BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Devi Yunani Nasution adalah mahasiswa di Program Studi S2

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. (UU Kesehatan No.36, 2009). Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan dan menyongsong era globalisasi. Dalam hubungan tersebut penduduk Indonesia harus mempunyai derajat kesehatan dan gizi yang lebih baik. Produktivitas kerja mempunyai kaitan dengan gizi yaitu kurang gizi akan menurunkan daya kerja. Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan dimana perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai produktivitas tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan status gizi baik. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia diantaranya adalah anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar

hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto dkk, 2007). Anemia menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah yang akibatnya dapat menurunkan produktivitas kerja. Masalah anemia yang menjadi perhatian selama ini adalah anemia pada pekerja wanita, wanita hamil dan remaja putri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan. Anemia pada pekerja wanita, masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Selain sebagai tenaga kerja, wanita juga memiliki peran ganda yaitu sebagai wanita yang akan melahirkan anak dan mnenyusui dan secara alamiah setiap bulannya mengalami haid. Tenaga kerja yang menderita anemia, akan berkurang kemampuan untuk melaksanakan pekerjaannya dan badan menjadi cepat lelah, lemah, lesu sehingga produktivitas kerja menjadi kurang baik. Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena yang baru di Indonesia, karena banyak wanita terutama dari golongan bawah sudah berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan. Handayani (2000) menyebutkan bahwa peningkatan tenaga kerja wanita yang cukup pesat banyak terserap pada sektor Informal, seperti industri kecil dengan teknologi sederhana dan modal yang terbatas. Data statistik tenaga pekerja di Indonesia khususnya wanita setiap tahun meningkat. Tahun 2007 sebesar 35,37% dari jumlah pekerja. Pekerja sektor informal juga meningkat, dari 60% tahun 2000 menjadi 64% pada tahun 2005 dan tahun 2012 sebesar 70.700.000 orang (62,71 %) dari total pekerja. Di Provinsi Sumatera utara

tahun 2012, pekerja sektor informal sekitar 2.967.000 orang (51,60%) dari total pekerja. Peningkatan bisa dilihat dari segi positif, yaitu bertambahnya tenaga produktif, dan dari segi negatifnya yaitu status kesehatan. Gizi pekerja pada umumnya belum mendapat perubahan yang baik sehingga berakibat akan menurunkan produktivitas kerja dan ongkos produksi menjadi tidak efisien. Umumnya pekerja wanita kelas menengah ke bawah sering menderita kurang gizi, kurang energi protein, anemia dan penyakit infeksi, sedangkan untuk tenaga kerja kerja wanita kelas menengah ke atas, umumnya sering terjadi kegemukan (obesitas). Prevalensi anemia masih tinggi di Indonesia. Pekerja yang menderita anemia produktivitas kerja 20% lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang sehat dengan gizi yang baik. (Sediaoetama, 2005). Anemia menyebabkan turunnya daya tahan tubuh juga membuat penderita rentan terhadap penyakit, sehingga frekuensi tidak masuk kerja meningkat. Lusia (2001) juga menyebutkan bahwa anemia gizi akan menyebabkan rendahnya kemampuan fisik tenaga kerja wanita, dimana rendahnya kemampuan fisik akan berdampak pada produktivitas tenaga kerja dan akan berpengaruh pada hasil dan mutu produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Hasil penelitian melaporkan 35% tenaga kerja wanita Indonesia menderita anemia zat besi dan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja sebanyak 20% (Sampoerna, 2004).

Oppusunggu (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan pemberian tablet tambah darah berhasil meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 21,35% serta diikuti peningkatan produktivitas kerja sebesar 16,28%, artinya bila hemoglobin meningkat maka produktivitas kerja juga meningkat. Penelitian Nasution dan Lubis (2004) dan Widiastuti (2011) juga menunjukkan bahwa Hemoglobin merupakan variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas kerja. Hal ini menunjukkan untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi dibutuhkan kadar hemoglobin darah yang normal. Menurut WHO tahun 2008, prevalensi anemia pada wanita sebesar 30,2%. Data pada 8 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 1997 prevalensi anemia sebesar 78,4% dan tahun 2002 menurun menjadi 53,8%. Penelitian Husaini (1998) pada tenaga kerja wanita 30-40% menderita anemia, hasil studi di Tangerang (1999) menunjukkan prevalensi anemia pada pekerja wanita 69%. Survei anemia yang dilaksanakan di 4 kabupaten/kota menunjukkan bahwa 40,5% pekerja wanita menderita anemia pada tahun 2005. (Dinkes Provsu, 2011). Angka ini masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat, yang harus mendapat perhatian serius. Data Riskesdas 2007 prevalensi anemia sebesar 25%, dan pada perempuan dewasa proporsi anemia 59,9%. Penanggulangan anemia di Propinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan dengan berbagai intervensi seperti kegiatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang diarahkan pada dukungan sosial dan membuka jalan dan mendukung kegiatan

