BAB I PENDAHULUAN. khas yang mewakili setiap suku bangsa di Indonesia dan dapat disebut juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. terbiasa untuk mengasah kemampuan dan intelektualitas pada dirinya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keanekaragaman dalam hal seni maupun budaya. Hal ini sejalan

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA. (Studipada Motif Batik di KabupatenBlora)

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produk barang maupun jasa yang ditemukan di pasaran. Barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. instan tanpa memperdulikan adanya norma yang sudah diatur Negara, maka

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:

Skripsi PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENERBIT SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA ATAS PEMBAJAKAN BUKU BERDASARKAN UNDANG-

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. sumber dari kekayaan intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2

NI MATUZAHROH, S.PSI, M.SI BAHAN DISKUSI WORKSHOP SENTRA HKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK SENTRA HKI-UMM

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan

PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB I PENDAHULUAN. tanah desa. Menurut Pasal 1 angka 26 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isu yang menarik dan saat ini tengah berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

Hak Cipta Program Komputer

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aliran sumber daya jenis ini entah dipakai atau tidak, terus menerus ada dan. diperbaharui ini dapat mengakibatkan kerugian.

I. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

DAFTAR PUSTAKA. Afrillyanna Purba, S.H., M.H., Perlindungan Hukum Seni Batik Tradisional

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM

BAB I PENDAHULUAN. suku, ras, agama dan kebudayaan. Kemajemukan yang lahir ini justru. para generasi penerus sebagai asset bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MOTIF HIAS SUMATERA BARAT

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

: /2 /0 04

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut dapat melalui jalur pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

I. PENDAHULUAN. invensi. Ciptaan atau invensi tersebut merupakan milik yang diatasnya melekat

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. M6. Peraturan & Regulasi 2

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Ciptaan batik pada awalnya merupakan ciptaan khas bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam dan luar biasa.keberagaman budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang harus dan sangat penting untuk dilindungi.warisan budaya ini merupakan ciri khas yang mewakili setiap suku bangsa di Indonesia dan dapat disebut juga sebagai bagian dari jati diri suatu bangsa.jadi setiap masyarakat dapat memberikan apresiasi terhadap keragaman budaya ini tidak hanya dengan mengagumi karyanya tetapi juga ikut untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Istilah Hak Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right (selanjutya disebut IPR) yang dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. IPR atau HKI pada prinsipnya merupakan perlindungan hukum yang bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkembangkan semangat berkarya dan mencipta dari suatu ciptaan. 1 Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa, dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya intelektual. Karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat sehingga akan menumbuhkan konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual. 1 Afrillyana Purba,2005, TRIPS-WTO dan Hukum HKI Indonesia, Jakarta:PT Rineka Cipta, hal 12. 1

2 Salah satu dari keberagaman kebudayaan Indonesia ini adalah Batik. Batik merupakan seni rentang warna yang meliputi proses pemalaman (lilin), pencelupan (pewarnaan) dan pelorotan (pemanasan), hingga menghasilkan motif yang halus yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang tinggi. 2 Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta pengikutnya. Karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka ke luar kraton dan dikerjakan ditempat masing-masing. 3 Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan motif, gambar ataupun komposisi warnanya. Perkembangan batik sekarang ini sangatlah pesat, hal ini dikarenakan batik mengalami inovasi dan kreatifitas yang muncul dari pengarajin batik. Daerah penghasil batik di Indonesia antara lain, Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tuban, Padang, Jambi, Riau, Lampung, Pontianak, Toraja, Bali, Flores, Ambon, dan Papua. Selain itu juga terdapat daerah yang memiliki ciri khas dalam motif batiknya, tetapi belum berkembang secara luas seperti batik Tegal, batik Kudus, batik Semarang, dan batik Blora. Banyak motif batik yang memiliki nilai seni dan nilai filosofi cukup tinggi yang mewakili berbagai daerah dan sudah mendapatkan perlindungan hukum, antara lain adalah motif Mega Mendung. Motif ini melambangkan 2 Ibid., hal 44. 3 Rindia Fanny Kusumaningtyas, Perlindungan Hak Cipta Atas Motif Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa dalam Jurnal Online (Januari, 2014), hal. 15, http://www.ejurnal.com/2014/01/perlindungan-hak-cipta-atas-motif-batik.html, (Diakses pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 06.39 WIB)

