BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing sektor publik memiliki peran penting dan strategis dalam perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui auditing sektor publik dapat dilakukan tindakan pendeteksian dan pencegahan atas berbagai praktik korupsi, penyelewengan, pemborosan, dan kesalahan dalam pengelolaan sumber daya publik serta penyelamatan aset-aset negara. Tanpa ada lembaga audit sektor publik yang independen, bersih, kompeten, profesional, dan berwibawa maka akan rusak dan rapuh tatanan pemerintah. Akibatnya korupsi akan merajalela, sistemik, dan membudaya. Auditing sektor publik adalah proses identifikasi masalah, evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan. Untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan pada organisasi sektor publik (Mahmudi, 2011:301). Di Indonesia terdapat standar auditing yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diperuntukkan bagi auditor dalam pemeriksaan keuangan. SPAP pada dasarnya dapat digunakan oleh auditor nonpemerintah maupun auditor pemerintah. Namun khusus untuk standar auditing sektor publik, BPK RI telah mengeluarkan Peraturan No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). SPKN berlaku bagi auditor BPK dan auditor publik independen yang bekerja untuk dan 1
2 atas nama BPK serta Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam mengaudit keuangan negara/daerah. SPKN berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bukan hanya untuk pemeriksaan keuangan saja tetapi juga untuk pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (Mahmudi, 2011:322). Standar audit juga mengikat seorang auditor dengan etika profesinya karena pekerjaan seorang auditor dalam standar harus dilandasi dengan landasan moral dan etika. Sehingga, fungsi standar audit dalam pekerjaan akuntan publik ini akan melandasi seluruh pekerjaan akuntan publik khususnya dalam bidang auditing. Dalam hal ini auditor ditunjuk untuk melakukan tugas tersebut. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Berdasarkan hal tersebut maka akuntan publik memiliki kewajiban menjaga kualitas audit yang dihasilkan. Agar laporan audit yang dihasilkan dapat berkualitas dalam pengambilan keputusan, auditor harus benar-benar melaksakan prosedur audit sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan (Febriyanti, 2010:4). Audit atas laporan keuangan merupakan bagian dari jasa penjaminan yang diberikan Kantor Akuntan Publik (KAP) kepada sebuah perusahaan. Sehingga dari jasa penjaminan
3 ini memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat independen dan tidak bisa dengan informasi yang diperiksanya perusahaan diwajibkan untuk meminta pendapat audit dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan dipublikasikan kepada masyarakat luas (Budiman, 2013:131). Auditor sebagai suatu profesi sangat berkepentingan dalam kualitas jasa yang diberikan agar jasa yang diberikan tersebut dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat (Suryono, 2002). Kualitas audit merupakan hal yang penting karena kualitas yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Menurut (De Angelo, 1981) kualitas audit merupakan segala kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Menurut Arens (2001) kualitas dari hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa tanggung jawab (akuntabilitas). Akuntabilitas merupakan dorongan psikologis sosial yang yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungan. Auditor dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya dengan cara menjaga dan mempertahankan akuntabilitas. Due professional care mengacu pada kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Kemahiran profesional menuntut auditor untuk selalu berpikir kritis terhadap bukti audit yang ditemukannya. Singgih dan Bawono (2010) mendefinisikan due professional care sebagai kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Due professional care merupakan hal
4 penting yang harus diterapkan oleh para akuntan publik agar tercapainya kualitas audit yang memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Sesuai dengan standar umum dalam Standar Akuntan Publik bahwa auditor diisyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk, 2004). Pengalaman juga memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan seorang auditor. Selain menjadi seorang auditor profesional yang memiliki sikap profesionlisme, auditor harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya agar dapat mendukung setiap pekerjaannya dalam memeriksa laporan keuangan. Auditor yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai dalam tugasnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan auditor, maka akan semakin luas pengetahuan audit yang dimiliki auditor sehingga akan meningkatkan kualitas audit. Secara teoritis kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, pengetahuan, pengalaman kerja, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada biaya yang paling rendah serta sikap independensi dengan klien. SPAP adalah pedoman
5 yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan dan independensi dalam sikap mental. Salah satu kasus yang terjadi pada tahun 2009 yaitu auditor BPK Bagindo Aquirino ditetapkan sebagai tersangka pada tanggal 13 februari 2009 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bagindo yang menjadi ketua tim audit dari BPK yang bertugas memeriksa laporan keuangan Depnakertrans ini diduga menerima Rp 650 juta dari Taswin Zein. Bagindo menerima uang karena mengubah hasil audit proyek pengadaan alat BLK (Balai Latihan Kerja). Proyek dengan dana yang berasal dari ABT DIKS (Anggaran Belanja Tambahan Daftar Isian Kegiatan Suplemen) dan ABT DIP (Anggaran Belanja Tambahan Daftar Isian Proyek) tahun anggaran 2004 ini seharusnya dinilai oleh Bagindo yang berindikasi penyaahgunaan anggaran. Tetapi karena uang Rp 650 juta tersebut maka Bagindo mengubah hasil audit BPK untuk proyek ini. Ketua Majelis Hakim Kresna Menon yang menangani kasus ini juga menyatakan pemberian uang pada Bagindo Aquirino, sebagai ketua tim dari BPK untuk proyek tersebut dinilai bertentangan dengan kewenangan. KPK akan menjerat Bagindo pada Pasal 12e, Pasal 12a, Pasal 5 atau Pasal 11 UU No. 31 tahun 1999 yang menyebabkan laporan audit yang dihasilkan tidak akurat dan objektif karena informasi dalam laporan audit tidak sesuai dengan fakta dan bukti-bukti yang terjadi (Ita Lismawati, 2009). Penelitian yang dilakukan Setyorini (2011) meneliti tentang pengaruh kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit dengan variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi, hasilnya menunjukkan ketiga faktor tersebut mempengaruhi kualitas audit.
