BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai alat untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. opini audit wajar dengan pengecualian (qualified audit opinion) dan opini audit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Keberadaan suatu entitas bisnis bukan hanya untuk mencari keuntungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Astika, 2011:76). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori ini sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan cara bagaimana harus kembali pada kondisi yang baik. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba, karena perusahaan besar harus memenuhi ekspektasi dari

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi akan menjadi keinginan para pemilik modal. pengelolaan keuangan (financial management). Penilaian kinerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Opini Audit Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut memberikan informasi kepada para pemakai laporan audit tentang apa yang telah dilakukan oleh auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Informasi yang diperoleh dari laporan audit kemudian oleh para pemakai laporan audit digunakan dalam proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi tersebut lengkap, akurat dan tidak bias. Sedang opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Pada umumnya auditor dapat memberikan satu pendapat dari beberapa alternatif pendapat sebagai berikut: a. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. b. Pendapat wajar dengan pengecualian yang mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas satuan usaha tertentu 6

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan c. Pendapat tidak wajar yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas satuan usaha tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Menolak memberi pendapat yang menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan. 2.1.2 Opini Audit Going Concern Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain (SPAP 2013). Opini audit going concern tersebut merupakan suatu evaluasi kesangsian dari auditor atas kemampuan suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang dan kebutuhan likuiditas dimasa yang akan datang. Penilaian 7

terkait masalah going concern ini meliputi rencana dan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan secara menyeluruh dengan baik untuk dapat bertahan selama mengalami periode kesulitan keuangan. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Penilaian going concern lebih didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah perusahaan akan memiliki going concern atau tidak, auditor harus melakukan evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana manajemen. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Paragraf 11 sampai dengan 18 mengatur tindakan yang harus diambil oleh auditor apabila auditor memiliki kesangsian mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (PSA No.30). Selain itu keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), yang dinyatakan oleh auditor. Jika audit menyimpulkan adanya keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelasan perlu dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam 8

laporan keuangan. PSA 30 membolehkan, tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat karena adanya kesangsian atas kelangsungan hidup. Pemberian opini modifikasi (going concern) oleh auditor merupakan dampak keraguan perusahaan untuk dapat melakukan kelangsungan usahanya. Opini ini merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan. Sulitnya memprediksi kelangsungan hidup sebuah perusahaan menyebabkan banyak auditor yang mengalami dilema moral dan etika dalam memberikan opini going concern (Januarti, 2008). Suatu entitas bisnis dalam menjalankan aktivitas bisnis perusahaan tentu selalu berupaya untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, di samping untuk mencapai tujuan utama, yaitu meningkatkan profitabilitas. Going concern berarti bahwa suatu entitas yang diaudit akan terus eksis di masa mendatang. Penerbitan opini audit going concern akan menimbulkan dampak negatif pada perusahaan karena akan menyebabkan berkurangnya kepercayaan pemegang saham maupun investor terhadap perusahaan sehingga manajer akan cenderung menekan auditor untuk mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Selain itu opini audit going concern haruslah berguna bagi investor yang dapat digunakan sebagai sinyal negatif tentang kelangsungan hidup perusahaan. Sebaliknya opini non going concern dianggap sebagai sinyal positif bagi investor sebagai penanda bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik. Auditor yang baik dianggap memiliki kemampuan untuk menyediakan sinyal-sinyal kepada pasar. Kemampuan menyediakan sinyal ini diperoleh dari kewenangan auditor 9

mengakses informasi perusahaan dan kemampuan auditor dalam menilai isu going concern. 2.1.3 Corporate Governance Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini subyek dari audit adalah asersi atau pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan yang melekat pada laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen perusahaan untuk selanjutnya dikomunikasikan kepada pemakai laporan keuangan. Agar laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan berkualitas maka diperlukan penerapan mekanisme corporate governance yang baik. Penting bagi auditor untuk melakukan penilaian atas kewajaran pengelolaan perusahaan karena investor menginginkan tersedianya informasi yang komprehensif yaitu tidak hanya informasi yang terkait dengan data-data keuangan perusahaan tetapi juga informasi yang berkenaan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai mekanisme dan proses dimana perusahaan dijalankan. Dalam tingkat yang paling dasar, corporate governance digambarkan sebagai suatu proses dimana perusahaan berusaha untuk meminimalisir biaya transaksi dan biaya agensi terkait dengan bisnis yang dijalankan perusahaan (Samanta, 2009). 10

