BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan

dokumen-dokumen yang mirip
Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

KEBIJAKAN INDONESIA MERATIFIKASI United Nations Convention Againts Corruption (UNCAC)

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

BAB 7 PENUTUP. Universitas Indonesia 112

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan masyarakat dengan cara merusak lembaga dan nilai-nilai demokrasi,

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. berdampak buruk bagi kehidupan bernegara dan tatanan kehidupan bangsa.

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

Pandangan Studi Hubungan Internasional terhadap Upacara Matiti Suara. Sebagai Upaya Pencegahan Tindak Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi adalah sebagai tingkah laku individu yang menggunakan. wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan

Pemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010

BAB V PENUTUP. Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Oleh : Harrys Pratama Teguh Jumat, 25 Juni :05. Latar Belakang

URGENSI PENERAPAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA MENANGGULANGI TINDAK PIDANA KORUPSI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA HARI ANTI KORUPSI SE-DUNIA TAHUN 2017 PENEGASAN KOMITMEN DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

BELASAN KEMENTERIAN TERINDIKASI RUGIKAN KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

KEYNOTE ADDRESS INTERNATIONAL CONFERENCE PRINCIPLES FOR ANTI-CORUPTION AGENCIES (ACA)

Tindak Pidana Korupsi

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya. Oleh : Dewi Asri Yustia. Abstrak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN KADIN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI ANTI KORUPSI

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

POLICY PAPER. : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007

14FIKOM ETIK UMB. No impunity to corruptors GERAKAN, KERJASAMA DAN INSTRUMEN INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom.

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

FENOMENA KORUPSI SEBAGAI PATOLOGI SOSIAL DI INDONESIA Disusun oleh : Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sistem kontrol sosial yang belum memadai dan penegakan hukum yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum, bukan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita untuk melaksanakan amanat para pejuang kemerdekaan bangsa dan

Penetapan Pelaku Tindak Pidana Korupsi. Sebagai Justice Collaborator. Dalam Praktek. Oleh: Ahmad Yunus 1. Abstrak :

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

KONSEP PENCEGAHAN KORUPSI PADA LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

Lex Crimen Vol. V/No. 6/Ags/2016

Nomor : 995/BAN-PT/AK/2017 Jakarta, 21 Februari 2017 Lampiran : 1(satu) berkas : Kode Etik Asesor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundangundangan. di Indonesia. Bab. Kompetensi Dasar. Pokok Bahasan. Sub Pokok Bahasan

BAB 11 PENGHORMATAN PENGAKUAN DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAM

INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan penyelenggarakan pemerintahan Negara 2. Tidak hanya di

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

JURNAL OPINIO JURIS Vol. 13 Mei Agustus 2013

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017. Kata kunci: Tindak Pidana, Pendanaan, Terorisme.

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

PENCEGAHAN DAN UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA TERHADAP JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Aset. Aset Negara. Aset Tindak Pidana. Pemulihan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

TUMPANG TINDIH KEWENANGAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Oleh : Sulistyo Utomo, SH* *

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa apa yang dinamakan tindak pidana akan

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dengan diratifikasinya konvensi Transnational Orgainized Crime oleh

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dewasa ini semakin. meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas. Kasus korupsi biasanya

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes) akan tetapi sudah menjadi kejahatan yang luar biasa (extraordinary crime). Tindak pidana korupsi dapat menurunkan kredibilitas pemerintahan, memasung demokrasi, meningkatnya kemiskinan serta menghambat pembangunan nasional dalam memenuhi kepentingan nasional suatu negara. Dalam menanggapi sedemikian buruknya dampak dari korupsi terhadap negara-negara sebagai bentuk masalah internasional, PBB mengeluarkan konvensi anti korupsi (United Nation Convention Against Corruption/UNCAC) pada tahun 2003 di Merida, Meksiko sebagai landasan hukum internasional dalam melawan korupsi. Dalam alinea ke empat Mukadimah Konvensi anti korupsi menyatakan : Meyakini bahwa korupsi bukan lagi masalah lokal, tetapi merupakan fenomena transnasional yang membawa dampak bagi seluruh lapisan masyarakat dan bagi ekonomi, menjadikan kerjasama internasional untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi sebagai hal yang penting. Untuk dapat melaksanakan Konvensi yang telah ditetapkan, PBB menunjuk dan memberikan mandat kepada United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) agar dapat membantu negara peserta yang telah meratifikasi Konvensi tersebut untuk dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam UNCAC dengan standar yang ada di dalamnya. Indonesia merupakan salah satu negara peserta yang telah menandatangani Konvensi pada 147

148 tanggal 18 Desember 2003 dan meratifikasi ketentuan Konvensi ke dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006. Setelah ditetapkannya Undang-Undang tersebut, KPK sebagai lembaga independent yang bertugas untuk memberantas korupsi di Indonesia diberi kewenangan yang luas oleh pemerintah agar dapat mengembangkan dan mengamalkan ketentuan konvensi sebagai bentuk kebijakan nasional dalam memberantas korupsi. Agar pelaksanaan UNCAC dapat berjalan sebagaimana mestinya, KPK meminta UNODC untuk dapat memberikan pelatihan, dalam mengembangkan kebijakan maupun strategi dan program pencegahan tindak pidana korupsi yang telah ada untuk disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan konvensi yang telah diratifikasi. Pada tanggal 4 Juni 2008 KPK dan UNODC resmi bekerja sama dengan menandatangani MoU yang disepakati kedua belah pihak. Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan hasil penelitian pada pembahasan bab sebelumnya. Maka, dalam menangani korupsi yang dilaksanakan oleh KPK dan UNODC ini dapat dikatakan berjalan dan berhasil sesuai dengan kerangka kerjasama yang telah disepakati. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu : Pertama, membangun dan memperkuat kerjasama kedua belah pihak dalam memberantas terutama dalam pencegahan korupsi. Kedua, meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi.

149 Ketiga, merumuskan dan melaksanakan proyek yang disusun bersama dengan memperkuat penegakan hukum sebagai langkah mencegah dan melawan korupsi. Keempat, diberlakukannya kode etik bagi para hakim dalam menyelenggarakan peradilan yang bebas dan bersih dari praktek korupsi dalam memutuskan perkara korupsi. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut dapat dilaksanakan beberapa kegiatan antara kedua lembaga tersebut, diantaranya : a. Menyelenggarakan forum internasional b. Menyelenggarakan forum diskusi anti korupsi c. Melakukan sosialisasi kepada publik d. Memberikan Pelatihan dan Sertifikasi Hakim di Indonesia e. Meningkatkan Kerjasama Pada Tingkat Nasional dan Daerah f. Merumuskan Proyek Anti Korupsi g. Mensukseskan Pendidikan Anti Korupsi h. Meningkatkan Kerjasama Pada Tingkat Internasional i. Memberikan Pelatihan Teknologi Lembaga Anti Korupsi Pasca penandatanganan MoU telah banyak kegiatan yang telah direalisasikan oleh KPK dan UNODC. Hal ini dapat menggambarkan bahwa upaya kerjasama dalam penanganan korupsi di Indonesia telah berjalan dengan baik.

150 Dalam pembuktian hipotesis jika pelaksanaan program kerjasama pemberantasan korupsi antara UNODC dan KPK dapat dilaksanakan berdasarkan isi area kerjasama MoU kedua lembaga, maka tindak pidana korupsi di Indonesia dapat ditekan serendah mungkin. Hipotesis yang diungkapkan peneliti dapat teruji, yakni dengan dilaksanakannya isi kesepakatan kerjasama kedua lembaga berdasarkan area kerjasama yang telah disepakati, upaya tersebut berpengaruh terhadap upaya pemerintah dalam menangani permasalahan tindak pidana korupsi yang tidak dapat dilakukan oleh negara itu sendiri. Oleh karena itu, negara melakukan kerjasama dengan Organisasi Internasional agar dapat memecahkan dan menyelesaikan permasalahan tindak pidana korupsi yang sudah menjadi isu dan fenomena dalam Hubungan Internasional. Dimana dari kerjasama tersebut, negara dituntut untuk dapat melaksanakan mandat PBB yang berdasarkan Konvensi anti korupsi yang telah ditandatangani dan disepakati dengan menyatakan perang terhadap korupsi. Peneliti melihat perubahan yang cukup signifikan dari Indonesia dengan adanya upaya lembaga penegak hukum di Indonesia untuk dapat meningkatkan kapasitas masing-masing lembaga dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya untuk menekan tindak pidana korupsi di Indonesia, strategi dan program pencegahan tindak pidana korupsi, advokasi dan sosialisasi serta kampanye anti korupsi kepada publik, pertukaran informasi dan dokumen serta peningkatan kapasitas kelembagaan dalam mengimplementasikan kerjasama dan Konvensi anti korupsi. Selain itu peneliti juga melihat keberhasilan dari kerjasama yang

151 dilakukan oleh UNODC dan KPK yang ditinjau dari pengembalian asset Negara, penanganan gratifikasi dan juga tingkat pengungkapan kasus tindak pidana korupsi sebagai tolak ukur hasil dari kerjasama yang dilakukan berdasarkan ketentuan Konvensi yang telah diratifikasi oleh Indonesia. 5.2 Saran Dalam mengkaji dan meneliti mengenai kerjasama yang dilakukan oleh UNODC dengan KPK, serta hasil yang diperoleh dari kerjasama yang dillakukan kedua lembaga, maka peneliti mencoba menyampaikan saran-saran yang terkait dengan upaya pemerintah dalam menekan korupsi di Indonesia. Peneliti mencoba mengungkapkan saran yang akan diurai sebagai berikut : 1. Dibutuhkannya upaya tindakan hukum yang lebih keras dan tegas dalam memberikan hukuman (punishment) terhadap para pelaku tindak pidana korupsi yang telah menyelewengkan wewenang maupun tanggung jawab sebagai aparatur Negara. Upaya tersebut dapat berupa kurungan penjara seumur hidup, hukuman mati, maupun memiskinkan para koruptor. Hal tersebut dilakukan agar dapat menimbulkan efek jera dan rasa takut bagi siapa saja yang akan melakukan perbuatan tercela tersebut yang dapat merugikan negara dan masyarakat. 2. Diperlukannya suatu kemauan dan keinginan yang kuat (political will) dari lembaga pemerintahan seperti legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dalam melakukan pemberantasan korupsi. Kebijakan pemerintah maupun KPK yang telah diatur serta disusun sebagai strategi dalam memberantas

152 korupsi yang diterapkan akan percuma dan sia-sia jika upaya tersebut tidak dibarengi dengan niat serta kemauan yang kuat dari para Penyelenggara Negara. Dengan tidak adanya niat tersebut maka segala upaya yang dilakukan oleh KPK maupun badan-badan penegak hukum lainnya dalam menekan dan memberantas korupsi di Indonesia akan berjalan di tempat dan mandul. Oleh karena itu sebuah political will yang kuat akan sangat berharga dalam melawan korupsi dalam mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi. 3. Dukungan masyarakat luas baik dari kalangan organisasi masyarakat, pelaku bisnis, serta mahasiswa sangat dibutuhkan untuk dapat melanjutkan kebijakan pemerintah dalam menangani masalah korupsi. Setelah adanya upaya dari pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik, masyarakat diharapkan dapat menerapkan prilaku anti korupsi terhadap penyelenggara negara. Dengan adanya upaya tersebut maka akan terhindar dari upaya melakukan korupsi pada penyelenggara negara. 4. Konsistensi dari lembaga penegak hukum dan juga para aparatur negara dalam menangani tindak pidana korupsi yang terjadi dalam pelaksanaan tata pelayanan pemerintahan. Karena jika melakukan upaya tersebut hanya berorientasi pada jangka pendek maka dikhawatirkan gejala tindak pidana korupsi dapat tumbuh kembali. Oleh karena itu, peneliti sekali lagi menegaskan dan menekankan perlu adanya sikap yang tegas dan konsisten dari para Penyelengara Negara dalam menyatakan perang terhadap tindak pidana korupsi.

153 Selain saran dan rekomendasi terhadap upaya pemerintah dalam menangani korupsi, peneliti juga akan memberikan saran kepada para pembaca dan calon peneliti yang nantinya tertarik dengan permasalahan tindak pidana korupsi. Jika ingin melakukan penelitian terhadap masalah mengenai korupsi harap diperhatikan keakuratan data yang akan dijadikan referensi maupun acuan dalam melakukan penelitian, terutama data-data yang mengenai badan yang memiliki wewenang dan juga tugas dalam masalah tersebut. Selain itu perlu juga mengetahui apa saja yang dilakukan oleh badanbadan yang berwenang serta apa yang nantinya akan dihasilkan dari sebuah kebijakan yang diterapkan sehingga dapat memberikan sebuah kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan juga peneliti menyarankan kepada para peneliti selanjutnya untuk tetap fokus terhadap apa yang akan diteliti serta semangat dan tidak kenal menyerah dalam menyelesaikan tugas akhir ini.