BAB I PENDAHULUAN. Menghadapai persaingan global di abad ke-21 di mana arus dan interaksi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

Modul ke: ETIK UMB. Kepemimpinan dan Kerjasama Tim. Fakultas TEKNIK. Prayogo Hadi Sulistio, M.Pd. Program Studi Teknik Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

PENGGUNAAN LEMBAR PRAKTIKUM TERBIMBING DALAM MATA KULIAH APLIKASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pemanusiaan dan kemanusiaan sudah diterima sepanjang sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permendiknas nomor 22 (2008:3) menggambarkan tentang tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapai persaingan global di abad ke-21 di mana arus dan interaksi informasi tidak dapat dikendalikan lagi, maka perlu menghasilkan berbagai kunggulan kompetitif dari out come pendidikan.pendidikan harus mampu membangun jembatan untuk mengatasi kesenjangan antara proses, hasil dan pengalaman belajar di sekolah. Sekolah adalah salah satu organisasi formal yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, guna menjalankan program pendidikan bagi anak dengan tujuan dan aturan yang jelas untuk membina anak yang berkualitas sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Di dalam organisasi terjadi interaksi antar individu dengan pola komunikasi tertentu untuk bekerja sama menjalankan kegiatan guna mencapai tujuan. Sebagai suatu organisasi, sekolah memiliki unsur atau komponen yang berfungsi dan saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Komponen-komponen tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guruguru, karyawan, supervisor dan siswa. Ada pula unsur sarana dan prasarana, termasuk fasilitas dan finansial sekolah, disamping komponen kurikulum pendidikan sebagai pedoman bagi proses pengajaran dan pembelajaran. Peranan sekolah sangat strategis dan menentukan kualitas generasi di masa depan. Inti kegiatan sistem persekolahan paling tidak ada dua tujuan utama, yaitu mendidik murid dalam berbagai ragam produk akademik,atau keterampilan kognitif dan pengetahuan, mendidik pelajar dalam pengembangan individu dan keterampilan sosial serta pengetahuan yang diperlukan untuk pekerjaan dan sosial politik di masyarakat.

2 Peran kepala sekolah sebagai pemimpin sangat penting, karena memiliki peran pengendalian atas sekolah beserta perkembangannya.kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan Supriadi (Mulyasa, 2007:24) bahwa : Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Menurut Sallis (2006:169) menyatakan bahwa: Kepemimpinan menentukan mutu dalam sebuah institusi. Aspek penting dari peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah memberdayakan para guru dan memberikan wewenang yang luas untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran sehingga proses pembelajaran para pelajar dapat mencapai hasil yang optimal.seperti yang dikemukakan oleh Stanley Spanbauer (Sallis, 2006:174) bahwa : Pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain (guru dan staf) dalam mengembangkan karakteristik serupa.sikap tersebut mendorong terciptanya tanggungjawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja yang interaktif. Dia menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan dimana pemimpin harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta. Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerjasama dalam satu tim. Menurut Megan Crawford dkk (2005:81) : Para kepala sekolah adalah figur-figur yang sangat berpengaruh yang melakukan pengaruh pengendalian atas sekolah beserta perkembangannya. Agar pengaruh ini berjalan baik maka kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk membina komunikasi intern dengan sebaik-baiknya agar para guru mau dan mampu bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan dalam efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Kepala sekolah sebaiknya berlaku dengan prinsip demokrasi dan harus

3 menganggap guru-guru itu bukan saja sebagai pembantunya, tetapi juga mitra atau patner dalam kelompok. Seorang pemimpin hendaknya adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator dan inspirator, serta memiliki visi yang jelas. Menurut Sarros dan Butchatsky (Sholeh: http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertiankepemimpinan-leadership.html): "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan memenurut Anderson (Sholeh : http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertian-kepemimpinanleadership.html) "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance). Seorang pemimpin yang efektif harus memberikan perintah, inspirasi, membangun kelompok kerja yang kompak, menjadi teladan, dan memperoleh penerimaan dari para pegawainya. Kepemimpinan efektif tidak hanya memperbolehkan diskusi di antara kelompok, tetapi juga mengijinkan mereka berpartisipasi dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan pendapat Locke (Syafaruddin dan Anzizhan, 2004:40) bahwa kepemimpinan itu sebenarnya harus membujuk orang lain untuk mengambil tindakan. Para pemimpin membujuk para pengikutnya melalui berbagai cara, yaitu menggunakan otoritas legitimasi, menjadi teladan, penetapan sasaran, memberikan imbalan dan hukuman, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi.

4 Hoy dan Miskel (2001:399), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Dari semua gambaran diatas jelas bahwa pimpinan kepala sekolah sangat berperan dalam mempengaruhi seluruh komponen yang ada dalam suatu sistem sekolah untuk mencapai tujuan organisasi. Salah satu komponen yang penting dalam pendidikan selain kepala sekolah adalah guru. Elisabeth (http://indonesiamasadepan.org/index.php?option=com_content &task=view&id=55&itemid=31) menyatakan bahwa Kaisar Hirohito setelah perang dunia ke-2 usai bukan menanyakan berapa banyak tentaranya yang tersisa, tetapi Dia justru menanyakan berapa banyak guru yang tersisa. Begitu pula dengan Presiden Vietnam Ho Chi Minh menegaskan No teacher, no education (tanpa guru, tidak ada pendidikan). Pernyataan Ho Chi Minh tersebut dijadikan landasan pemerintah dalam membangun Vietnam yang berbasiskan pendidikan dengan guru sebagai intinya. Sedang, Presiden RI Soekarno pada 21 November 1945 menyatakan bahwa guru bukan penghias alam, tetapi membentuk manusia. Tentunya ungkapan-ungkapan tersebut merupakan upaya untuk memotivasi para guru dalam melaksanakan tugasnya. Ini juga menyiratkan bahwa inti yang paling esensial dalam pendidikan adalah guru selaku pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Keduanya saling berinteraksi dalam situasi pedagogis untuk mencapai tujuan pendidikan. Peran guru begitu strategisnya dalam mencerdaskan generasi di masa depan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No: 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 disebutkan bahwa:

5 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab. Berdasarkan hasil studi di negara-negara berkembang, guru memberikan sumbangan dalam prestasi belajar siswa (36%), selanjutnya manajemen (23%), waktu belajar (22%), dan sarana fisik (19%) (Indra Djati Sidi : http://www.geocities.com/guruvalah/artikel_pendidikan 6.html). Dengan demikian, nampak bahwa pendidik (guru) mempunyai pengaruh yang signifikan pada pembentukan sumberdaya manusia (human capital) dalam aspek kognitif, afektif maupun keterampilan, baik dalam aspek fisik, mental maupun spiritual. Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik serta pendidik yang profesional, agar kualitas hasil pendidikan dapat benar-benar berperan optimal dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pendidik dituntut untuk selalu memperbaiki, mengembangkan diri secara profesional dalam membangun dunia pendidikan. Undang-undang Sisdiknas (UU No. 20 Tahun 2003) banyak memberikan amanat kepada pendidik, terutama guru untuk berubah kearah terjadinya profesionalisme. Sebagaimana dijelaskan pasal 40 Ayat (2) bahwa pendidik (guru) berkewajiban : Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional, antara lain memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan yang dipersyaratkan (pasal 8). Kualifikasi akademik tersebut harus diperoleh melalui

6 pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (pasal 9). Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah mengikuti pendidikan profesi (pasal 10 ayat 1).Adapun jenisjenis kompetensi yang dimaksudkan pada Undang-undang tersebut meliputi kompetensi paedagogik,kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (pasal 10 ayat 2). Sanaky:[http://sanaky.com/materi/KOMPETENSI/-SERTIFIKASI%20GURU..pdf]. guru yang tidak layak mengajar atau menjadi guru berjumlah 912.505, terdiri dari 605.217 guru SD, 167.643 SMP, 75.684 guru SMA, dan 63.962 guru SMK. Tercatat 15 persen guru mengajar tidak sesuai dengan keahlian yang dipunyainya atau bidangnya [Kompas, 9/12/2005]. Fakta lain, menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia masih jauh dari memadai. Berdasarkan statistik 60% guru SD, 40% guru SLTP,43% SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masingmasing. Selain itu 17.2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Bila SDM guru kita, dibandingkan dengan negara-negara lain,maka kualitas SDM guru kita berada pada urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human Development Index. Rendahnya kualitas SDM guru, akan mempengaruhi mutu pendidikan, hal ini tercermin dengan rendahnya mutu SDM kita dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tabel 1 memperlihatkan indek pembanguan manusia. Berdasarkan tabel 1, mutu SDM Indonesia peringkat 110 di dunia dan di ASEAN pun ketinggalan dari negara-negara tetangga kita, Singapora, Brunei, Malaysia, Thailand, Phillipine, dan vietnam.

