BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan allah

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB IV ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ZIS PADA BAZ DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG. Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan berkembang pesat di Indonesia, oleh karena itu dibuat UU No. 38

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH PADA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA GORONTALO. Imran Danial Akuntansi/S1 Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

Indra Pratama Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi unsur pokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

FAI(ULTAS NKONOMI T]NIVERSITAS AI{I}ALAS SKRIPSI. Olei: Hilda Wahvuni (EI) PSAK 109: AKUNTANSI ZNKAT,IIIFAQ/SEDEKAII)

BAB I PENDAHULUAN. baitul maal yang berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. 1

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. maaliyah (ibadah harta). Shalat, puasa dan haji digolongkan ke dalam. lagi yang bersifat ibadah ruhiyyat seperti syahadat.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban dan tanggung jawab moral umat Islam dalam upaya menghapus

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DALAM UPAYA MENGUBAH STATUS MUSTAHIQ MENJADI MUZAKKI

PENINGKATAN KUALITAS SDM BAZNAS MENUJU PROFFESIONALISME PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan zakat yang secara profesional dan pendayagunaan secara produktif

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang bercorak sosial-ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

ANALISIS PENERAPAN PSAK NOMOR 109 (Studi Analisis Pada Rumah Zakat Cabang Semarang) SKRIPSI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Islam berguna untuk membangun keadilan sosial dan ekonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. kedudukannyasangatpentingdalamislam. Bisadilihatdalam Al-Qur an Surat At-

BAB I PENDAHULUAN. posisi sangat penting, strategis dan menentukan bagi pembangunan

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO.109 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI ZAKAT, INFAQ/SHADAQAH PADA BAZNAS KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Al Ba ly, Abdul Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan. Syari ah. Terjemahan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gema Insani Press, 1995, hlm. 92. Gema Insani Press, 2002, hlm Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta:

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH PSAK 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT NURUL HAYAT CABANG MALANG SKRIPSI

Imelda D. Rahmawati Firman Aulia P Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan khususnya masyarakat muslim Indonesia, yaitu institusi zakat, infaq, shadaqah (ZIS). Secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dan secara kultural kewajiban zakat berinfaq, dan shadaqah di jalan Allah SWT telah mengakar kuat dalam tradisi kehidupan masyarakat muslim. Secara substantif, zakat, infaq dan shadaqah adalah bagian dari mekanisme keagamaan yang berintikan semangat pemerataan pendapatan. Dana zakat diambil dari harta orang yang berkelebihan dan disalurkan bagi orang yang kekurangan, namun zakat tidak dimaksudkan memiskinkan orang kaya. Hal ini disebabkan karena zakat diambil dari sebagian kecil hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib dizakati. Oleh karena itu, alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara sembarangan dan hanya dapat disalurkan kepada kelompok masyarakat tertentu. Dalam pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No. 109, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). 1 Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan bentuk kata dasar (masdar) 1 Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK NO. 109, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, 2008 1

2 dari Zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Karenanya Zaka, berarti tumbuh dan berkembang, bila dikaitkan dengan sesuatau juga bisa berarti orang itu baik bila dikaitkan dengan seseorang, dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak. 2 Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an At-Taubah ayat 60: 3 &' () $% # $% ( * - +, 2 3 / 01 (. + 1 76 5 4- Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 2 Wahab Zuhayliy, Zakat Kajian Beberapa Mazhab, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, hlm. 83 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an Al Karim dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, hlm. 156

3 Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental. Begitu mendasarnya sehingga dalam Al-Quran seringkali kata zakat dipakai bersamaan dengan kata shalat, yang menegaskan adanya kaitan komplementer antara ibadah shalat dan zakat.jika shalat berdimensi vertikal-ketuhanan maka, perintah zakat berdimensi horizontal-sosial, dalam Al-Quran sering disertai dengan ancaman yang tegas. Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga, merupakan instrument utama dalam ajaran Islam, yang berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan the have kepada the have not. Ia merupakan institusi resmi yang diarahkan untuk menciptakan pemerataan dan keadilan bagi masyarakat, sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan. Dalam undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada pasal yang mengatur Lembaga Amil Zakat (LAZ) tidak lagi sebebas seperti yang diatur dalam undang-undang nomor 38 tahun 1999, memang masyarakat dapat membentuk lembaga amil zakat tetapi pembentukan LAZ wajib mendapat izin mentri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri kemudian LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syari at dan keuangan. Pemerintah tidak serta merta memberikan ijin pembentukan LAZ bila tidak terpenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam pasal 18 ayat (2) yaitu terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial; berbentuk lembaga berbadab hukum; mendapat rekomendasi dari BAZNAS;memiliki pengawas syariat; memiliki

