BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Diajukan Oleh : FITA NAFIDAH NAFIANA A

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang UPI Kampus Serang Iis Jamilah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. belum dewasa sehingga perlu diberi pendidikan (Samino, 2011:19). membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun menurut. Undang-Undang Republik Indonesia, dan 0-8 tahun menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar kearah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan yang menitik-beratkan pada peletakan dasar ke arah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan adalah usaha

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia pra sekolah. Masa anak usia dini itu dapat disebut sebagai masa peka

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas seorang anak, dari sejak lahir hingga anak tumbuh menjadi pribadi yang dewasa. Orang tua mempunyai kewajiban dalam memelihara dan menjaga keberlangsungan kehidupan anaknya. Orang tua mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan dasar anak, menurut Anggono (2011:17-18) kebutuhan dasar anak meliputi kebutuhan fisik-biomedis (asuh), kebutuhan emosi/kasih sayang (asih), dan kebutuhan akan stimulasi mental untuk proses belajar pada anak (asah). Peran orang tua sangatlah penting dalam pendidikan, karena pendidikan yang pertama dan utama dimulai dari lingkungan keluarga dan orang tua menjadi kunci utama terjadinya sebuah pendidikan dalam keluarga itu sendiri. Perannan orang tua bagi pendidikan anak menurut Hasan (2010:19) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan. Anak diibaratkan sebagai kertas putih yang tidak ada noda sama sekali menurut teori tabularasa, orang tualah yang akan menjadikan seorang anak itu menjadi pribadi yang baik atau buruk. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai upaya pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh generasi penerus bangsa yang nantinya akan melanjutkan cita-cita bangsa itu sendiri, sebagai penerus bangsa sudah seharusnya dibekali dengan berbagai ilmu dan pengalaman serta pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat, hal ini sesuai dengan UU RI Nomor 20 tahun 2003. Pendidikan anak usia dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui 1

2 pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No 20 tahun 2003). Dalam pelaksanaannya pendidikan membutuhkan guru sebagai motivator baik dalam pembelajaran, sikap maupun perilaku. Sebagai motivator guru selain mendorong anak untuk membangun pengetahuannya guru juga perlu memberikan motivasi kepada anak didik agar dalam pelaksanaan bermain dan belajar mempunyai semangat untuk mengikutinya. Selain itu guru diharapkan dapat bekerja sama dengan orang tua dalam penyelarasan kegiatan atau pembelajaran antara di rumah dan di sekolah. Pendidikan formal di sekolah merupakan pendidikan kedua setelah pendidikan dari orang tua di lingkungan keluarga, sejalan dengan pendapat Marijan (2012:24), yang menyatakan keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pertama untuk pembentukan kepribadian dan pendidikan. Dalam pendidikan di sekolah perlu adanya hubungan yang baik dengan orang tua peserta didik agar terjadi keselarasan pembelajaran di sekolah dan di rumah. Partisipasi orang tua sangat penting demi terciptanya kelancaran dalam pembelajaran. Dalam proses pendidikan di rumah, untuk membantu anak dalam belajar banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang tua antara lain, orang tua diharapkan dapat mengotrol, memberi petunjuk, memberi bimbingan, dan memberikan motivasi. Menurut Nasution (dalam Chatib 2014: 69) ada tiga aspek kemampuan belajar anak yakni kemampuan afektif, psikomotorik dan kemampuan kognitif. Salah satu kemampuan belajar yang dibahas di sini adalah kemampuan kognitif pada anak, kemampuan kognitif anak akan berkembang bila anak tersebut diberikan stimulasi dari lingkungan, hal ini membutuhkan peran orang tua serta pendidik dalam pelaksanaannya. Dibutuhkan kerjasama antara pendidik dan orang tua dalam mengembangkan kemampuan kognitif yang ada pada anak. Hal ini mengingat selain terjadinya perkembangan secara alamiah, anak juga membutuhkan bimbingan, arahan serta motivasi dari lingkungan dalam mengembangkan kemampuan dalam diri anak. Sejalan dengan pendapat

