BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang mengandung aturan-aturan tentang jalan

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. dan memanfaatkan peranan hidup secara tepat. Perkembangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, meningkatkan kualitas manusia dalam membentuk watak bangsa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

PENGARUH KOMUNIKASI GURU-SISWA DAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI KELAS X DAN XI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut 2. Pendidikan pula yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang berilmu. Hal ini dapat diartikan bahwa selama kita hidup ilmu itu harus dicari, ilmu tidak datang sendiri tanpa adanya usaha yang dilakukan oleh seseorang itu agar mendapatkan ilmu yang berguna bagi dirinya sendiri. Ilmu adalah kebutuhan yang ada dalam setiap individu atau adalah sesuatu yang hendak dicapai. Pendidikan menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam Muhibbin Syah, ialah usaha sengaja mendewasakan anak agar memiliki tanggung jawab moril atas segala perbuatannya. 1 Pendidikan mengarahkan perkembangan manusia menuju kearah yang lebih baik, bahwa pendidikan adalah upaya mengarahkan perkembangan kepribadian (aspek psikilogik dan psikofisik) manusia sesuai dengan hakekatnya agar menjadi insan kamil, dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupannya. 2 Para peserta didik memandang sekolah sebagai lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka. Sementara orang tua menaruh harapan pada sekolah untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang pintar, terampil, dan berakhlak mulia. Apa yang diharapkan dari 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 11. 2004), h. 97. 2 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 1

2 pendidikan untuk perkembangan peserta didik, setiap negara atau bangsa memiliki orientasi dan tujuan yang relatif berbeda. Bagi bangsa Indonesia, kontribusi pendidikan yang diharapkan bagi perkembangan para peserta didik termaktub dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU RI No.20/2003). 3 Menurut Undang-Undang tersebut pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan diriny, masyarakat bangsa dan negara. Fungsi dan tujuan pendidikan tersebut menunjukkan karakter pribadi peserta didik yang diharapkan terbentuk melalui pendidikan. Undang-Undang ini memberikan sebuah keharusan terhadap semua penyelenggara pendidikan, baik formal, non formal, maupun informal agar senantiasa mengorientasikan programnya untuk membangun karakter 3 Republik Indonesia, Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & PP. RI Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Citra Umbara, 2012), h. 6.

3 peserta didik yang mempunyai ciri-ciri pribadi seperti tercantum dalam tujuan tersebut. Pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi yaitu bidang administratif dan kepemimpinan (pengelolaan program-program sekolah), bidang instruksional dan kurikuler (pengajaran) dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling) merupakan pendidikan yang bermutu. 4 Kedudukan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah yaitu sebagai salah satu upaya pembinaan pribadi peserta didik dalam rangka upaya agar peserta didik dapat menemukan diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. 5 Adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan berfungsi membantu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Guru dan guru BK sebagai pendidik, yang menjadi tokoh panutan bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru perlu memiliki standar kualitas pribadi bagi anak didiknya agar dapat menjadi suri teladan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 konselor adalah pendidik. Profesi konselor sejajar dengan guru, dosen, pamong belajar, 4 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), h. 4. 5 Hallen A., Bimbingan dan Konseling ( Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 36.

4 tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur sebagai pendidik profesional. 6 Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administrasi dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan, mungkin hanya menghasilkan siswa yang pintar dalam aspek akademik tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian. 7 Maksudnya bahwa seseorang tidak akan dapat mencapai kematangan untuk memahami dirinya dan orang lain, tanpa wawasan moral dan kemampuan berpikir secara terpadu sehingga dia dapat menyelesaikan masa pendidikan umum secara formal. Untuk dapat menerapkan hasil pendidikan yang berkelanjutan dalam kehidupan anak didik, maka anak didik perlu memiliki wawasan tentang aplikasi psikologis terutama bimbingan konseling. Atas dasar itu maka dalam implementasinya jenis-jenis layanan bimbingan konseling di sekolah diorientasikan kepada upaya menfasilitasi pengembagan potensi siswa yang meliputi aspek pribadi, sosial, akademik dan karir atau terkait dengan pengembangan pribadi siswa sebagai mahluk yang berdimensi biologis, psikologis, intlektual, emosi, sosial dan spiritual atau kesadaran beragama. Ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah identik dengan pendidikan sehingga sekolah tidak perlu 6 Republik Indonesia, Undang-Undang RI. No 20 tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & PP. RI Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan Serta Wajib Belajar, h. 6. 7 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, h. 4.

5 lagi bersusah payah menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dianggap sudah implisit dalam pendidikan itu sendiri. Keidentikan BK dengan pendidikan menyebabkan terdapatnya sekolah yang menjadikan guru mata pelajaran sebagai pengambil alih tugas guru BK yang notabene tidak memiliki keprofesionalan dalam bidang BK. Allah memerintahkan kepada manusia untuk menyerahkan segala sesuatu (pekerjaan) kepada ahlinya. Perintah ini diisyaratkan dalam Q.S. an-nisaa/4: 58. Di tengah tantangan mendidik siswa di sekolah, keberadaan dan layanan BK di sekolah tentu saja perlu mendapatkan perhatian. Optimalisasi layanan BK di sekolah perlu dilakukan dengan kehadiran guru BK yang mampu menunjukkan unjuk kerja secara profesional. Bagaimana pun, siswa tak sekadar mendapatkan materi pelajaran di sekolah. Layanan bimbingan pribadi, bimbingan belajar, bimbingan sosial, bimbingan karir maupun bimbingan lainnya harapannya bisa berjalan baik. Sumber daya manusia yang handal tidak lepas dari pengaruh pola kepemimpinan yang diterapkan dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu proses yang mengandung unsur mempengaruhi, adanya kerjasama dan mengarah pada suatu hal dan tujuan utama dalam sebuah