7 Tabel 1.1 Indek Pembangunan Manusia Country HDI Rank Singapore 25 Brunei Darussalam 33 Malaysia 61 Thailand 73 Phillipines 84 Vietnam 108 Indonesia 110 (Sumber : UNDP-Human Development Report 2005) Menurut Purwati ( http://www.suaramerdeka.com/harian/0705/02/opi03.htm) Berdasarkan laporan Unesco, posisi kinerja para peserta didik kita dipandang dari sisi kombinasi kegiatan membaca, penguasaan ilmu pengetahuan, dan kemampuan matematika, masih di bawah Argentina, Hong Kong, Korea, Meksiko, dan Thailand. Misalnya penguasaan matematika, kita hanya memperoleh skor 367 jauh lebih rendah dibandingkan dengan Hong Kong yang mencapai skor 550 dan Korea 547. Paling juga kita hampir sama dengan Thailand yang memiliki skor 432. Berdasarkan data tersebut tampak bahwa rendahnya kualifikasi dan kompetensi akan memberikan dampak pada kinerja guru. Kinerja guru yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini mengenai efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Efektivitas pelaksanaan pembelajaran bukanlah faktor tunggal yang berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor. Aswandi (http:// Arsip.pontianak post.comp[5 April 2009]) menyatakan : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi banyak faktor seperti : guru; murid yang memiliki motivasi belajar tinggi; kurikulum dan penilaian pembelajaran; lingkungan fisik sekolah; kepemimpinan sekolah, organisasi dan budaya internal; tata kelola, akuntabilitas; penjaminan mutu; dan kemitraan sekolah, orang tua dan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud untuk mengkaji mengenai kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rendahnya kompetensi guru menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya efektivitas pelaksanaan pembelajaran selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pembelajaran, antara lain tersedianya peralatan yang cukup, adanya informasi yang baik, terjadinya komunikasi yang baik, kepemimpinan/manajemen, penghasilan yang mencukupi, pekerjaan yang menantang untuk berkembang, serta adanya rasa aman dan tenang (kepuasan) dalam bekerja. Gibbons, 1986 (Moedjiarto, 2002: 17) menyatakan: Prestasi sekolah akan terangkat dengan menerapkan faktor-faktor keefektifan sekolah yang dianggap penting, yaitu dedikasi guru yang tinggi, manajemen kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi siswa dan guru, pemantauan yang kontinyu terhadap kemajuan siswa, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk belajar, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab atas proses belajar mengajar di sekolah secara keseluruhan, sedangkan guru adalah pengelola pembelajaran yang langsung berinteraksi dengan anak didik. Maka kepala sekolah dan guru diharapkan adalah tenaga-tenaga yang profesional yang benar-benar menguasai bidang tugasnya. Namun dari pendapat para ahli menunjukkan bahwa kepala sekolah dan guru masih banyak kelemahan dalam melaksanakan tugasnya, para ahlipun menemukan permasalahan-permasalahan pada aspek kepemimpinan/manajemen dan efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Hal ini perlu dikaji dan diteliti agar mendapatkan akar permasalahannya, untuk dicarikan antisipasi demi peningkatan mutu pendidikan. C. Batasan Masalah Banyak faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran, antara lain kepemimpinan/manajemen, tingkat penghasilan, sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), pendidikan, keterampilan, iklim kerja, dan jaminan sosial. Adapun masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini tentang efektivitas pelaksanaan

9 pembelajaran yang belum optimal. Hal ini diduga karena dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan kompetensi pedagogik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka masalah penelitian ini perlu dibatasi, yaitu sejauh mana kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong Kota Bandung pada tahun 2008? 2. Bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008? 3. Bagaimana kompetensi pedagogik guru SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008? 4. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran? 5. Seberapa besar kontribusi kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran? 6. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi paedagogik guru secara bersama-sama terhadap efektivitas pelaksanan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008?

10 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan membuat suatu deskripsi analisis mengenai perilaku kepemimpinan kepala sekolah sebagai pimpinan dan tanggung jawab langsung dalam menyelenggarakan pendidikan serta membangun rasa percaya diri guru-guru agar bekerja secara maksimal. Kepala sekolah bersama-sama dengan guru berkomunikasi untuk memfokuskan berbagai usaha untuk mencapai tujuan sekolah yang diharapkan. Secara khusus,tujuan penelitian tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran deskriptif efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008. 2. Untuk mengetahui gambaran deskriptif perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008. 3. Untuk mengetahui gambaran deskriptif kompetensi pedagogik guru SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008. 4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008. 5. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung. 6. Untuk mengetahui besarnya kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru secara bersama-sama terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung. F. Manfaat Penelitian

11 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu manajemen dalam mengelola manajemen sumber daya manusia sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian sumber daya manusia yang akan datang. b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu manajemen yang menyangkut efektivitas pelaksanaan pembelajaran. c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu manajemen. 2. Manfaat Praktis Manfaat penelitian secara praktis sebagai berikut: a. Masukan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk peningkatan efektivitas pelaksanaan pembelajaran. G. Kerangka Pikir Penelitian Sekolah adalah merupakan sebuah organisasi yang memiliki unsur atau komponen yang berfungsi dan saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Komponen-komponen tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa. Peranan sekolah sangat strategis dan menentukan kualitas generasi muda di masa depan. Agar peran sekolah optimal, maka peran pimpinan sekolah sangat penting dalam mempengaruhi orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan organisasi. Kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengendalikan tingkah laku dan perasaan orang lain untuk mencapai tujuan merupakan substansi kepemimpinan itu

12 sendiri.stogdill (Sholeh:http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertian-kepemimpinanleadership.html) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Menurut Sarros dan Butchatsky (Sholeh:http: // mayhad. bologspot. com/2007/04/ pengertian-kepemimpinan. leadership.html): "Leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (Sholeh: http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertiankepemimpinanleadership.html:"lpmeans using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance.berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain: Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga. Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.menurut French dan Raven (Sholeh:http://myhad.blogspot.com/2007/04/ Pengertian-kepemimpinan-leadership.html): kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk

13 memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitmenn), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Perilaku kepala sekolah secara keseluruhan akan mewarnai tindakantindakannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian dalam kaitan dengan tugasnya memberdayakan guru, seorang pemimpin diharapkan mampu memotivasi guru dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Tugas utama seseorang guru ialah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, siswa agar berkualitas. Oleh sebab itulah tanggung jawab keberhasilan pendidikan berada di pundak guru. Agar proses pembelajaran berhasil dan mutu pendidikan meningkat, maka diperlukan guru yang memahami dan menghayati profesinya, dan tentunya guru

14 yang memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran aktif, guru mampu menciptakan suasana pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Beratnya tanggung jawab guru dalam mengelola pembelajaran, maka guru harus memiliki kompetensi di bidangnya, sehingga efektivitas pelaksanaan pembelajaran dapat terwujud. Apabila efektivitas pelaksanaan pembelajaran terwujud, maka tujuan pendidikan akan tercapai. Sesuai dengan kerangka pikir tersebut, maka penelitian yang dilakukan difokuskan pada perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1

15 ADMINISTRASI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERSONALIA/SDM A Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Mewakili organisasi 2. Mengatasi konflik 3. Persuasif 4. Struktur inisiasi 5. Toleransi 6. Tugas Menanggapi 7. Perhatian 8. Prediksi akurat 9. Integrasi 10. Orientasi superior C Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran 1. Perencanaan Pembelajaran 2. Membuka Pelajaran 3. Menyampaikan materi pembelajaran. 4. Menggunakan metoda pembelajaran. 5. Menggunakan alat peraga. 6. Pengelolaan kelas. 7. Interaksi belajar mengajar 8. Menutup pelajaran 9. Melaksanakan evaluasi B Kompetensi Pedagogik 1.Menguasai karakteristik siswa 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran 3. Mengembangkan kurikulum. 4. Menyelenggarakan pembelajaran mendidik. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 6. Memfasilitasi pengembangan potensi siswa. 7. Berkomunikasi secara efektif, empati dan santun. 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi. 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi. 10. Melakukan tindakan reflektif PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SMP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN NASIONAL Ket : A, B dan C variabel yang diteliti : feedback : pengaruh Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

16 berikut: Berdasarkan kerangka pikir di atas, disusun paradigma penelitian sebagai Gambar 1.2 Paradigma Penelitian X 1 rx 1 Y rx 1 X 2 rx 1 X 2 Y Y rx 2 Y X 2 Keterangan : X 1 = Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah X 2 = Kompetensi Pedagogik Guru Y = Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran H. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dapat diajukan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta sekecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta se-kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008.

17 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMP swasta se-kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008. I. Definisi Operasional Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) adalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X 1 ) dan kompetensi pedagogik guru (X 2 ), sedangkan variabel terikat (dependent variabel) adalah efektivitas pelaksanaan pembelajaran (Y). Adapun defenisi operasional variabel-variabel tersebut sebagai berikut : 1. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X 1 ) adalah perilaku yang khas dari kepala sekolah atau apa yang dilakukan kepala sekolah dalam kegiatannya untuk mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pembelajaran.adapun dimensi perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah mewakili organisasi, mengatasi konflik, persuasif, struktur inisiasi, toleransi, tugas menanggapi, perhatian, produktif, prediksi akurat, integrasi, dan orientasi superior. 2. Kompetensi Pedagogik (X 2 ) adalah kemampuan yang dimiliki guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.adapun dimensinya adalah menguasai karakteristik siswa; menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran; menguasai pengembangkan kurikulum; menguasai menyelenggarakan pembelajaran mendidik; menguasai memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; menguasai memfasilitasi pengembangan potensi siswa; menguasai berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun; menguasai menyelenggarakan penilaian dan evaluasi; menguasai melakukan tindakan reflektif.

18 3. Efektivitas pelaksanaan pembelajaran (Y) yaitu perilaku kerja yang ditampilkan guru menyangkut sejauh mana kegiatan pembelajaran yang direncanakan terlaksana.adapun dimensinya adalah perencanaan pembelajaran, membuka pelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, menggunakan alat peraga, pengelolaan kelas, interaksi belajar mengajar, menutup pelajaran, dan melaksanakan evaluasi