PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA FLUKS NEUTRON PADA BEAMPORT

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN Syarip ABSTRAK ABSTRACT

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Neutron adalah zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

Penentuan Fluks Neutron Termal di Fasilitas Kalibrasi Neutron dengan Menggunakan Keping Indium

Kata kunci : Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), AAN, Reaktor Kartini PENDAHULUAN. Niati, Pratiwi Dwijananti, Widarto

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

Pengukuran Fluks Neutron dan Penentuan Cadmium Ratio pada Difraktometer Neutron Empat Lingkaran / Difraktometer Tekstur (DN2)

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 30-34

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN FLUKS NEUTRON PADA PUSAT TERAS PASCA PERGANTIAN BAHAN BAKAR REAKTOR KARTINI SKRIPSI

POTENSI PRODUKSI MOLYBDENUM-99 ( PADA REAKTOR SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MO-99 PRODUCTION (SAMOP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

R and D Project Comissioning fasilitas Uji In vitro dan In Vivo BNCT di Beamport tembus Reaktor Kartini

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR ALUMINIUM, MANGAN, DAN SILIKON DALAM AIR SUNGAI CODE TERHADAP WAKTU SAMPLING DENGAN METODE AANC

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

ASPEK SAFEGUARD DAN PROTEKSI FISIK FASILITAS PERANGKAT SUBKRITIK SAMOP

PENGEMBANGAN DATABASE PROGRAM KOMPUTASI UNTUK ANALISA AKTIVASI NEUTRON CEPAT

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN SOFTWARE CPEM SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN EKSPERIMEN FISIKA REAKTOR PADA REAKTOR KARTINI

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI

ANALISIS KANDUNGAN BROM (Br) PADA AIR SUMUR GALI DI DESA KLAMPOK KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH DENGAN METODE ANALISIS PENGAKTIFAN NEUTRON

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO)

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

ANALISIS AWAL RANCANGAN SISTEM PGNAA MENGGUNAKAN SUMBER NEUTRON DARI BEAMPORT REAKTOR KARTINI. Edi Trijono Budisantoso, Syarip

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

KAJIAN DETEKTOR AKTIVASI NEUTRON CEPAT UNTUK PENGGUNAAN DETEKTOR NEUTRON

ASPEK KESELAMATAN RADIASI TEMPAT PENYIMPAN BAHAN BAKAR TERIRRADIASI DI BULKSHIELDING

PENENTUAN INTENSITAS SUMBER GAMMA DI TERAS REAKTOR RISET BERBAHAN BAKAR URANIUM MOLIBDENUM ABSTRAK

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETERMINATION OF LIMIT DETECTION OF THE ELEMENTS N, P, K, Si, Al, Fe, Cu, Cd, WITH FAST NEUTRON ACTIVATION USING NEUTRON GENERATOR

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

ANALISIS DAN PENGUKURAN PARAMETER REAKTOR KARTINI UNTUK PENERAPAN METODE K 0 -NAA

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE ANALISIS PENGAKTIFAN NEUTRON

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

IDENTIFIKASI KADAR UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM HEWAN DI SUNGAI GAJAHWONG YOGYAKARTA DENGAN METODE AANC (ANALISIS AKTIVASI NEUTRON CEPAT)

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

SISTEM PENCACAHAN RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

Statistik Pencacahan Radiasi

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Diterima editor 9 Desember 2013 Disetujui untuk publikasi 12 Februari 2014

KARAKTERISTIK BERKAS PADA BEAM PORT TEMBUS DAN SINGGUNG REAKTOR KARTINI

ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

PENENTUAN UNSUR Hf PADA TENAGA KARAKTERISTIK DENGAN METODA ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN)

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd

PEMANFAATAN GAMMA SPEKTROMETRI UNTUK PENGAMATAN DISTRIBUSI PEMBELAHAN DALAM PELAT ELEMEN BAKAR NUKLIR

KAJIAN KADAR UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE AAN

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA

EKSPLORASI KANDUNGAN UNSUR PADA LIMBAH CAIR PABRIK GALVANIS DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON THERMAL REAKTOR KARTINI