6 Penelitian yang dilakukan Riani (2013) meneliti tenteng pengaruh pengetahuan audit, akuntabilitas, dan independensi terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan audit, akuntabilitas, dan independensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian yang dilakukan Febriyanti (2014) meneliti tentang pengaruh independensi, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi dan akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nur ani (2013) meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi dan etika auditor terhadap kualitas audit, hasilnya menunjukkan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Masalah ini penting untuk diteliti karena melihat fenomena rendahnya kualitas audit. Akuntabilitas, due professional care, etika auditor, pengetahuan, pengalaman kerja merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh auditor untuk menjamin kualitas audit. Penelitian ini menguji variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas audit sektor publik atau dalam hal ini disebut variabel independen diantaranya akuntabilitas, due professional care, etika auditor, pengetahuan, pengalaman kerja. Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat arti penting dan besarnya pengaruh akuntabilitas, due professional care, etika auditor, pengalaman kerja, dan pengetahuan sebagai faktor yang
7 mempengaruhi kualitas audit sektor publik, ini akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat dan pemakai jasa auditor terhadap BPK. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya dengan menggabungkan beberapa variabel dan menguji kembali dengan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Perwakilan Provinsi Jawa Timur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit sektor publik? 2. Apakah Due Professional Care berpengaruh terhadap kualitas audit sektor publik? 3. Apakah Etika Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit sektor publik? 4. Apakah Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap kualitas audit sektor publik? 5. Apakah Pengetahuan berpengaruh terhadap kualitas audit sektor publik? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh Akuntabilitas terhadap kualitas audit sektor publik. 2. Untuk menguji pengaruh Due Professional Care terhadap kualitas audit sektor publik. 3. Untuk menguji pengaruh Etika Auditor terhadap kualitas audit sektor publik.
8 4. Untuk menguji pengaruh Pengalaman Kerja terhadap kualitas audit sektor publik. 5. Untuk menguji pengaruh Pengetahuan terhadap kualitas audit sektor publik. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi para penggunannya, antara lain yaitu : 1. Kontribusi Teoretis a. Berdasarkan penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh akuntabilitas, due professional care, etika auditor, pengalaman kerja, dan pengetahuan terhadap kualitas audit sektor publik. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti lainnya dalam rangkah mengambangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan. 2. Kontribusi Praktis a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Perwakilan Jawa Timur dalam rangka menjaga, meningkatkan kualitas kerjanya dan memberikan masukan bagi Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Perwakilan Jawa Timur untuk mengevaluasi prosedur audit dan jangka waktu audit yang ditetapkan. b. Sebagai motivasi dalam melaksanakan audit pada entitas, sehingga laporan yang dihasilkan dapat segera dilaporkan ke Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Menghindari praktik penghentian prematur atas prosedur audit
9 pada saat melakukan audit dengan cara meningkatkan profesionalisme dan kualitasnya dalam menjalankan prosedur audit yang sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat umum, terutama mahasiswa sehingga mengetahui hal-hal apa saja yang diperlukan sebagai seorang auditor, terutama faktor akuntabilitas, due professional care, etika auditor, pengalaman kerja, dan pengetahuan yang berpengaruh terhadap kualitas audit sektor publik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah suatu batasan studi yang menjelaskan fokus studi. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah, bahkan menimbulkan perbedaan persepsi maka diperlukan pembatasan ruang lingkup penelitian yang jelas, agar penelitian ini dapat terfokus pada topik pembahasan yang ingin disajikan penulis. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian akan dilakukan terhadap masingmasing variabel untuk mendapatkan alasan dan pemahaman mengenai pengaruh tiap-tiap variabel tersebut dengan kualitas pelaksanaan audit. Karena adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam maka, penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan masalah diatas. Fokus peneliti ini untuk meneliti pengaruh akuntabilitas, due professional care, etika auditor, pengalaman kerja, dan pengetahuan terhadap kualitas audit sektor publik.