3 awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. 4 Selain itu, ada juga motif batik parang yang merupakan salah satu motif paling populer dan sering dijumpai pemakaiannya dalam busana keseharian masyarakat sejak zaman dahulu hingga sekarang. 5 Karena kepopulerannya, banyak orang beranggapan bahwa semua motif parang dapat dipakai oleh segala lapisan masyarakat. Tidak hanya motif mega mendung dan motif parang yang sudah terdaftar perlindungan hukumnya, terdapat pula motif sido mukti yang mengandung makna kemakmuran. 6 Sedangkan motif batik yang masih dalam proses untuk pendaftaran perlindungan hukum adalah motif batik dari Kabupaten Blora. Kabupaten Blora merupakan sebuah kabupaten diwilayah Provinsi Jawa Tengah. Batik Blora diperkenalkan tahun 2009 sebagai simbol potensi Blora yang sangat kental dengan budaya lokal sehingga batik Blora berbeda dengan motif daerah lainnya. Motif batik khas Blora merupakan motif batik yang memiliki ciri khas Kabupaten Blora yaitu motif tanaman jati yang diilhami dari melimpahnya tanaman kokoh jati dimana 40% wilayah Kabupaten Blora adalah hutan jati, motif kesenian barongan menggambarkan tentang salah satu seni rakyat dimana mengisahkan perjalanan Prabu Kelana Sewandana, seorang raja dari kerajaan Bantarangin dalam meminang Dewi Sekartaji, putri kerajaan Kediri, motif pompa minyak (pompa angguk) untuk 4 Kumpulan Motif Batik Cirebon Dan Penjelasannya, http://blogbatikmuda.blogspot.com/2014/03/3-motif-dan-gambar-gambar-batik-cirebon.html, diakses pada 9 Maret 2017 jam 20.00 5 Afrillyana Purba, Op.Cit, hal. 62-63. 6 Ari Wulandari, 2011, Batik Nusantara, Yogayakarta: ANDI, hal. 133.

4 menggambarkan kekayaan alam Blora, yaitu Minyak Bumi. 7 Apabila motif batik ini terus dikembangkan akan menjadi salah satu hasil produksi yang akan menambah pendapatan daerah, sehingga perlindungan hukum terhadap hak kekayaan intelektual ini harus segera diberikan, agar motif-motif ini tidak diakui oleh pihak lain. Citra motif batik Kabupaten Blora yang bagus seharusnya diiringi oleh kesuksesan para pengrajinnya. Kiprah mereka di dunia industri batik memang sudah bagus dan dinilai sukses, tapi sampai saat ini masih terjadi beberapa hal yang tidak diinginkan, ada konflik kecil yang terjadi pada pengrajin batik. Pengrajin yang memiliki kreativitas tinggi dapat menghasilkan motif-motif baru, dengan sedikit modifikasi agar tercipta motif baru tapi tidak merubah citra motif batik Kabupaten Blora. Pengrajin motif batik yang tidak melakukan pembuatan motif dalam satu tempat, membuat pengrajin motif batik lain mudah untuk mengetahui jika ada motif bagus, sehingga memicu mereka untuk mencontohnya, dan tentu saja hal ini sangat tidak diinginkan oleh pemilik motif tersebut. Sehingga pengrajin tersebut harus berusaha untuk melindungi motif-motif batik ini. Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 telah merinci 19 kelompok ciptaan sesuai dengan jenis dan sifat ciptaan. Ciptaan-ciptaan yang dikelompokkan merupakan ciptaan yang tergolong tradisioal dan yang tergolong baru. Ciptaan yang lahir harus mempunyai bentuk yang khas dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan 7 Yanik Mariana, Pemilik Usaha Batik Nimas Barokah, Wawancara Pribadi, Blora, Jumat, 3 Maret 2017, pukul 10.00 WIB