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON DENGAN KAPSUL POLIETILENDAN AI-I050 DI FASILITAS RABBIT SYSTEM

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

RANCANGAN KONSEPTUAL REAKTOR SUBKRITIK UNTUK KAJIAN TRANSMUTASI LIMBAH PLTN BERBASIS REAKTOR KARTINI

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

YUNITA ANGGRAINI M SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian. persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERHITUNGAN TRANSMUTASI LIMBAH AKTINIDA MINOR: KAJIAN AWAL SMALL-SCALE ACCELERATOR DRIVEN SYSTEM BERBASIS REAKTOR KARTINI

PEMODELAN BNCT SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEU GUNAAN REAKTOR KARTINI PENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT. Widarto

Identifikasi Unsur dan Kadar Logam Berat pada Limbah Pewarna Batik dengan Metode Analisis Pengaktifan Neutron

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

Transkripsi:

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Dian Filani Cahyaningrum 1), Riyatun 2), Eko Edy Karmanto 3) 1) Mahasiswa Prodi Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Fisika, Fmipa Universitas Sebelas Maret 3) Bidang Reaktor, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta Alamat Koresnpodensi : Dianfc@student.uns.ac.id ABSTRAK Telah dilakukan pengukuran fluks neutron termal pada saluran beamport tidak tembus radial dengan tujuan untuk dimanfaatkan sebagai pengembangan fasilitas Subcritical Assembly For Molybdenum (SAMOP) reaktor Kartini. Pengukuran besarnya fluks neutron termal reaktor Kartini dilakukan dengan metode pengukuran tidak langsung, menggunakan analisis aktivasi neutron (AAN) terhadap detektor keping emas (Au) yang dipasang di lubang kolimator saluran beamport tidak tembus radial. Pencacahan keping emas yang radioaktif dilakukan dengan menggunakan detektor Geiger Mueller. Hasil yang didapatkan dari pengukuran fluks neutron termal pada beamport tidak tembus radial sebesar (2,00 10 6 ± 6,38) n cm 2 s 1. Kata kunci : Fluks Neutron Termal, SAMOP, AAN, Reaktor Kartini. ABSTRACT Thermal neutron flux measurements have been made on the non-translucent beamport channels for the purpose of being used as a development of the Kartini reactor Subcritical Assembly For Molybdenum (SAMOP) facility. The measurement of the magnitude of the Kartini reactor's thermal neutron flux was carried out by the indirect measurement method, using neutron activation analysis (AAN) against gold chip detector (Au) mounted in a radically non-translucent beamport drum beam collimator. The enumeration of radioactive gold pieces is done by using Geiger Mueller detector. The results obtained from the measurement of thermal neutron flux in the nontranslucent beamport of (2,00 10 6 ± 6,38) n cm 2 s 1. Keywords: Thermal Neutron Flux, SAMOP, AAN, Kartini Reactor. PENDAHULUAN Indonesia memiliki tiga reaktor nuklir dapat dimanfaatkan untuk keperluan riset yang dioperasikan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), salah satunya adalah reaktor Kartini tipe TRIGA MARK-II di Yogyakarta. Reaktor Kartini memiliki berbagai macam fasilitas iradiasi. Salah satu fasilitas iradiasi yang terdapat pada reaktor Kartini adalah fasilitas iradiasi 4 saluran beamport, yang pada setiap fasilitas eksperimen tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Saluran beamport merupakan fasilitas iradiasi eksperimen yang sangat memerlukan kajian terhadap distribusi fluks neutron termal dan neutron epitermal. Satu diantara 4 beamport tersebut akan digunakan sebagai fasilitas reaktor subcritical assembly. Reaktor subcritical assembly ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai fasilitas sumber neutron bagi pengembangan fasilitas Subcritical Assembly for Molybdenum Production (SAMOP) [1]. Gambar 1 menunjukkan penampakan fasilitas iradiasi reaktor Kartini dari atas. Gambar 1. Tampak atas geometri reaktor Kartini [1].

