BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN ASAM URAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA ASAM URAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu


BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

DAFTAR PUSTAKA.

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang lebih tinggi harus terpenuhi. Pada masa ini balita sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. urat. Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).


BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan beberapa sebutan lainnya seperti salah satunya penyakit degeneratif (Bustan, 2007). Disebut penyakit degeneratif karena angka kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi pada usia lanjut yang berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif pada umumnya menyerang sistem saraf, pembuluh darah, otot, dan tulang manusia. Contoh penyakit yang menyerang pembuluh darah, persendian, dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005). Asam urat disebut juga artritis gout termasuk suatu penyakit degeneratif yang menyerang persendian, dan paling sering dijumpai di masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia). Namun tak jarang penyakit ini juga ditemukan pada golongan pralansia (Damayanti, 2012). Di dunia prevalensi penyakit gout mengalami kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990-2010. Pada orang dewasa di Amerika Serikat penyakit gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang Amerika. Sedangkan prevalensi hiperurisemia juga meningkat dan mempengaruhi 43.300.000 (21%) orang dewasa di Amerika Serikat (Zhu dkk, 2011 dalam Sun, 2014). Penelitian Yuan dkk (2003) tentang program pendidikan gout pada penderita gout di RS Taichung Taiwan menunjukkan hasil yang sangat baik. 1

2 Penelitian ini memakai 124 sampel yang terbagi masing-masing 62 kelompok intervensi dan 62 kelompok kontrol. Setelah pemberian pendidikan gout dalam penelitian itu, pada kelompok intervensi terdapat perubahan perilaku kesehatan seperti dalam hal pemilihan konsumsi makanan tinggi karbohidrat, protein, dan lemak yang memicu tingginya kadar asam urat. Di Indonesia sendiri penyakit artritis gout pertama kali diteliti oleh seorang dokter Belanda yang bernama dr. van den Horst, pada tahun 1935. Ia menemukan bahwa terdapat 15 kasus gout berat pada masyarakat kurang mampu di pulau Jawa. Hasil penelitian oleh Darmawan (1988) di Bandungan Jawa Tengah menunjukkan bahwa diantara 4683 orang yang diteliti, 0.8% menderita asam urat tinggi berusia antara 15-45 tahun. 1.7% pada pria dan 0.05% pada wanita, bahkan di antara mereka sudah sampai pada tahap gout (Damayanti, 2012). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) sebesar 11.9% dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis nakes tertinggi di Provinsi Bali sebesar 19.3% dan berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi yaitu di Nusa Tenggara Timur sebesar 31.1%. Prevalensi penyakit sendi di Jawa Tengah tahun 2013 berdasarkan diagnosis nakes sebesar 11.2% ataupun berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 25.5% (Riskesdas, 2013).

3 Di Jawa Tengah prevalensi penyakit gout belum diketahui secara pasti. Namun dari suatu survei epidemiologik yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerjasama WHO terhadap 4683 sampel berusia 15-45 tahun, didapatkan prevalensi artritis gout sebesar 24,3% (Nengsi dkk, 2014). Sedangkan jumlah kunjungan penderita gout di Sukoharjo tahun 2013 mencapai 1245 penderita dari 12 Puskesmas di Sukoharjo, tahun 2014 mengalami peningkatan 21.04% menjadi 1507 penderita. Kasus tertinggi yaitu di Puskesmas Gatak dengan presentase penderita sebesar 21.3% atau sejumlah 321 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit persendian di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Sukoharjo masih cukup tinggi (Dinas Kesehatan Sukoharjo & Puskesmas Gatak, 2015). Penyakit asam urat masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan, dibuktikan dari berbagai kasus komplikasi dari penyakit asam urat ini seperti gagal ginjal, batu ginjal dan lain-lain masih cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatannya seperti masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan kandungan dari makanan tersebut. Faktor aktivitas yang berlebihan juga dapat memperburuk dan mendukung adanya komplikasi penyakit asam urat tersebut (Damayanti, 2012). Dalam menangani penyakit asam urat di Sukoharjo, Dinas Kesehatan Sukoharjo dan Puskesmas Gatak sudah berupaya memberikan pelayanan kesehatan yaitu penyuluhan secara individu, pengobatan medis dan

4 pemeriksaan laboratorium. Namun hal itu tidak cukup untuk menurunkan angka kejadian penyakit asam urat di masyarakat. Dalam menangani penyakit asam urat di masyarakat itu sendiri juga dibutuhkan informasi akurat dari penderita yaitu pengetahuan dan sikap penderita dalam menyikapi penyakit tersebut. Jika penderita melakukan pengobatan secara rutin tetapi pengetahuan dan sikapnya kurang baik selama pengobatan dirumah hal itu sama saja dapat mempengaruhi penyakitnya. Maka dari itu peneliti ingin memberikan pendidikan kesehatan asam urat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Hasil wawancara kepada beberapa pasien di Kecamatan Gatak menunjukkan bahwa pengetahuan mereka kurang, dibuktikan saat dilakukan wawancara mereka sering bertanya terkait penyakit asam urat. Pada beberapa pasien juga mengatakan bahwa pendidikan kesehatan itu penting sehingga mereka mau dan sangat senang jika diberikan pendidikan kesehatan terkait penyakitnya. Seperti hasil yang positif dari penelitian Yuan dkk (2003) tentang program pendidikan gout, maka pendidikan kesehatan tentang asam urat dapat diterapkan di Puskesmas Gatak. Dari kasus asam urat yang sangat tinggi diatas serta hasil penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan nampaknya pendidikan kesehatan penting untuk dilakukan bagi para penderita asam urat untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Tujuan dari pendidikan kesehatan tersebut agar penderita asam urat tahu, mau, dan mampu mencegah, menangani, dan melakukan

