BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEKHUSYUKAN SHALAT DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA UMS SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi sekarang ini melakukan tindakan kekerasan merupakan hal yang

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANTARA JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DAN BUKAN JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEKHUSYUKAN SHALAT DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA SANTRIWATI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

KESTABILAN EMOSI PADA PELAKU HIFZHUL QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. itu kebahagiaan juga meliputi penilaian seseorang tentang hidupnya.

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat jibril. Islam itu

Takwa dan Keutamaannya

Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28).

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan ahkirat. manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya, dan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mahasiswa termasuk dalam golongan remaja akhir yaitu berusia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

"SABAR ANUGERAH TERINDAH"

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

DAFTAR TERJEMAH. No Hal Kutipan Bab Terjemah

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Satuan Pendidikan ( KTSP ) tahun 2006 dinyatakan sebagai upaya membina

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. ibadah kepada Allah SWT. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan

BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PERILAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera.

Pengendalian Emosi. Rerata Empirik (RE) : 124,95. Rerata Hipotetik (RH) : 107,5. Tergolong Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan ini

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan emosional dalam prestasi didunia kerja. emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan kecakapan dalam

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan fisiologis seperti perasaan takut dan berdebar saat akan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. pengetahuan, kemampuan akhlak, juga seluruh pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

Tips untuk Mencerdaskan Nurani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Koping Religius. menimbulkan masalah dinamakan koping. Koping adalah kemampuan

dengan dunianya? Mereka saling menonjolkan

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. hidup dengan optimal tanpa memiliki emosi, karena emosi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69.

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

persaingan yang terjadi dalam dunia industri, teknologi transportasi dan telekomunikasi bahkan dalam dunia pendidikan. Khususnya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

PENGEMBANGAN MEDIA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS LANDASAN HIDUP RELIGIUS BAGI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Santy Andrianie, M.

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

DAFTAR TERJEMAH No Halaman BAB Terjemah

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,


BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA. 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II )

Menyambut Keagungan Ramadhan. Written by Friday, 06 August :30

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Program Bimbingan Keagamaan Islam dalam Coping Stress Narapidana

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Individu yang merasakan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kegiatan alam yang lainnya. Namun menurut Giri (2009), mengungkapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam Firman-Nya Al-Qalam ayat 43 : A. Latar Belakang Masalah (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehidupan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseur untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera (Al-Qalam ayat 43). Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah pasti mendambakan hidup yang damai, penuh dengan kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa syukur atas nikmat Allah yang di berikan, ini berhubungan dengan kebahagiaan setiap orang, yang akan berpengaruh pada kesejahteraan subjektif orang tersebut, yang mana akan membentuk seseorang dengan gaya hidup yang dinamis dan berkualitas. Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya. Kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi hidup manusia. Setiap orang juga memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna pemenuhan kepuasan dalam kehidupannya (Ningsih 2013). Individu yang memiliki kesejahteraan subjektif tinggi ternyata merasa bahagia dan senang dengan teman dekat dan keluarga. Individu tersebut juga kreatif, optimis, kerja keras, tidak mudah putus asa, dan tersenyum lebih banyak daripada individu yang menyebut dirinya tidak bahagia. Individu yang bahagia cenderung tidak memikirkan diri sendiri, tidak memiliki banyak musuh, akrab dengan individu lain, dan lebih suka menolong (Nurhidayah & Rini, 2012). 1

2 Utami (2009) menyebutkan seseorang yang memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi menyatakan bahwa dirinya mengalami kepuasan hidup dan mengalami kegembiraan lebih sering, dan jarang mengalami emosi yang tidak menyenangkan, seperti kesedihan dan kemarahan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kesejahteraan subjektif yang rendah menyatakan diri bahwa merasa tidak puas dengan hidupnya, mengalami sedikit afeksi dan kegembiraan, dan lebih sering mengalami emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjktif seseorang, salah satunya adalah faktor internal individu. Dalam diri masing-masing individu memiliki kekuatan, kemampuan dan cara untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan subjektif pada diri sendiri. Salah satunya bagi orang muslim adalah dengan shalat, karena shalat memiliki manfaat dan kedudukan yang tinggi, Irwanti (2014). Shalat adalah tiang agama Islam dan pendidikan ibadah yang hukumnya wajib bagi muslimin. Allah berfirman di dalam Al-Qur an Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah (Q.S Luqman: 17). Santriwati adalah remaja yang terdidik dengan segala dasar landasan pokok spiritualitas sehingga penanaman agama menjadi bekal penting untuk menjadi pribadi yang tangguh, bermental kuat dalam menghadapi segala