Konsep sistem Subcritical Assembly for Molybdenum Production atau SAMOP ini didasarkan 235 pada proses reaksi pembelahan inti U yang berlangsung selama masih ada sumber neutron yang berasal dari luar sistem. Jika sumber neutron yang berasal dari luar dimatikan secara otomatis proses reaksi fisi akan terhenti, atau yang disebut dengan perangkat subkritik. Disain SAMOP memerlukan [2] sumber neutron luar berupa neutron termal. Sumber neutron untuk SAMOP menggunakan neutron keluaran dari beamport reaktor Kartini dengan tingkat fluks neutron minimum sebesar 10 6 n/cm 2 s [3]. Pengukuran fluks neutron termal pada saluran beamport tidak tembus radial menggunakan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan metode analisis aktivasi neutron (AAN). Prinsip analisis aktivasi neutron adalah timbulnya radioaktivitas imbas dari suatu cuplikan setelah diiradiasi oleh neutron. Pengukuran fluks neutron pada beamport tidak tembus radial menggunakan aktivasi cuplikan lempengan foil emas ( 197 Au). Cuplikan yang akan dianalisis, diiradiasi dengan menggunakan suatu sumber neutron maka terjadi reaksi penangkapan neutron oleh inti atom unsurunsur tersebut dan berubah menjadi radioaktif. Reaksi ini disebut reaksi pengaktifan neutron, yang biasa ditulis sebagai reaksi neutron-gamma (n, γ) [4]. Secara umum reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut : 197 Au + 0n 1 198 Au + γ Hasil reaksi di atas adalah isotop yang bersifat radioaktif yang memancarkan sinar gamma yang dipancarkan oleh berbagai unsur dalam cuplikan. Intensitas sinar gamma spesifik tersebut sebanding dengan jumlah isotop dalam cuplikan. METODE PENELITIAN A. Alat Penelitian 1. Kolimator, digunakan untuk penyearah berkas neutron dari sumbernya. 2. Perangkat spektrometri gamma, detektor Geiger Mueller (GM) digunakan untuk mencacah keping emas setelah diiradiasi. 3. Sumber neutron (dalam penelitian ini digunakan sumber neutron dari beamport tidak tembus radial pada reaktor Kartini) 4. Sumber standart Co 60 digunakan untuk kalibrasi detektor. 5. Selotip, digunakan untuk merekatkan keping emas pada bagian luar saluran beamport (dinding kolimator) yang ingin diketahui fluks neutronnya. 6. Pinset, digunakan untuk mengambil keping emas. 7. Timbangan elektronik, digunakan untuk mengukur massa keping emas. 8. Countainer, digunakan untuk membawa sampel dari beamport ke laboratorium untuk dilakukan pencacahan. 9. Plastik clip, digunakan untuk membungkus sampel yang akan diiradiasi sebelum direkatkan ke bagian luar saluran beamport (dinding kolimator). B. Bahan Penelitian 1. foil emas ( 197 Au) Waktu paruh = 2,7 hari Massa = 0,053 gram (untuk kode sampel emas P dan sampel emas Q) 2. Sumber standart Co 60 yang digunakan untuk kalibrasi detektor, dengan spesifikasinya sebagai berikut : Tanggal produksi = 09 Januari 1981 Aktivitas mula-mula = 311,964412 dps Waktu paruh = 5,24 tahun 3. Cadmium (Cd), Waktu paruh = 5,3 tahun C. Langkah Kerja Tahap Persiapan 1. Mempersiapkan dan menimbang massa foil emas (Au) sebanyak 2 keping, 1 keping di gabung dengan cadmium (Cd). 2. Membuka saluran beamport untuk memasukkan kolimator di dalam saluran. 3. Memberi kode pada setiap foil emas terpasang untuk menunjukkan posisi di dinding kolimator. 4. Memasang foil emas pada dinding kolimator dengan menggunakan selotip. 5. Menutup beamport yang telah dimasukan kolimator dengan beam capture atau shielding. Tahap Iradiasi 1. Foil emas dipasang pada lubang kolimator yang telah dimasukkan ke saluran beamport. 2. Reaktor dioperasi-kan pada daya 100 kw. Kemudian proses iradiasi sampel dilakukan selama 3 jam 31 menit untuk kode sampel P dan Q. Setelah dilakukan iradiasi sampel kemudian operasi reaktor dihentikan/shutdown. 3. Menunggu dan mencatat waktu tunda setelah operasi reaktor dihentikan sampai pencacahan dimulai. 4. Membuka saluran beamport dan mengambil keping emas yang telah diiradiasi, kemudian menutup kembali saluran beamport. 5. Mengambil dan menyimpan foil emas ke tempat penyimpanan sementara dengan menggunakan container. Tahap Pencacahan 1. Melakukan kalibrasi detektor Geiger Muller dengan menggunakan sumber standar Co 60. 2. Melakukan pencacahan setiap keping emas selama 300 detik. 3. Melakukan analisa data.