3 Vigotsky (dalam Sujiono 2008:4.20) yang mengatakan bahwa kemampuan kognitif dan pola pikir bukanlah dasar yang ditentukan oleh faktor bawaan tetapi hasil dari aktivitas atau lingkungan di mana individu tersebut tinggal. Perode pertama dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama) merupakan periode yang sangat genting dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukkan pribadinya baik dalam ranah kognitif, afektif maupun kognitifnya. Apapun yang terekam dalam benak anak pada periode ini, nanti akan tampak pengaruhnya dengan nyata pada kepribadiannya ketika menjadi dewasa. Anak usia TK merupakan masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Menurut Orborn (dalam Pedoman Pembelajaran DEPDIKNAS 2007:5-8) Perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia 0-6 tahun yakni usia pra-sekolah. Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering kali disebut sebagai masa peka belajar. Pernyataan didukung oleh Benyamin S. Bloom (dalam Dokumen Kerangka Besar Pembangunan PAUD DIRJEN PAUD KEMENDIKBUD, 2011: 34) yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun, peningkatan 30% berikutnya pada usia 4 hingga 8 tahun, dan 20% sisanya pada usia 8 hingga 18 tahun. Rasa ingin tahu anak yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi atau rangsangan dan motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar, apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan

4 berhitung optimal namun tetap memperhatikan cara belajar anak yakni dengan cara bermain. Menurut Uno (2007:33), dalam melakukan aktivitas kehidupan manusia terdapat motivasi sebagai penggerak, motivasi ini terbagi menjadi dua yakni motivasi yang timbul dari dalam diri dan motivasi yang timbul dikarenakan oleh orang lain. Motivasi diri tidak timbul dengan sendirinya melainkan ditimbulkan karena adanya interaksi dengan orang lain. Motivasi dirilah yang sangat berperan dalam menjalankan aktivitas kehidupan seseorang, namun jika tidak didukung motivasi dari lingkungan maka motivasi ini lama kelamaan akan berkurang kecenderungannya sehingga motivasi dalam diri menjadi rendah, tentunya hal ini berpengaruh juga terhadap aktivitas seseorang. Motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan anak, selain motivasi dari diri anak, anak membutuhkan motivasi dari lingkungan baik dari orang tua maupun dari pihak sekolah yang digunakan untuk memperlancar jalannya pendidikan. Menurut Uno (2007:27), motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Pendapat tersebut dapat diimplementasikan pada pembelajaran dalam PAUD, mengingat anak usia TK dalam mengembangkan pengetahuan anak melalui bermain, maka dalam pemberian motivasi lebih kepada aktivitas bermain yang mengandung unsur belajar pada anak. Untuk memberikan motivasi kepada anak orang perlu meluangkan waktu untuk memahami dan membimbing serta menunjukkan penghargaan kepada seorang anak misalnya dengan pujian atau dengan cara lainnya. Sebagian besar orang tua di zaman sekarang lebih mempercayakan anak untuk dididik di sekolah dan menyerahkan semua kebutuhan anak dalam belajar kepada pihak sekolah, secara tidak sadar orang tua menganggap bahwa ia telah mendidik anaknya bila memasukkan anaknya ke sekolah, padahal kewajiban orang tua untuk mendidik itu belum cukup dengan memasukan anaknya ke sekolah saja, karena orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anak. Hal tersebut terjadi dikarenakan orang tua

5 terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kondisi Indonesia yang semula negara agraris menyebabkan penduduknya sebagian besar mata pencahariannya adalah petani, seiring perkembangan zaman yang semula Indonesia merupakan negara agraris perlahan mulai bergerak ke bidang industri. Sektor pertanian hanya dianggap sebagai sumber dan bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor industri yang dianggap sebagai sektor unggulan dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan menurut Tadoro (dalam Yustika, 2009: 65). Hal ini menyebabkan penduduk yang semula bekerja sebagai petani beralih bekerja di perusahaan atau di perkantoran. Berdirinya pabrik-pabrik di daerah berdampak terserapnya tenaga kerja dari desa, hal ini tentunya mempunyai dampak positif bagi penduduk. Namun juga memiliki dampak yang negatif, sebagian waktu dihabiskan untuk bekerja karena di pabrik mempunyai sistem kerja part time. Sehingga tentunya waktu bersama anakanak menjadi berkurang, keadaan ini menyebabkan perhatian dari orang tua menjadi berkurang pula, tentunya dalam pemberian motivasi kepada anak akan berkurang karena waktu sebagian besar digunakan untuk bekerja. Menurut Helmawati (2014:2), keluarga yang menyelenggarakan pendidikan dengan baik akan menghasilkan keluarga yang baik pula. Namun pada kenyataannya tidak semua orang tua dapat menyelenggarakan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya. Hal ini dikarenakan tidak semua orang tua menggunakan ilmu pengetahuan yang tepat dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya. Keadaan ekonomi masyarakat yang masih rendah turut mempengaruhi cara menyelenggarakan pendidikan untuk anaknya. Sebagian orang tua ada yang sudah mengetahui cara memotivasi anak dalam belajar dengan baik dan ada yang belum mengetahui cara memotivasi anak dengan baik. Kecenderungan anak yang kurang mendapat motivasi dari lingkungan pada perkembangan kognitifnya, akan terlihat pada kebiasaan anak dalam mengerjakan tugas di sekolah yang kurang baik. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, kemampuan kognitif anak kelompok B di BA Aisyiyah Sidokerto, Plupuh, Sragen tahun 2015/2016 beragam tingkatnya. Ada anak yang kemampuan kognitifnya sudah