5 pemeliharaan kesehatan terkait penyakit asam urat, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi lebih baik (Jaji, 2012). Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah membantu agar individu dapat mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup mereka (WHO, 1988 cit Suiraoka & Supariasa, 2012), serta yang diharapkan tenaga kesehatan adalah masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka dan perilaku tersebut tentunya diawali dari suatu sikap terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pengetahuan yang diharapkan disini nantinya dapat membantu masyarakat dalam melakukan pencegahan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Hal tersebut juga diharapkan dapat mempengaruhi sikap masyarakat untuk tetap mempertahankan kualitas hidupnya tanpa adanya gangguan kesehatan seperti asam urat. Dari beberapa kasus asam urat dan hasil wawancara kepada beberapa pasien di Kecamatan Gatak serta penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, nampaknya pendidikan kesehatan tentang asam urat sangat dibutuhkan bagi penderita asam urat di Kecamatan Gatak. Dari sini penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Gatak Sukoharjo tentang pengaruh pendidikan kesehatan asam urat terhadap pengetahuan dan sikap penderita asam urat di wilayah kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis susun sebelumnya, maka dapat ditarik perumusan masalahnya yaitu apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan asam urat terhadap pengetahuan dan sikap penderita asam urat di wilayah kerja Puskesmas Gatak. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan asam urat terhadap pengetahuan dan sikap penderita asam urat di wilayah kerja Puskesmas Gatak. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik penderita asam urat di wilayah kerja Puskesmas Gatak tahun 2015; b. Pengetahuan penderita asam urat di wilayah kerja Puskesmas Gatak tahun 2015; c. Sikap penderita tentang asam urat di wilayah kerja Puskesmas Gatak tahun 2015; d. Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan penderita asam urat di wilayah kerja Puskesmas Gatak tahun 2015;

7 e. Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap sikap penderita asam urat di wilayah kerja Puskesmas Gatak tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti dan Institusi Manfaat penelitian ini bagi peneliti dan institusi pendidikan adalah menambah wawasan pengetahuan serta sebagai kemajuan peningkatan ilmu kesehatan terhadap pentingnya penyuluhan pendidikan kesehatan dalam membuat suatu asuhan keperawatan. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Manfaat penelitian ini bagi tenaga kesehatan adalah memberikan gambaran untuk lebih menggalakkan pendidikan kesehatan tentang asam urat dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. 3. Bagi Masyarakat Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah untuk mendukung peningkatan mutu kesehatan khususnya pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai penyakit asam urat. 4. Bagi Penderita Manfaat penelitian ini bagi penderita adalah diharapkan penderita asam urat mengetahui tentang asam urat dan menunjukkan sikap positif dalam melakukan pencegahan maupun penanganan asam urat.

8 E. Keaslian Penelitian Dari tema yang peneliti ambil belum ada peneliti lain yang melakukan penelitian dengan hal yang sama, namun dari beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan masalah yang hampir sama. Berikut ini terkait penelitian sebelumnya antara lain: 1. Kurniawati dkk (2014) Melakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap klien Gout Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Sangihe. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group pre-post test design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel 45 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap klien Gout Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Sangihe. Perbedaan dengan penelitian saya meliputi judul, tempat, waktu, jumlah sampel, dan kuesioner penelitian. 2. Ranti (2012). Melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian buku saku Gouty Arthritis terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku pasien Gouty Arthritis rawat jalan di RSUP Prof dr. R. D Kandou Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan pre dan post-test control group design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel 10 orang pasien

9 kelompok kontrol di kunjungan pertama dan 10 orang pasien kelompok intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh pemberian buku saku Gouty Arthritis terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku pasien Gouty Arthritis. Perbedaan dengan penelitian saya meliputi judul, tujuan, jenis, jumlah sampel, waktu dan tempat penelitian. 3. Yuan dkk (2003). Melakukan penelitian tentang The Effectiveness of a Gout Education Program, Taiwan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan two group pretest and posttest yaitu 62 kelompok intervensi dan 62 kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini adalah program pendidikan kesehatan gout cukup efektif bagi penderita gout. Perbedaan dengan penelitian saya meliputi judul, jenis, tujuan, rancangan, jumlah sampel, waktu dan tempat penelitian.