ANALISA DATA Penentuan fluks neutron dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan metode analisis pengaktifan neutron. Cuplikan yang digunakan adalah foil emas terbungkus cadmium untuk menentukan fluks neutron cepat dan foil emas yang tidak terbungkus untuk menentukan fluks neutron total. Untuk menghitung fluks neutron cepat dan fluks neutron total menggunakan persamaan dibawah ini : φ = Dengan : t c λ λ C p kbc act (1 e λti )(e λ(td ti) )(1 e λtc ) = tetapan peluruhan ρ = massa jenis emas ( gr/cm 3 ) C = jumlah cacah Φ = fluks neutron (n cm -2 s -1 ) V = volume materi (cm 3 ) (1) act = adalah tampang lintang aktivasi makroskopis (cm -1 ) k t i t d Bc = konstanta (efisiensi detektor) = lama waktu iradiasi (s) = lama waktu tunda (s) = lama waktu pencacah (s) = adalah berat cuplikan (gram) Setelah mengetahui nilai fluks neutron cepat dan nilai fluks neutron total, selanjutnya adalah menghitung fluks neutron termal dengan persamaan seperti dibawah ini : Ф t = Ф T - Ф C (2) Dengan : Ф t = fluks neutron termal ( n cm 2 s -1 ) Ф T = fluks neutron total ( n cm 2 s -1 ) Ф c = fluks neutron cepat ( n cm 2 s -1 ) Langkah berikutnya setelah diketahui besar fluks neutron termal adalah menghitung nilai ketidakpastian fluks neutron. Untuk menghitung ketidakpastian fluks neutron menggunakan persamaan dibawah ini : Δϕ = e λt i λ 2 Cρ [ 1 ΔBc + kσ act B c (1 e λt i)(e λt d)(1 e λtc ) λbc e λtc Δt 1 e λt i i + Δt d + Δt 1 e λt c c] (3) dan untuk mendapatkan nilai ketidakpastian fluks neutron termal menggunakan persamaan dibawah ini : φ t = φ τ + φ c (4) HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Fluks Neutron : Data pengukuran fluks neutron pada fasilitas iradiasi saluran beamport tidak tembus radial ditunjukkan seperti tabel berikut : Tabel 1. Hasil laju cacah dan waktu tunda kode Q Sampel tanpa dibungkus Cadmium Kode Pengulangan cacah Waktu tunda (t d) (sekon) 1 156690 2640 Q 2 157600 2940 3 156798 3240 Tabel 2.. Hasil laju cacah dan waktu tunda kode P Sampel dibungkus Cadmium Kode Pengulangan cacah P Waktu tunda (t d) (sekon) 1 43934 1620 2 43669 1980 3 43731 2280 Pada penelitian ini dilakukan analisis penentuan fluks neutron dengan metode tak langsung menggunakan foil emas yang diaktivasi pada beamport tidak tembus radial sebagai fasilitas iradiasi subcritical assembly for molybdenum production (SAMOP). Metode tak langsung bertujuan untuk memperoleh besarnya fluks neutron dengan daya maksimal yaitu 100 kw. Pengukuran besaran fluks neutron dengan aktivasi foil dilakukan dengan cara yaitu aktivasi foil (Au 197 ) tanpa menggunakan pembungkus cadmium dan aktivasi foil (Au 197 ) dengan menggunakan pembungkus cadmium. Pada waktu aktivasi cuplikan tanpa pembungkus cadmium seluruh neutron yang dihasilkan dalam teras reaktor dapat berinteraksi dengan foil, sehingga akan mendapatkan neutron total yaitu neutron cepat dan neutron termal. Selanjutnya untuk foil yang dibungkus dengan cadmium hanya bereaksi dengan neutron cepat karena neutron termal dengan energi 0,5 ev tidak dapat menembus cadmium, atau foil hanya bereaksi dengan neutron yang mempunyai energi 0,5 ev. Selisih besar fluks neutron dari