4 kemampuan teknis; administratif dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya; bersifat nirlaba; memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. 4 Lembaga zakat harus menggunakan pembukuan yang benar dan siap diaudit oleh akuntan publik, jika Lembaga zakat belum menerapkan akuntansi zakat. Akibatnya, ada masalah dalam audit laporan keuangan lembaga amil zakat tersebut. Padahal, audit merupakan salah satu hal penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat. Manajemen pengeluaran dana cukup sederhana. Pengurus menset sistem akuntansi sebagaimana jiwa dan harapan surat Al baqarah ayat 282, memberikan laporan periodik dan transparan, melakukan penyaksian dengan melakukan periksaan audit, oleh orang independen misalnya akuntan publik. Sehingga pengeluaran dana yang dilakukan dapat dipertanggung jawaban baik kepada umat maupun kepada Allah SWT. hal ini sangat dijaga oleh Islam. 5 Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat al baqarah:282 2 8 9:? @ >.< = C D9E A B K G GHGIJ F 8 4 Dr. H. Saifudin Zuhri. Zakat Di Era Reformasi (Tata Kelola Baru) Undangundang Pengelolaan Zakat No 23 Tahun 2011 Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, hlm. 12 5 Harahap, Sofyan safri, Manajemen Masjid, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993, hlm. 64

5? PB 0 K LGIN & Q B 9E LGMN SL@ HL@0 R': K5G = 0 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya... 6 Pernyataan ayat tersebut hendak menegaskan bahwa dalam mengelola zakat harus memiliki akuntabilitas dan transparansi. Artinya, semua proses diatas harus benar-benar dilakukan secara bertanggung jawab. Karena itu, menjadi penting bagi lembaga pengelola zakat untuk bisa menyusun laporan keuangan yang baik dan transparan yang sesuai dengan PSAK No. 109 yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah Dari fenomena itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penerapan akuntansi zakat yang dilakukan lembaga pengelolaan zakat, tidak mungkin rasanya kewajiban zakat tersebut dapat diwujudkan dengan optimal tanpa adanya pengelolaan yang baik termasuk didalamnya pencatatan (fungsi akuntansi) yang menjamin terlaksananya prinsip keadilan terhadap pihak-pihak yang terlibat baik oleh lembaga amil zakat maupun badan amil zakat. 6 Departemen Agama RI, Al-Qur an Al Karim dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, hlm. 37

6 Penulis akan meneliti pengelolaan zakat pada Rumah Zakat cabang semarang yang terletak di Jl Dr Sutomo No 53 Semarang. dimana Rumah Zakat Cabang Semarang ini merupakan salah satu Lembaga Pengelola Zakat yang berada di Semarang, Rumah Zakat ini berdiri tahun 2005 yang mana cabang dari Rumah Zakat Bandung dipelopori oleh Muhammad Isa sebagai Branch Manajer. Rumah Zakat ini menghimpun dana dari warga masyarakat Semarang dan tidak menutup kemungkinan dari luar warga Semarang, ini merupakan salah satu dana potensial yang dapat digunakan untuk menekan tingkat kemiskinan khususnya yang ada di daerah Semarang. Namun, masih banyak BAZIS dan LAZIS yang belum menggunakan akuntansi zakat, terutama badan amil zakat yang beroperasi dalam lingkup desa/kelurahan atau masjid, mereka masih menggunakan akuntansi konvensional. Dari sinilah penulis akan menganalisis apakah Rumah Zakat Cabang Semarang menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan akuntansi yang benar sesuai dengan PSAK No. 109 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka, yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana akuntansi zakat yang diterapkan oleh Rumah Zakat cabang Semarang? 2. Bagaimana penerapan PSAK nomor 109 pada Rumah Zakat Cabang Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian adalah: Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

7 1. Untuk mengetahui akuntansi zakat yang diterapkan oleh Rumah Zakat Cabang Semarang. 2. Untuk mengetahui penerapan PSAK nomor 109 pada Rumah Zakat Cabang Semarang. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mampu memberikan pemahaman mengenai pengelolaan zakat pada Rumah Zakat Cabang Semarang. 2. Mampu memberikan tambahan pengetahuan mengenai akuntansi zakat serta penerapannya di dunia akademis. 3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. D. Telaah Pustaka Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang Zakat, diantaranya: Mahmudi dalam bukunya yang berjudul SISTEM AKUNTANSI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT membagi sistem dan prosedur akuntansi menjadi empat yaitu: Sistem dan prosedur penerimaan kas, Sistem dan prosedur pengeluaran kas, Sistem dan prosedur akuntansi aset tetap, Sistem dan prosedur akuntansi selain kas. Dahlia Heryani. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dengan judul Studi Penerapan Akuntansi Zakat pada Lembaga Amil Zakat Studi Kasus pada LAZ PT. Semen Padang dan LAZIS UII,

8 skripsi ini membahas penerapan akuntansi zakat pada LAZ PT. Semen Padang dan LAZIS UII sebelum adanya psak 109. Skripsi yang berjudul Penerapan Akuntansi Zakat Pada Lembaga Amil Zakat (Studi Pada LAZ DPU DT Cabang Semarang) oleh Umi Khoirul Umah mahasiswi IAIN Walisongo Semarang, Dari hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan akuntansi zakat pada LAZ DPU DT Cabang Semarang menggunakan metode cash basic atau berbasis kas yaitu pencatatan dari seluruh transaksi hanya dilakukan pada saat mengeluarkan kas dan menerima kas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fathonah dengan judul penelitian Analisis Penerapan Akuntansi Zakat Pada Organisasi Pengelola Zakat (Studi Kasus LAZISMU Kabupaten Klaten dan BAZDA Kabupaten Klaten). Hasil dari penelitian tersebut adalah pada dasarnya PSAK no.109 sudah jelas dan mudah dipahami serta memenuhi kebutuhan akuntansi zakat pada LAZISMU dan BAZDA Klaten. Akan tetapi LAZISMU dan BAZDA belum menggunakannya dengan maksimal. Semua kegiatan akuntansi masih dilakukan secara manual karena keterbatasan SDM dan waktu. E. Metodologi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penyusunan menggunakan metode penelitian kualitatif yang meliputi: 1. Sumber Data a. Data Primer

9 Adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti ( atau petuga-petugasnya) dari sumber pertamanya. 7 Data tersebut diperoleh langsung dari objek atau sumber utama, yaitu dari Rumah Zakat Cabang Semarang, dan data tersebut didapatkan dengan cara wawancara. b. Data Sekunder Adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak yang lainnya. 8 Adapun data sekunder ini meliputi buku atau dokumentasi yang berkaitan dengan masalah, pendapat para ahli hukum dan laporan-laporan hasil penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara (Interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 9 Interview adalah sebagai suatu proses tanya jawab lisan, dengan dua orang atau lebih yang berhadaphadapan secara fisik, yang satu dapat melihat yang lain dan mendengarkan suaranya, merupakan alat pengumpul informasi 7 Sumardi Suryabrata BA., Drs., MA., Ed. S., Ph. D Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) hlm, 84-85 8 Ibid. 9 Moleong.Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda, 2009, hlm. 186

10 langsung untuk berbagai jenis data sosial baik yang terpendam maupun yang manifes. 10 b. Dokumentasi Dokumen adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. 11 Penelitian ini juga akan diperkaya dengan dokumen yang menginformasikan tentang proses penelitian, seperti buku-buku tentang zakat. c. Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomenafenomena yang diteliti. Dalam arti luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. 12 F. Sistematika Penulisan Penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN TEORITIS 10 Ibid, hlm 217 11 Ibid. 12 Ibid

11 Dalam tinjauan teoritis penulis akan menerangkan konsep zakat: pengertian zakat, dasar hukum zakat, muzaki dan mustahik, amil zakat dan tugasnya, hikmah, tujuan dan manfaat zakat, serta macam zakat dan sekaligus konsep akuntansi zakat. BAB III: PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG Bab ini menerangkan gambaran umum Rumah Zakat Cabang Semarang, sistem pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat serta akuntansi zakat pada Rumah Zakat cabang Semarang BAB IV: ANALISIS PENERAPAN PSAK NO 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG Analisis penerapan akuntansi zakat dan analisis penerapan PSAK no. 109 pada Rumah Zakat cabang Semarang akan dijelaskan dalam bab ini. BAB V: PENUTUP Bab V berisi kesimpulan, saran, Keterbatasan, dan penutup.