan spiritual). Sebab, esensi kemanusiaan tidak terbatas pada pertumbuhan material semata-mata, melainkan meliputi pengembangan sepenuhnya diri manusia itu, dan pembebasannya, sehingga ia akan dapat menumbuhkan cipta rasanya, mengembangkan bakat-bakat dan kecerdasan untuk menghayati kekayaan dan keindahan dunia. 3

NURCHOLISH MADJID Kembali kepada al-qur an dan Sunnah Pada abad sekarang ini, manusia semakin sadar akan kemampuannya untuk mengarahkan jalannya sejarah. Kalau mereka melakukannya dengan penuh kesadaran, mereka tidak akan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kepentingan mereka sendiri, tidak akan mengubah diri mereka menjadi masyarakat robot-robot yang mekanis (dehumanized society) dan otomat-otomat bikinan pabrik, tetapi akan berjuang bagi nilai-nilai kemanusiaan masa depan masyarakat. Kesadaran umat manusia sekarang, bahwa kemakmuran mutlak tidak boleh kehilangan segi-segi kemanusiaan, merupakan gejala terpenting yang sedang berkembang pada abad kini. Kemanusiaan tidak hanya berkepentingan pada pengembangan-pengembangan kekuatan produktif dan teknologi, tetapi juga pada makna hubungan-hubungan sosial manusia dan budi pekerti. Jika disebutkan bahwa pada tingkat ini (perspektif yang jauh) agama dapat memberikan jawabannya, maka yang dimaksudkan ialah agama yang dihayati secara spiritual dan mendalam dengan penuh kedewasaan oleh pengikut-pengikutnya. Penghayatan itu menjadi amat individual sifatnya. Maka perlu sekali dilakukan apa yang telah dipaparkan di muka: mengembalikan Islam seba gai agama individu, membebaskan para pengikutnya dari kecen de rungan sektarianistis, dan melepaskan sifat-sifatnya yang seolah-olah merupakan organized religion. Konsistensinya ialah kita harus berusaha menangkap dan memenuhi fungsi-fungsi di balik formalitas-formalitas ritual, sehingga agama tidak menjadi sekadar upacara-upacara yang kehilangan artinya dan kosong, khususnya untuk suatu masyarakat yang semakin terpelajar dan kritis karena proses pembangunan dan industrialisasi. Meminjam ungkapan seorang kawan (Syu bah Asa), maka dalam menghayati religiusitas, rasanya kita perlu menjadi mutashawwif-mutashawwif, tanpa memasuki dunia tasawuf, atau kebatinan, yang ekstrem. 4

Slogan Kembali kepada al-qur an dan Sunnah tentu tidak mengandung masalah penolakan atau penerimaan. Tetapi segi pelaksanaannya akan berbeda. Sebab di sini menyangkut tingkat pengetahuan dan pengertian: menyeluruh atau parsial, aksentuasi yang tepat atau tidak, latar belakang pendidikan, lingkungan dan kepentingan (interest). Juga perlu diteliti apakah seruan pembaruan yang kini banyak dibicarakan dapat disimpulkan sebagai hendak melaksanakan Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok. Kita tentu menerima ajaran itu, tapi hanya sampai pada tarap sebagai jargon. Dan begitu kita ajukan problemproblemnya beserta kemungkinan-kemungkinan pemecahnnya dalam pelaksanaan, maka segera timbul reaksi setuju dan tidak setuju. Ini pun amat banyak bergantung pada faktor-faktor latar belakang tadi, termasuk pendidikan. Maka setelah iman, ilmulah yang akan meningkatkan martabat kemanuisaan kita. [ ] 5