penanggulangan yang bersifat langsung seperti suplemen zat besi, fortifikasi dan KIE juga diarahkan untuk peningkatan penggunaan menu seimbang. Kenyataan yang ada, prevalensi anemia di Indonesia maupun di Provinsi Sumatera Utara masih tetap tinggi, sehingga program penanggulangan anemia gizi bagi pekerja wanita tetap dikembangkan yang bertujuan menurunkan prevalensi anemia gizi agar pekerja menjadi produktif (Oppusunggu, 2009). Produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas. (Tarwaka, 2004). Produktivitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan tenaga kerja menghasilkan barang atau jasa dalam satuan waktu, sehingga jika semakin banyak dan bermutu barang atau jasa yang dihasilkan tersebut, maka semakin tinggi produktivitas tenaga kerja yang dimaksud. Produktivitas tenaga kerja menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja yang mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat atau memakai sumber daya yang lebih sedikit menunjukkan tingkat produktivitas yang tinggi (Ravianto, 1990). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja antara lain pendidikan dan latihan, motivasi, lingkungan dan iklim kerja, makanan dan minuman yang sehat, cukup dan bergizi, dan tingkat upah minimal yang berlaku.

(Ravianto,1990). Produktivitas kerja setiap tenaga kerja tidak sama, selain karena anemia, dapat juga tergantung pada kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Nugroho (2007) menyebutkan bila keadaan kesehatan yang optimal tercapai dapat mewujudkan produktivitas yang tinggi. Penelitian di Jawa Tengah dan Sumatera Barat menunjukkan bahwa asupan energi berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja.(martaniah, SM, et al, 2005). Kekurangan konsumsi zat gizi bagi tenaga kerja dari ukuran minimum yang telah ditetapkan akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas, dan produktivitas kerja (Ariningsih,2005). Masalah gizi pada pekerja sebagai akibat langsung yakni kurangnya asupan makanan tidak sesuai dengan beban kerja. Untuk itu, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi fisik dan beban kerja seseorang. Kondisi fisik yang baik tidak saja bermanfaat bagi tenaga kerja dan keluarganya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam hal ini industri rumah tangga, demikian juga sebaliknya karena derajat kesehatan dan status gizi yang kurang mengakibatkan berkurangnya kemampuan dan produktivitas kerja. Gizi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Terdapat hubungan antara status gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizi optimal terpenuhi

(Wiryo, 2002). Penelitian Surita (2011) juga menyebutkan ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dan asupan kalori dengan status gizi pekerja. Desa Pegajahan merupakan salah satu desa di Kecamatan Pegajahan yang mempunyai industri rumah tangga yang mengolah ubi kayu menjadi olahan pangan ubi yaitu kerupuk mie, opak lidah, balong kuok, rengginang dan opak koin. Dari hasil survey yang dilakukan pada bulan Juni 2013 di Desa Pegajahan terdapat 66 KK industri rumah tangga. Proses pekerjaan yang dilakukan dalam pengolahan pangan ubi kayu menjadi kerupuk mie adalah sortasi ubi kayu segar, pengupasan, pencucian, pemarutan, pencetakan/peletrekan, penjemuran ½ kering, pemotongan, dan dimasukkan ke ampia untuk mendapatkan kerupuk mie kemudian di jemur sampai kering. Dalam pembuatan kerupuk mie tersebut proses yang paling penting adalah pada saat proses mencetak/meletrek dengan menggunakan tenaga kerja wanita. Meletrek adalah adonan bubur ubi kayu mentah diletakkan diatas plastik bening berukuran persegi panjang (55x40 cm) lalu diratakan dengan alat bantu. Jumlah tenaga kerja dibagian pencetan/peletrekan berjumlah 92 orang dengan masa kerja rata-rata 3 tahun. Dari hasil survei pendahuluan terhadap 10 (sepuluh) orang tenaga kerja di bagian pencetakan/peletrekan didapat bahwa pekerja selama melakukan pekerjaannya dalam satu hari kerja tidak ada mendapat konsumsi makanan dan minuman tambahan. Para pekerja disana sering mengeluhkan masalah kesehatannya yaitu mata

berkunang-kunang, rasa lesu, gampang lelah, kurang konsentrasi, pusing dan pegalpegal. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data pekerja paling banyak menyelesaikan peletrekan selama 7 jam. Hasil wawancara metode food recall terhadap 10 orang pekerja wanita tersebut didapatkan hasil asupan energi rata-rata 1169,94 kkal. Hasil food recall tersebut jika dibandingkan dengan kebutuhan energi untuk aktivitas fisik usia dewasa masih tergolong kurang baik, demikian juga dengan asupan protein rata-rata 47,24 gr dan asupan zat besi (fe) rata-rata 5,22 mg masih tergolong kurang baik dari Angka Kecukupan Gizi usia dewasa. Hasil pemeriksaan Hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin juga didapatkan sebanyak 6 orang (60%) kadar Hemoglobin dibawah kadar haemoglobin (Hb) yang seharusnya (12 gram %). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh konsumsi gizi (energi, protein dan fe) demikian juga dengan kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: bagaimanakah pengaruh konsumsi gizi dan kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh konsumsi gizi dan Kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh konsumsi gizi dan Kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Menjadi masukan bagi tenaga kerja wanita informal pada industri rumah tangga dalam upaya meningkatkan status gizi. 2. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dalam upaya meningkatkan peran petugas dalam memantau status anemia wanita yang bekerja terutama di sektor informal.