3 permasalahan yang ada. Menurut Wong-McDonald dan Gorsuch (2000) koping religius adalah suatu cara individu menggunakan keyakinannya dalam mengelola stres dan masalah-masalah dalam kehidupan. Pondok Ta Mirul Islam berbasis pondok modern dengan system berbahasa international dengan bahasa inggris dan arab serta berdisiplin tinggi, tidak hanya ilmu agama yang di pelajari namun ilmu umumpun dipelajari. Berdasarkan beberapa pernyataan yang diajukan peneliti kepada santriwati ditemukan bahwa kesejahteraan subjektif pada santriwati pondok Ta Mirul Islam masih rendah walaupun dalam kegiatan kesehariannya berjalan dengan disiplin yang tinggi, dan melaksanakan shalat wajib berjama ah. Berdasarkan hasil wawancara nonformal yang dilakukan di pondok Ta mirul Islam pada tanggal 12 bulan agustus 2015 pada jam 12.30 WIB pada saat jam istirahat siang di sekitar lingkungan pondok Ta Mirul Islam, dari pengambilan data awal yang sudah dilakukan pada 15 santriwati yang berusia antara 15-17 dan dilakukan pada santriwati kelas I-III MA atau setara dengan kelas 1-3 SMA. Subjek yang ditemui diantaranya yaitu : 5 santriwati dari kelas 3 MA, 5 santriwati kelas 2 MA dan 5 santriwati kelas 1 MA, adapun cara pengambilan data awal dengan wawancara nonformal yang menanyakan tentang kesejahteraan santriwati di pondok. Berdasarkan jawaban yang di dapat dari para subjek, di temukan bahwa 13 santriwati merasa belum sejahtera ketika keinginan dan kebutuhannya belum terpenuhi, hal ini dibuktikan dengan jawaban tentang pertanyakan keinginan dan akebutuhan dipondok, ada keinginan santriwati untuk memiliki barang yang dimiliki oleh teman, memiliki uang saku yang banyak dan

4 memiliki pakaian yang bagus, dari hasil jawaban pertanyakan tentang kemandirian hidup di pondok ada 10 santriwati merasa belum dapat hidup secara mandiri dikarenakan masih membutuhkan bantuan teman untuk mengambil sebuah keputusan, masih bergantung kepada orang tua dalam menyelesaikan masalah pondok, dari pertanyakan tentang prestasi sekolah ada 8 santriwati yag menjawab bahwa masih mengalami kesulitan dalam belajar, ini termasuk permasalahan dari prestasi akademik, sulitnya mendapatkan peringkat, dari jawaban untuk pertanyakan keakraban dengan teman ada 8 santriwati memiliki permasalahan dengan teman, iri terhadap teman, pertanyakan tentang kenyamanan dipondok ada 15 santriwati yang merasa tidak betah hidup dipondok, bosan di pondok, jenuh di pondok. Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada santriwati tersebut dapat menimbulkan emosi negatif, kecemasan, ketidak bahagiaan, ketidak sejahteraan pada santriwati yang berdampak pada terganggunya konsentrasi santriwati dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga santriwati tidak dapat mensyukuri segala hal yang ada pada dirinya atau kesejahteraan subyektif dalam dirinya, seperti halnya Coon dan Mitterer (2006) Kesejahteraan Subjektif adalah kebahagiaan dan kepuasan hidup, kebutuhan dan keinginan terpenuhi yang secara umum dikombinasikan dengan banyaknya emosi positif yang dialami dan emosi negatif relatif sedikit dialami. Glock (Mayasari, 2013) mengemukakan terdapat dimensi religiusitas yaitu dimensi penghayatan, dimensi yang berkaitan dengan perasaan religiusitas yang dialami oleh orang yang beragama atau seberapa jauh seseorang dapat