kedua bahan teraktivasi tersebut setelah dicacah merupakan besar fluks neutron termal. Neutron termal inilah yang nantinya akan dimanfaatkan dalam fasilitas iradiasi SAMOP. Setelah foil emas tertempel tepat pada lubang dinding kolimator dan telah dimasukkan dalam saluran beamport tidak tembus radial, maka selanjutnya adalah melakukan iradiasi sampel. Pengukuran fluks neutron dimulai dengan mengoperasikan reaktor (start up ) pada pukul 10.11 WIB dan reaktor kristis dengan daya 100 kw pada pukul 10.22. Iradiasi sampel dilakukan dengan mengoperasikan reaktor pada daya maksimal yaitu pada saat reaktor kritis dengan daya 100 kw dan pada saat pukul 13.53 WIB operasi reaktor dihentikan (shut down). Iradiasi keping emas dilakukan selama 3 jam 31 menit atau 12660 sekon. Setelah iradiasi dilakukan, maka keping emas dikeluarkan dari dalam reaktor. Pengeluaran sampel keping emas dari dalam reaktor dilakukan dengan cara menggunakan pinset untuk mengeluarkan sampel dari lubang kolimator saluran beamport. Sampel yang dikeluarkan dari lubang kolimator saluran beamport reaktor dimasukkan dalam countainer untuk dibawa ke laboratorium dan selanjutnya dilakukan proses pencacahan. Pada saat proses pencacahan dilakukan, peneliti juga harus memperhatikan dan mencatat waktu tunda mulai pada saat reaktor dimatikan sampai dengan waktu dimulainya pencacahan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Dalam pencacahan foil emas dilakukan dengan detektor Geiger Mueller. Foil emas yang diaktivasi pada daya maksimal yaitu 100 kw memiliki waktu tunda lebih lama. Hal tersebut dikarenakan aktivitas yang keluar pada saat proses pencacahan cukup besar. Setelah selesai proses pencacahan, langkah berikutnya adalah teknik analisa data. Untuk menghitung fluks neutron menggunakan persamaan (1) dan (2). Dengan menggunakan persamaan tersebut akan didapatkan fluks neutron sebesar (2,00 10 6 ± 6,38) n cm 2 s 1. Secara teoritis fluks neutron termal pada saluran beamport reaktor Kartini dikatakan memenuhi syarat fasilitas iradiasi SAMOP memiliki orde minimum 10 6 n.s -1.cm -2 (BATAN, 2016). Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai fluks neutron pada beamport radial tidak tembus di reaktor Kartini sudah memenuhi syarat untuk dapat dimanfaatkan dalam fasilitas iradiasi SAMOP karena berorde 10 6 n.s -1.cm -2. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil fluks neutron termal pada saluran beamport sebesar (2,00 10 6 ± 6,38) n.cm -2.s -1. Data hasil perhitungan fluks neutron ini lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widarto mengenai distribusi fluks neutron pada saluran beamport reaktor Kartini berkisar pada orde 10 5 n.cm -2.s -1. Hal ini disebabkan karena penelitian dilakukan dengan menggunakan alat yaitu kolimator sebagai penyearah berkas neutron. Adanya kolimator yang terpasang pada saluran beamport mengakibatkan berkas neutron untuk dapat terpusat ke titik sampel yang dituju. Secara teoritis besar fluks neutron agar dapat dimanfaatkan dalam pengembangan fasilitas iradiasi memiliki orde minimum 10 6 n.cm -2.s -1, sedangkan pada penelitian ini hasilnya adalah sebesar (2,00 10 6 ± 6,38) n.cm -2.s -1. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran fluks neutron cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai pengembangan fasilitas Subcritical Assembly for Molybdenum Production (SAMOP). SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan untuk menggunakan sampel keping emas yang lebih banyak dengan beberapa kali pengulangan. Hal teserbut dilakukan supaya hasil fluks neutron lebih maksimal untuk dimanfaatkan sebagai pengembangan fasilitas iradiasi pengembangan Subcritical Assembly for Molybdenum Production (SAMOP).

DAFTAR PUSTAKA [1] Batan. (2005). Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Kartini. Yogyakarta : PSTA-BATAN. [2] Syarip, Sutondo, T., Sarjono, Y. (2006). Aspek safeguard dan proteksi fasilitas perangkat subkritis SAMOP. Seminar Keselamatan Nuklir, 1412-3258. [3] Batan. (2016). Progam Utilasi BemportReaktor Kartini untuk Penelitian Pengenmbangan Subcritical Assembly for Molly Production (SAMOP). No Dokumen. 0049/ RN 00 01/ STA.4. Yogyakarta. [4] Knoll, G. F. (2000). Detection Radiation and Measurement (3 rd ). New York: John Wiley & Sons, Inc.