5 kreativitasnya yang bersifat pribadi pencipta. Dalam hal ini, karya seni batik atau seni motif lain diatur dalam Pasal 40 ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Penjelasan mengenai Pasal 40 ayat (1) huruf j yaitu : Yang dimaksud dengan karya seni batik adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif, masa kini, dan bukan tradisional. Karya tersebut dilindungi karena mempunyai nilai seni, baik dalam kaitannya dengan gambar, corak, maupun komposisi warna. Yang dimaksud dengan karya seni motif lain adalah motif yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, motif tenun ikat, motif tapis, motif ulos, dan seni motif lain yang bersifat kontemporer, inovatif, dan terus dikembangkan. Pengaturan hak cipta di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan dan pergantian yaitu Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 yang diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 kemudian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 yang kemudian diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004. Dalam perlindungan hak cipta, yang meliputi perlindungan terhadap buku, pamflet, ceramah, pidato, lagu dan/ atau musik dengan atau tanpa teks, karya seni rupa, karya seni terapan, peta, karya seni batik atau seni motif lain, karya fotografi, potret, karya sinematografi, terjemahan, tafsir, adaptasi, aransemen, kompilasi Ciptaan atau data, kompilasi ekspresi budaya tradisional, permainan, dan program komputer dimana ini sesuai dengan Pasal 40 huruf a- s Undang-Undang No 28 Tahun 2004. Dari sekian banyak ciptaan yang dilindungi sesuai Undang-undang ini, penulis mengkhususkan

6 pembahasannya mengenai hak cipta atas batik, yaitu motif batik dari Kabupaten Blora. Menurut UU no 28 Tahun 2004 tentang Hak Cipta, menerangkan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pendaftaran hak cipta bukanlah untuk mendapatkan perlindungan hukum terhadap hasil ciptaan tersebut, melainkan seorang pencipta yang tidak mendaftarkan Hak Ciptanya juga mendapatkan perlindungan, asalkan ia benar-benar sebagai Pencipta suatu penciptaan tertentu. Perlindungan hukum yang diberikan ini berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban atas kekayaan intelektual. Dengan adanya perlindungan hukum ini pencipta dapat merasa aman untuk melindungi hasil ciptaannya tersebut. Berdasarkan kenyataan fakta-fakta diatas, penulis ingin mengetahui dan tertarik untuk meneliti serta mengambil penelitian dengan Judul Perlindungan Hukum Hak Cipta (Studi pada Motif Batik di Kabupaten Blora). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis akan mengemukakan beberapa pokok permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini, yaitu :

7 1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap motif batik Kabupaten Blora berdasarkan undang-undang no 28 tahun 2014 tentang hak cipta? 2. Usaha apa sajakah yang dilakukan oleh pengusaha batik Blora untuk melindungi motif batik Kabupaten Blora? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap motif batik Kabupaten Blora. b. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh pengusaha batik Blora untuk melindungi motif batik Blora. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memperoleh data dan informasi secara jelas dan lengkap sebagai bahan penyusunan skripsi sebagai prasyarat guna menyelesaikan studi dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dibidang Hukum Perdata terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual pada umumnya dan pelaksanaan perlindungan hukum pada motif batik di Kabupaten Blora serta memberikan manfaat bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.

8 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran dibidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum perdata khususnya, mengenai hak kekayaan intelektual serta dapat menjadi acuan terhadap penelitian-penelitian sejenisnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi masyarakat atas permasalahan yang diteliti serta memberikan suatu gambaran informasi terhadap penelitian yang sejenis. E. Kerangka Pemikiran Motif Batik Blora Hak Eksklusif Perbedaan Peniruan/Pencotohan Perlindungan Hukum UU Nomor 28 Tahun 2004 Usaha yang dilakukan oleh Pengrajin

9 Keterangan Bagan Kerangka Pemikiran Penulis : Kerangka pemikiran menjelaskan tentang alur berfikir penulis dalam menyusun skripsi ini. Indonesia memiliki keberagaman budaya dan kerajinan yang didalamnya mengandung unsur atau makna tersendiri. Keberagaman dan kerajinan budaya tersebut seringkali mencerminkan suatu keadaan dan wilayah yang ada di Indonesia. Kabupaten Blora sebagai sentra kerajinan Batik tulis dengan motif yang berbeda dari daerah lain mempunyai gaya filosofi hidup dan etos kerja yang kaya akan warna serta mempunyai makna yang tersirat didalamnya. Perbedaan motif batik ini memicu adanya konflik kecil yang terjadi pada pengrajin batik. Pengrajin yang memiliki kreativitas tinggi dapat menghasilkan motif-motif baru, dengan sedikit modifikasi agar tercipta motif baru tapi tidak merubah citra motif batik Kabupaten Blora. Hal ini yang menimbulkan pengrajin batik lain untuk mencontoh motif batik tersebut. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) seharusnya bisa memberi perlindungan terhadap karya masyarakat pengrajin batik. Sehingga hasil karya yang seharusnya terlindungi menjadi tidak memiliki perlindungan, dan ditakutkan ada pihak lain yang mengklaim bahwa itu bukan hasil karya dari masyarakat Indonesia. F. Metode Penelitian Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

10 1. Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum yuridis-empiris dimana penelitian ini didasarkan pada perundang-undangan dan juga menggunakan penelitian yang didasarkan pada fakta, realita, dan permasalahan di lapangan. 8 Pendekatan ini berpedoman pada Undang- Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan penelitian empiris yang dilakukan pada pengrajin Batik Blora. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini memiliki tujuan yaitu untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. 9 Sehingga dapat memberikan fakta yang jelas tentang usaha yang dilakukan oleh pengrajin Batik Blora untuk memperoleh perlindungan hukum. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan penelitian langsung terjun ke lapangan berupa fakta dan keterangan hasil wawancara dengan pengrajin Batik Blora. 8 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 176. 9 Amirudiin & H.Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 25.

11 b. Data Sekunder Data sekunder ini berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang memiliki kekuatan mengikat dan bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang tidak mempunyai kekuatan mengikat dan hanya berfungsi sebagai penjelasan dari bahan hukum primer. 10 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini ada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sedangkan bahan hukum sekunder antara lain buku-buku hasil karya para pakar, hasil-hasil penelitian, dan berbagai hasil penelitian ilmiyah yang berkaitan dengan permasalahan. 4. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan adalah dengan cara mempelajari, mengkaji, dan menganalisis peratuaran perundang-undangan, dokumen serta penelitian lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Selain studi kepustakaan, penelitian ini juga menggunakan studi lapangan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung terhadap objek yang diteliti dengan teknik wawancara kepada pengrajin Batik Blora. 5. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan penulis yaitu metode analisis data secara kualitatif dengan mendasarkan pada ketentuan undang-undang 10 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2015, Metode Penelitian Hukum (Buku Pegangan Kuliah), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 8.

12 dan kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari studi kepustakaan dan studi lapangan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang dikaji serta dianalisis dengan menggunakan metode berfikir deduktif, untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari empat bab yang disusun secara sistematis. Untuk mempermudah dalam melakukan analisis, pembahasan, serta penjabaran dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebgai berikut : Bab I berisi tentang pendahuluan, yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari dua sub bab, yang pertama mengenai tinjauan tentang hak cipta yang berisi pengertian dan pengaturan hak cipta, ciptaan yang dilindungi, jangka waktu hak cipta, pendaftaran hak cipta, dan perlindungan hukum terhadap hak cipta. Yang kedua adalah tinjauan mengenai batik yang berisi sejarah batik, ragam corak batik, dan cara pembuatan batik. Bab III berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai perlindungan hukum terhadap motif

13 batik Kabupaten Bloradan usaha yang dilakukan oleh pengusaha batik Blora untuk melindungi motif batik Blora. Bab IV berisi mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.