5 menghayati pengalaman dalam ritual agama yang dilakukannya, misalnya kekhusyukan ketika melakukan shalat, dalam shalat terdapat gerakan-gerakan khusus yang mana dalam penghayatannya membantu individu untuk berelaksasi dan menenangkan pikiran serta batinya sehingga individu dapat berfikir jernih dan positif. Shalat adalah kewajiban peribadatan yang paling penting dalam mencegah dan menolong manusia pada perbuatan buruk serta menjadi sarana penangkal dan penawar berbagai macam penyakit hati yang bersarang di dalam dada manusia, ketidak sabaran manusia akan proses hidup yang dijalani, ketidak puasan manusia akan apa yang dimiliki serta ketidak bahagian manusia akan terlihat jelas pada gejala ketidak bahagian dan ketidak sejahteraan, dan shalat serta sabar dapat menolong manusia dari berbagai masalah kehidupan. Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al Baqarah: 153). Shalat merupakan ibadah yang totalitasnya hanya mengingat kepada Allah swt, yang secara total juga hanya diisi dengan kalimat-kalimat dzikrullah, ayatayat Allah SWT, ketika manusia beribadah kepada Allah maka akan terhubung dengan penciptanya melalui shalat, sehingga pertolongan Allah yang akan dirasakan manusia karena dirinya dekat dengan Allah SWT. firman Allah pada surat Al-Baqarah:

6 Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhanya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Al Baqarah: 277) Khusyu' dalam shalat merupakan salah-satu tanda orang-orang yang beriman kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Mu'minun ayat 1 dan 2: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya. (Al-mu miinun 1-2). Hilmi (2007 ) di dalam shalat terdapat pondasi utama untuk membangun ketenangan jiwa, dalam jasmani yang sehat, menenangkan syaraf, di dalam shalat khusyuk akan menghasilkan kedamaian dan ketenangan, individu yang menjalankan shalat dengan khusyuk berarti menjaga dan memelihara shalatnya, mereka sadar akan kehadiran Allah SWT untuk memohon pertolongan serta sadar akan kecilnya manusia di hadapan Allah SWT sehingga ketika induvidu menyambungkan hati dengan Allah maka kebahagian, kesejahteraan dan ketenangan hati akan terasa pada individu tersebut karena segala permasalahn yang di hadapinya terasa ringan ketika sudah menghadap kepada Allah SWT. Kekhusyukan shalat merupakan salah satu dari orientasi religious yang berupa ibadah dengan konsentrasi penuh dan merupakan mediasi tingkat tinggi.

7 Kekhusukan shalat dapat membantu melatih konsentrasi santriwati dalam belajar dan menentukan pihan yang sulit. Shalat khusyuk merupakan kegiatan merenung, maka shalat yang khusyuk dapat membawa pada pikiran positif dan ketengan jiwa, sehingga dalam menyelesaikan permasalahan individu tidak terburu-buru dalam penyelesaiannya (Irwanti, 2014). Kekhusyukan shalat pada santriwati diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan energi positif yang membuat santriwati dapat hidup lebih terarah dan memiliki kualitas hidup yang baik. Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui Apakah Ada Hubungan Antara Kekhusyukan Sholat Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada Santriwati Pondok Ta mirul Islam surakarta. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekhusyukan shalat dengan kesejahteraan subjektif pada santriwati pondok pesantren Ta Mirul Islam Surakarta. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat praktis a. Menumbuhkan kesadaran pada santriwati untuk dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif pada dirinya dengan cara memperbaiki shalatnya. b. Bagi santriwati pondok Ta Mirul Islam diharapkan dapat lebih memahami pendidikan agama Islam yang berupa ibadah shalat, karena selain kedudukannya yang tinggi, shalat juga bermanfaat bagi ketenangan,

8 kebahagian, kepuasan terutama untuk kesejahteraan subjektif pada diri santriwati. 2. Manfaat teoritis a. Bagi keilmuan psikologi, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan guna memperkaya khasanah hasil penelitian di bidang psikologi islam khususnya yang berkaitan dengan dengan kekhusyu an menjalankan shalat dengan kesejahteraan subjektif. b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan rujukan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema yang sama.