A. Kepemilikan Manajerial Menurut teori keagenan, ketika ada pemisahan antara pemilikan dengan pengelolaan perusahaan akan dapat memicu munculnya konflik keagenan. Konflik keagenan ini timbul ketika terdapat perbedaan kepentingan antara prinsipal dengan agen untuk memaksakan utilitasnya sendiri. Adanya perbedaan kepentingan diantara manajemen dan pemilik perusahaan mengakibatkan manajemen berprilaku curang sehingga pemilik perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu diperlukan cara pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Manajer memiliki peranan tersendiri dalam kelangsungan hidup perusahaan, manajer memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah menaikkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan laba (Riyanda dan Indriani, 2013). Apabila manajer juga memiliki saham perusahaan maka perusahaan juga sebagai pemilik perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya persentase saham yang dimiliki oleh pihak manajerial dalam suatu perusahaan publik. Pemegang saham terbesar dapat mengendalikan perusahaan antara lain memiliki hak untuk perluasan usaha dan pengambilan keputusan dalam manajemen. Kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini dapat berperan sebagai fungsi monitoring dalam proses pelaporan keuangan, dan juga dapat menjadi faktor pendorong 11

dilakukannya ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Apabila inside directors dan manajemen menjalankan fungsi monitoringnya dengan baik, maka ia akan mensyaratkan informasi dari pelaporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi sehingga mereka akan menuntut penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi pula. Dengan meningkatkan presentase kepemilikan diharapkan seorang manajer dapat lebih termotivasi untuk melakukan kinerja yang jauh lebih baik, serta lebih bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pemegang saham. Sedangkan Herawaty (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat mengurangi tindakan manajer untuk memanipulasi laba. B. Komisaris Independen Berdasarkan Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI), dewan komisaris merupakan inti corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Beberapa tugas dari dewan komisaris yang berkaitan dengan masalah going concern diantaranya memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan aset, memonitor dan mengawasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa dewan komisaris belum mampu melaksanakan tugasnya dengan optimal, sehingga disini sangat dibutuhkan dewan 12

komisaris yang independen. Salah satu prinsip corporate governance menurut OECD (organization for economic corporation and development) adalah menyangkut peranan dewan komisaris sebagai salah satu komponen mekanisme corporate governance internal. Dewan komisaris memiliki tanggungjawab dan wewenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi serta memberikan nasihat kepada direksi jika diperlukan. Sebagai organ yang berfungsi untuk mengawasi dewan direksi dalam menjalankan tugasnya, dewan komisaris memegang peranan penting untuk menginformasikan kepada RUPS apabila terdapat indikasi-indikasi yang menyimpang dari tujuan perusahaan. Apabila perusahaan mengambil tindakan untuk melakukan perubahan dewan komisaris dalam kondisi-kondisi yang bisa mempengaruhi going concern. Hal tersebut akan memancing kecurigaan stakeholders terhadap penerapan transparansi yang dilakukan oleh perusahaan. Kurangnya penerapan transparansi dapat dijadikan salah satu pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern pada laporan auditnya. Berdasarkan Pedoman tentang Komisaris Independen, komisaris independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang tidak terafiliasi dengan 32 Direksi, anggota Dewan Komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen sebagai salah satu mekanisme corporate governance memiliki tanggung jawab terkait dengan upaya perusahaan untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang reliable, yaitu dengan memastikan 13

bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilainilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya (Task Force KNKCG). Komisaris independen harus memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi persyaratan berikut : a. bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir; b. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik tersebut; c. tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut; dan d. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut. C. Komite Audit Komite Audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Pada tahun 1970-an, New York Stock Exchange mulai mewajibkan keberadaan komite audit sebagai persyaratan pencatatan. Sejak saat itu banyak negara yang membuat ketentuan mengenai Komite Audit baik dalam 14