6 organisasi. 8 Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber daya manusia dan sumber daya lain yang termasuk dalam organisasi. Sekolah adalah sebuah organisasi formal, dengan pemimpinnya seorang kepala sekolah. Di sekolah terdapat usaha-usaha administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran nasional, termasuk bimbingan dan konseling yang merupakan sub organisasi dari organisasi sekolah. 9 Keberhasilan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan ketrampilan para petugas bimbingan dan konseling, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor. Kepala sekolah sebagai administrator bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, salah satunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Karena posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningikatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling. Ia membantu 8 Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2014), h. 38. 9 Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 8.

7 mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolahnya. 10 Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Banjarmasin adalah salah satu sekolah swasta yang ada di Banjarmasin, dimana di dalamnya terdapat 80 orang siswa dan tidak memiliki guru BK bahkan pelaksanaan BK pun terlihat tidak berjalan secara terprogram. Berdasarkan penjajakan awal selama peneliti melakukan Praktik Pengalaman Lapangan II (PPL II) terdapat banyak siswa yang memiliki permasalahan pelanggaran tata tertib seperti banyak siswa yang terlambat, sering keluar masuk pada saat jam pelajaran, memainkan handphone pada saat jam pelajaran, berpakaian yang tidak rapi, memakai sandal dan lain-lain. Penyelesaian terhadap masalah yang terjadi kebanyakan hanya melalui teguran, dicatat dalam buku piket pengawas harian lalu diberi sanksi seperti membersihkan teras sekolah atau kantor guru. Penyelesaian atau sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa bisa dibilang tidak memiliki efek sadar dan pelanggaran-pelanggaran masih terjadi lagi. Melihat kenyataan di lapangan peneliti berpikir bahwa di sekolah ini perlu menjalankan dan menerapkan BK. Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya masalah, jika tidak ada maka BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah saja. 10 Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, h. 57-60.

8 Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Tetapi sebenarnya peranan BK itu sendiri adalah melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah yang besar. Mengingat pentingnya keberadaan guru BK di sekolah, dan keberadaan guru BK merupakan salah satu tugas kepala sekolah dalam memfasilitasi program bimbingan dan konseling. Maka berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik ingin melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul: Upaya Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Keberadaan Guru BK di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Banjarmasin B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dikemukakan pokok masalah yang perlu diungkap dalam penelitian ini, yakni: 1. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam mewujudkan keberadaan BK di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Banjarmasin? 2. Bagaimana keadaan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Banjarmasin?

9 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai pada penlitian ini, adalah: 1. Mengetahui bagaimana upaya kepala sekolah dalam mewujudkan keberadaan guru BK di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Banjarmasin. 2. Mengetahui keadaan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Banjarmasin. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tentang upaya kepala sekolah dalam mewujudkan keberadaan guru BK di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Banjarmasin. b. Sebagai sumbangan data ilmiah dalam bidang Bimbingan dan Konseling. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, sekolah, kepala sekolah, siswa dan penulis diantarnya sebagai berikut:

10 a. Bagi Universitas Islam Negeri Antasari Menambah khazanah kepustakaan UIN Antasari Banjarmasin, serta untuk Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (khususnya). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi untuk penelitian berikutnya yang sejenis. b. Bagi Sekolah Sebagai acuan untuk memperhatikan keberadaan guru BK di sekolah. c. Bagi Kepala Sekolah Untuk kepala sekolah hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi mengenai peran dan tanggung jawabnya terhadap keberadaan guru BK. d. Bagi Siswa Agar mengenal dan mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling yang layak. e. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti. E. Definisi Operasional Agar penelitian ini terarah dan tidak terjadi kesalahpahaman serta meluasnya pembahasan akan diberikan batasan istilah:

11 1. Upaya mengandung makna usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar. 11 Adapun upaya yang dimaksud penulis adalah usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab dalam mewujudkan keberadaan guru bimbingan dan konseling. 2. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan secara menyuluruh, 12 termasuk didalamnya penyelenggaraan bimbingan dan konseling disatuan pendidikan masingmasing. Kepala sekolah yang dimaksud yaitu kepala MA Muhammadiyah 1 Banjarmasin. 3. Guru BK: guru BK adalah konselor yang bertanggung jawab terhadap sejumlah peserta didik dalam kegiatan bimbingan dan konseling. 13 Jadi, maksud judul di atas adalah tentang upaya kepala sekolah yang bertanggung jawab terhadap keberadaan guru BK di sekolah yang ia pimpin. Sehingga keberadaan guru BK di MA Muhammadiyah 1 Banjarmasin dapat diwujudkan. 11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 383. 12 Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, h.54. 13 Republik Indonesia, Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepagawaian Negara, No. 03/V/PB/2010, No. 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya (Jakarta, 2010), h. 5 [PDF]

12 F. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang dapat diuraikan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, meliputi: pembahasan tentang kepala sekolah dan tentang bimbingan dan konseling di sekolah. Bab III Metode Penelitian, meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV Laporan Hasil Penelitian dan Analisis Data, meliputi: gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data serta analisis data. Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran-saran. Bagian terakhir dari skripsi terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.