6 berkembang sangat baik, ada yang kemampuan kognitifnya sudah baik, ada anak yang kemampuan kognitifnya baru mulai berkembang. Kurangnya motivasi menjadikan anak haus akan perhatian dari orang terdekat mereka, sehingga anak akan mencari perhatian dari orang lain. Keadaan ini memicu terjadinya tingkah sebagian anak di sekolah yang mencari perhatian guru dan anak yang lain, padahal sebenarnya anak yang bertingkah ini tidak mampu dalam mengerjakan pembelajaran yang disuguhkan kepadanya. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul: Hubungan Antara Motivasi Orang Tua Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B di Bustanul Athfal Aisyiyah IV Sidokerto, Plupuh Sragen Tahun 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak membutuhkan motivasi dari orang tua, kecenderungan anak yang kurang mendapat motivasi dari lingkungan pada perkembangan kognitifnya, akan terlihat pada kebiasaan anak dalam mengerjakan tugas di sekolah yang kurang baik. 2. Motivasi diri tidak timbul dengan sendirinya melainkan ditimbulkan karena adanya interaksi dengan orang lain. Motivasi dirilah yang sangat berperan dalam menjalankan aktivitas kehidupan seseorang, namun jika tidak didukung motivasi dari lingkungan maka motivasi ini lama kelamaan akan berkurang kecenderungannya, sehingga motivasi dalam diri melemah, tentunya hal ini akan menghambat pada aktivitas seseorang. 3. Kesibukan orang tua menyebabkan waktu bersama anak-anak menjadi berkurang, keadaan ini menyebabkan perhatian dari orang tua menjadi berkurang pula, tentunya dalam pemberian motivasi kepada anak juga akan berkurang, sehingga anak menjadi kurang perhatian. 4. Kurangnya motivasi orang tua membuat tingkah sebagian anak di sekolah yang mencari perhatian guru dan anak yang lain, padahal sebenarnya anak

7 yang bertingkah ini kurang mampu dalam mengerjakan pembelajaran yang disuguhkan kepadanya. C. Pembatasan Masalah Mengingat adanya keterbatasan dana dan waktu penelitian, agar penelitian ini lebih mendalam maka permasalahan ini dibatasi pada: 1. Pada pengembangan kemampuan kognitif anak banyak berbagai macam stimulasi dilakukan, penulis membatasi pada kemampuan berhitung permulaan pada anak dikarenakan anak usia TK merupakan masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. 2. Subyek yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah anak kelompok B di Bustanul Athfal Aisyiyah IV Sidokerto, Plupuh Sragen. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi orang tua terhadap kemampuan kognitif anak kelompok B di Bustanul Athfal Aisyiyah IV Sidokerto, Plupuh Sragen tahun pelajaran 2015/2016? E. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi orang tua terhadap kemampuan kognitif anak kelompok B di Bustanul Athfal Aisyiyah IV Sidokerto, Plupuh Sragen tahun pelajaran 2015/2016. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat diantarannya yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Pengelola TK, sebagai bahan kajian dan bahan pertimbangan akan pentingnya memahami karakteristik anak didik dalam proses pembelajaran di TK untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak.

8 b. Dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam meningkatkan kualitas pembelajaran TK dengan memperhatikan peran orang tua terhadap anak yakni dalam membimbing dan memberikan motivasi. c. Sebagai bahan referensi keilmuan bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis atau lanjutan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Orang Tua Bagi orang tua, diharapkan dapat memberikan pengertian dan pemahaman dalam memberikan motivasi kepada anak, dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu. b. Sekolah 1) Dapat mengembangkan komunikasi dengan orang tua siswa mengenai motivasi orang tua kepada anak, sehingga pembelajaran diharapkan menjadi lebih efektif. 2) Sebagai masukan pada sekolah tentang perlunya program sekolah dan pembelajaran dengan memperhatikan motivasi orang tua kepada anak dalam rangka mengetahui kemampuan kognitif anak. c. Guru TK 1) Sebagai dasar pembinaan kepada Guru TK dalam upaya memperbaiki kinerja mengajar di sekolah. 2) Dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan kebiasaan anak dalam keluarga melalui komunikasi dengan anak dan orang tua untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak.