BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. penuh perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni (IPTEKS).

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2009). Menanggapi hal tersebut pemerintah sudah banyak berupaya untuk membenahi proses pembelajaran seperti penataran guru-guru Sains, membentuk musyawarah guru bidang studi, bantuan alat-alat laboratorium, dan juga melakukan penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan sistem pendidikan. Sesuai dengan amanat Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004, yang telah dilakukan mulai tahun pelajaran 2004/2005, yang kemudian disempurnakan lagi menjadi KBK (kurikulum berbasis kompetensi ), dan menjadi KTSP (kurikulum tingkat satuan pelajaran) dan akhirnya pada tahun 2013 telah dicanangkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 telah di terapkan di semua sekolah. Perubahan kurikulum ini tentunya harus diikuti dengan penggunaan pendekatan atau strategi pembelajaran yang sesuai oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak timbul sorotan dari berbagai pihak tentang prestasi anak didik. Terutama dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), termasuk fisika dimana minat dan prestasi hasil belajar yang dicapai siswa dalam mempelajari fisika masih sangat rendah. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami materi fisika. Faktor pertama diantaranya, bahwa selama ini

2 pembelajaran hanya tampak dari kemampuan siswa yang menghafal, walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka sering sekali tidak memahami secara mendalam subtansi materinya. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu menggunakan metode ceramah, dimana siswa kurang ikut-sertakan dalam memecahkan suatu permasalahan dalam belajar fisika. Tentunya ini akan berakibat negatif bagi siswa menjadi pasif dan secara otomatis nilai hasil belajar siswa pun rendah. Kedua yaitu metode pembelajaran diterapkan disekolah-sekolah selama ini menitikberatkan guru sebagai sumber informasi dalam jumlah yang besar. rendahnya hasil belajar fisika yang diperoleh siswa disebabkan karena materi fisika yang disajikan guru dalam pembelajaran sering kali hanya memfokuskan rumus-rumus fisikanya dan mengutamakan perhitungan dari pada penjelasan manfaat konsepkonsep fisikanya dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan juga terlihat dari pengalaman penulis ketika melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL-T) dimana banyak siswa mengatakan pelajaran fisika kurang menarik untuk dipelajari, karena fisika penuh dengan rumus-rumus dan hitungan-hitungan yang sulit, akibatnya pemahaman konsep fisika siswa pun masih rendah dan secara otomatis hasil prestasi yang diperoleh siswa juga akan rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis oleh salah satu guru Fisika di SMP Swasta Muhammadiyah 3 Tanjung Sari Medan bahwa siswa kurang menyukai pelajaran fisika. Mereka juga cenderung menganggap pelajaran fisika selalu identik dengan rumus matematika dan susah untuk dihapal. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang diterapkan dikelas masih berpusat kepada guru sehingga siswa tidak turut aktif dalam proses pembelajaran dan dalam pelaksanaan pembelajaran guru sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi yang lebih menekankan pada penggunaan rumus. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan hasil belajar Fisika kurang maksimal yang berdampak tidak tercapainya ketuntasan belajar ( KKM ) pada mata pelajaran Fisika. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai hasil ujian

3 semester untuk mata pelajaran Fisika di kelas IX pada tahun 2011/2012 rata-rata nilainya yaitu 66,7 dan pada tahun 2012/2013 rata-rata nilai hanya 68. Nilai itu tentu saja masih tergolong rendah mengingat KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sekolah tersebut adalah 70. Adapun pada tahun 2014/2015 KKM di sekolah naik menjadi 72. Dalam hal ini diperlukan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas yakni dengan mengembangkan metode pembelajaran yang efektif, yang dapat menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, melibatkan siswa secara aktif, juga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan daya ingat siswa terhadap pelajaran fisika. Persoalannya sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan didalam mata pelajaran fisika sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Guru harus mampu memilih dan menciptakan berbagai metode pengajaran yang paling efektif dan efisien, serta kemudian menetapkan alat-alat atau sumber-sumber yang diperlukan untuk memberikan kegiatan atau pengalaman belajar bagi siswa. Jadi jelaslah bahwa model pembelajaran adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat modelnya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk memotivasi siswa agar aktif berinteraksi dengan mata pelajaran adalah model dari Bruner yang di kenal dengan belajar penemuan ( discovery learning ). Melalui belajar penemuan hasil belajar yang diperoleh akan lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah serta bertahan lama. Pengetahuan dan kecakapan anak didik bersangkutan lebih jauh dapat menumbuhkan motivasi intrinsik, karena anak didik merasa puas atas penggunaannya sendiri, dimana melalui penemuan akan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah. Model pembelajaran penemuan ( discovery learning ) pernah di teliti oleh Suryani, W (2006) dimana dengan penerapan model pembelajaran discovery hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 72, sedang untuk kelas konvensional nilai rata-rata 63,49, Ainun H.A (2004) dimana dengan penerapan

4 medel penemuan hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 70,4, untuk kelas konvensional rata-rata 62,6. Kendala yang dihadapi dalam model ini adalah siswa kurang berpartisipasi karena tidak mengetahui langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan melibatkan guru bidang studi pada saat proses pembelajaran sebagai observatory sehingga siswa terarah dan aktif, serta guru baiknya terlebih dahulu menginformasikan setiap langkah-langkah kegiatan belajar agar siswa lebih memperhatikan kegiatan belajar. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada materi tekanan dengan menerapkan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Oleh karena itu akan dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Tekanan di Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Tanjung Sari Medan T.P. 2014/2015. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasaarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik 2. Hasil belajar siswa untuk pelajaran fisika masih rendah 3. Pembelajaran yang berlangsung satu arah (teacher centered) 4. Kurangnya keterlibatan atau aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar 1.3 Batasan Masalah Untuk memberikan ruang lingkup yang jelas pada pembahasan maka penelitian ini dibatasi dengan : 1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran penemuan (discovery learning) 2. Hasil belajar siswa dibatasi hanya pada Materi Tekanan di SMP Muhammadiyah 3 Kelas VIII Semester II Tanjung Sari Medan T.P. 2014/2015

5 3. Subjek penelitian adalah siswa SMP Muhammadiyah 3 Tanjung Sari Medan kelas VIII semester II T.P. 2014/2015. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) pada materi tekanan di kelas VIII SMP 3 Tanjung Sari Medan T.P. 2014/2015? 2. Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) pada materi tekanan di kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Tanjung Sari Medan T.P 2014/2015? 3. Adakah pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran penemuan (discovery leaning) terhadap hasil belajar siswa pada materi tekanan di kelas VIII SMP 3 Tanjung sari Medan T.P. 2014/2015? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) pada materi tekanan di kelas VIII Semester II SMP Muhammadiyah 3 Tanjung Sari Medan T.P. 2014/2015. 2. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) pada materi tekanan di kelas VIII Semester II SMP Muhammadiyah 3 Tanjung Sari Medan T.P 2014/2015? 3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran penemuan (discovery learning) terhadap hasil belajar siswa pada materi tekanan di kelas VIII Semester II SMP Muhammadiyah 3 tanjung Sari Medan T.P. 2014/2015.

6 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan bagi calon guru fisika dalam pemilihan model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa 2. Sebagai model pembelajaran alternatif khususnya dalam menyampaikan materi tekanan 1.7 Defenisi Operasional 1. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar (Sani, A. Ridwan, 2013 ) 2. Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.( Paul eggen dan kauchak, 2012) 3. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang di miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana, 2005)