bentuk Code of Best Practices, peraturan perundang-undangan, maupun persyaratan pencatatan di bursa. Sejalan dengan kecenderungan internasional ini, persyaratan tersebut juga telah ditetapkan di indonesia melalui Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada bulan Mei 2002. Pada umumnya dewan komisaris membentuk komite-komite dibawahnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Peran komite audit disini adalah sebagai penghubung antara dewan komisaris dan pemegang saham dengan manajemen dalam menangani masalah pengendalian internal perusahaan. FCGI membagi tugas komite audit menjadi tiga yaitu laporan keuangan, tata kelola perusahaan, dan pengawasan perusahaan. Komite Audit berfungsi untuk meningkatkan fungsi audit internal dan audit eksternal serta meningkatkan kualitas laporan keuangan. Komite audit merupakan salah satu komponen GCG yang berperan penting dalam sistem pelaporan keuangan yaitu dengan mengawasi partisipasi manajemen dan auditor independen dalam proses pelaporan keuangan. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: a. laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum b. struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik c. pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku d. tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian 15

intern. Adanya komite audit akan memperbaiki kualitas pelaporan keuangan dan mengurangi manipulasi sehingga proses akuntansi akan menghasilkan laporan yang berkualitas. Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Komite Audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris 2.1.4 Kondisi Keuangan Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern. Auditor hanya memberikan opini audit going concern jika perusahaan mengalami kesulitan melanjutkan kelangsungan hidupnya Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit). Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan dengan jika profitabilitasnya rendah. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan dibidang financial akan sangat membantu dalam menilai presentasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan analisis 16

keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup memadai untuk me-menuhi kewajiban financialnya, besarnya piutang cukup rasional, efesiensi manajemen perssediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Rasio Profitabilitas yang digunakan untuk mengukur Kondisi Keuangan adalah Return On Asset (ROA). Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki (Lulukiyyah, 2011). Rasio profitabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio profitabilitas dalam kaitannnya dengan investasi yang diukur menggunakan ROA. Return on Asset atau dikenal dengan ROA ini merupakan rasio yang mengukur tingkat optimalisasi aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan (laba) (Febrianto, 2013). Ketika perusahaan mempunyai profitabilitas (diproksi dengan ROA) yang tinggi diharapkan dapat memperoleh laba yang tinggi, sehingga kemungkinan kecil bagi perusahaan untuk memperoleh opini going concern (Januarti dan Fitrinasari, 2008). 2.2 PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arum Ardianingsih (2012) dalam Jurnalnya yang berjudul Analisis Mekanisme Corporate Governance Pada Pemberian Opini Audit Dengan Penjelasan Going Concern menyimpulkan bahwa kualitas KAP dan perubahan dewan direksi memberikan pengaruh signifikan 17

terhadap pemberian opini audit going concern. Sedangkan keberadaan komite audit dan perubahan dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan. Menurut Ira Kristiana (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern secara signifikan adalah profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan. Ketiga variabel ini mempunyai pengaruh negatif terhadap opini audit going concern, sedangkan ukuran perusahaan merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian lain yang dilakukan oleh Felicia Liana (2013) menyimpulkan bahwa besarnya proporsi kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit dan banyaknya komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. 2.3 HIPOTESA PENELITIAN 2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern Kepemilikan Manajerial yang menjadi salah satu dari elemen corporate governance suatu perusahaan menjadi salah satu elemen penting bagi perusahaan utamanya adalah dalam hal pengendalian. Pengendalian disini berkaitan dengan fungsi kepemilikan manajerial yang salah satunya dapat digunakan untuk mendorong kinerja manajer dalam sebuah perusahaan. Selain itu kepemilikan manajerial dapat mengurangi tindakan manajer untuk memanipulasi laba perusahaan. Sehingga semakin besar kepemilikan manajerial yang dimiliki oleh manajemen akan memperkecil kemungkinan perusahaan untuk memperoleh opini audit going concern. 18

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Felicia Liana (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat mengurangi tindakan manajer untuk memanipulasi laba. Dengan semakin kecilnya presentase manipulasi laba mengindikasikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan akan semakin baik. Hal ini berbanding lurus dengan semakin baiknya corporate governance perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Linoputri (2010) dan Anastasia (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga hipotesa yang dapat dibuat dari hasil penelitian sebelumnya dan teori diatas adalah : H 1 = Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Negatif Pada Penerimaan Opini Audit Going Concern 2.3.2 Pengaruh Komisaris Independen terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern Dewan komisaris merupakan inti corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Fungsi pengawasan, pengelolaan ini menyangkut semua organ didalam perusahaan. Fungsi tersebut tidak akan berjalan dengan optimal jika dewan komisaris bukan organ yang independen. Oleh karenanya semakin banyak komisaris yang independen maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anastasia 19

Sally (2012) dan Linoputri (2010). Keberadaan komisaris independen didalam perusahaan diharapkan mampu menjamin transparansi laporan keuangan perusahaan serta mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku. Sehingga semakin besar proporsi komisaris independen mampu mengurangi kemungkinan pemberian opini audit going concern (Setiawan, 2011). H 2 = Komisaris Independen Berpengaruh Negatif terhadap Penerimaan Audit Going Concern 2.3.3 Pengaruh Komite Audit terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern Peran komite audit disini adalah sebagai penghubung antara dewan komisaris dan pemegang saham dengan manajemen dalam menangani masalah pengendalian internal perusahaan. FCGI membagi tugas komite audit menjadi tiga yaitu laporan keuangan, tata kelola perusahaan, dan pengawasan perusahaan. Komite Audit berfungsi untuk meningkatkan fungsi audit internal dan audit eksternal serta meningkatkan kualitas laporan keuangan. Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalahmasalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Adanya komite audit akan memperbaiki kualitas pelaporan keuangan dan mengurangi manipulasi sehingga proses akuntansi akan menghasilkan laporan yang berkualitas. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Felicia Liana (2013) dan Linoputri (2010). Carcello and Neal, (2000) menyatakan keberadaan inside dan grey director (komisaris/direktur yang berasal dari manajemen) kemungkinan dapat mengurangi pemberian pendapat auditor 20

mengenai kelangsungan hidup usahanya bagi perusahaan yang memiliki komite audit tetapi mengalami masalah keuangan. Sehingga dengan adanya komite audit maka perusahaan akan menghasilkan laporan yang lebih andal dan berbanding lurus dengan peningkatan corporate governance. Hal tersebut akan memperkecil kemungkinan perusahaan memperoleh opini audit going concern. H 3 = Komite Audit Berpengaruh Negatif Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern 2.3.4 Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Hubungan Kepemilikan Manajerial dan Penerimaan Opini Audit Going Concern Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Kondisi keuangan berkaitan erat dengan bagaimana corporate governance yang ada dalam sebuah perusahaan. Salah satu contohnya Hubungan antara Kondisi keuangan dengan Kepemilikan Manajerial yang berhubungan erat dengan kinerja manajer dalam mengurangi kemungkinan terjadinya manipulasi laporan keuangan akan menghasilkan laporan keuangan yang baik. Laporan keuangan yang dilaporkan dengan baik akan mengurangi kemungkinan auditor memberikan opini going concern pada perusahaan. Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern. H4 = Kondisi keuangan berpengaruh terhadap hubungan kepemilikan manajerial dan penerimaan opini going concern 21

2.3.5 Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Hubungan Komisaris Independen dan Penerimaan Opini Audit Going Concern Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going concern. Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit). Komisaris independen merupakan inti dari corporate governance dalam perusahaan yang memiliki fungsi pengawasan pada setiap bagian dalam perusahaan. Semakin independen komisaris yang ada dalam perusahaan maka semakin rendah kemungkinan pemberian opini audit going concern. Hal ini juga sebagai salah satu dari fungsi komisaris independen adalah mencegah adanya kecurangan dalam pelaporan kondisi keuangan perusahaan. H5 = Kondisi Keuangan berpengaruh terhadap hubungan antara komisaris independen dan opini audit going concern 2.3.6 Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Hubungan Komite Audit dan Penerimaan Opini Audit Going Concern Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going concern. Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit). Komite audit disini berfungsi sebagai penghubung antara pihak manajemen dengan para pemegang kepentingan. Maka dalam menjembatani 22

hubungan tersebut komite audit mendasarkan pendapatnya pada laporan keuangan perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangan dari perusahaan tersebut. Semakin banyak anggota dalam komite maka semakin luas dan efektif kinerjanya dalam mengevaluasi laporan keuangan perusahaan. Hal tersebut dapat membuat semakin kecil kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. H6 = Kondisi Keuangan berpengaruh terhadap hubungan antara komite audit dan opini audit going concern 2.3 MODEL PENELITIAN Kepemilikan Manajerial Komisaris H1 (-) H2 (-) Opini Audit Going Concern Independen Komite Audit H3 (-) H5 H6 H4 Kondisi Keuangan 23